Gombal

761 87 28
                                    

Kalau masalah beruntung atau tidak beruntung, Gito bisa di bilang sebagai orang yang biasanya tidak beruntung. Seperti saat ini, hari pertama ospek jurusan dia sudah dikerjai oleh kakak tingkat nya. Ya secara singkat, sekarang ia telah berdiri di panggung, menghadap kesemua mahasiswa baru dan panitia.

"Halo siapa ni namanya?" Tanya Kakak tingkat itu yang menyodorkan mic nya kepada Gito.

"Gito kak," Jawab Gito dengan awkward.

"Tau ga kenapa lo di panggil kedepan? Btw juga tau ga nama gua siapa?" Tanya nya lagi, berusaha mengintimadasi dalam bentuk candaan.

"Kalau nama kakak itu kak Vino tapi kalau kenapa di panggil kedepan saya gatau kak kenapa," Jawab Gito gugup.

"Pinter, setidaknya lo tau nama gua," Ucap Vino sebelum akhirnyamelanjutkan lagi dengan tengil, "Jadi kenapa lo di panggil kedepan itu, ya gapapa kita gabut aja. Lo mau balik ga To?" 

Gito mengangguk dan menjawab 'mau'.

"Kalo lo mau balik, lo harus gombalin salah satu mahasiswi disini, ayo cepet cari. Kalau udah ketemu bawa kedepan gombalin disini" Ucap Vino.

Setelah mendengar perintah Vino, Gito terdiam sejenak. Ia melihat sekeliling, mencari-cari sosok yang mungkin bisa ia pilih untuk digombali. Namun, semakin ia mencari, semakin ia merasa gugup. Tidak ada satu pun dari mahasiswi baru yang ia kenal dengan baik, dan pikirannya mulai berputar tentang apa yang harus ia katakan.

Gito hanya berdiri di tempat, terdiam tanpa bergerak. Panitia dan para mahasiswa baru mulai tertawa kecil melihat kebingungannya. Vino menyadari kegugupan Gito dan, dengan nada setengah bercanda, berkata, "Eh, lo mau diem di situ terus sampe besok apa gimana? Ayo cepet cari!"

Melihat Gito masih bingung, salah satu kakak panitia lainnya, seorang mahasiswi bernama Kak Maya, maju ke depan dan berkata dengan senyum lembut, "Tenang, Gito. Biar aku bantu, ya." Kak Maya mulai melihat ke arah para mahasiswi dan, dengan cepat, pandangannya tertuju pada Shani, yang sedang duduk di barisan tengah.

"Nah, kamu deh yang di situ," kata Kak Maya sambil menunjuk ke arah Shani. "Kamu aja yang maju."

Shani, yang awalnya tidak menyangka akan dipilih, tampak kaget. Namun, karena tekanan suasana dan semangat panitia yang tinggi, ia akhirnya berdiri dan berjalan perlahan ke depan, berdiri di samping Gito. Shani melihat ke arah Gito dengan senyum kecil, seakan memberikan dukungan.

Vino, yang tampak senang dengan situasi ini, memberikan mic kepada Gito dan berkata, "Oke, Gito. Ini kesempatan lo. Gombalin Shani. Kita semua penasaran, nih."

Gito merasa semakin gugup dengan semua mata yang tertuju padanya. Ia menelan ludah, mencoba mencari kata-kata yang tepat. Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, ia akhirnya berkata, "Ehm... Shani... Kamu tau ga kenapa aku lemah, letih lesu?" Tanya Gito dengan begitu gugup.

"Kenapa tuh?" Tanya Shani kembali sama gugup nya.

"Kukira efek vaksin, ternyata efek mencintaimu." Ucap Gito menunduk.

Suasana hening sejenak sebelum akhirnya disusul dengan tawa riuh dari para mahasiswa baru dan panitia. Shani juga tersenyum lebar, sedikit tertawa mendengar gombalan sederhana itu.

Vino pun ikut tertawa, "Hahaha, mantap, Gito! Ayo, kita beri tepuk tangan buat Gito!" Para mahasiswa baru dan panitia bertepuk tangan meriah, sementara Gito hanya bisa tersenyum malu-malu.

Kak Maya kemudian berkata dengan suara lembut, "Terima kasih, Shani, sudah mau maju. Kalian berdua bisa kembali ke tempat duduk." Shani kembali ke tempat duduknya, sementara Gito berjalan dengan perasaan campur aduk antara lega dan malu. Sementara ia merasa malu karena situasi tersebut.

GitShan One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang