Gua anak nya gitshan banget bost.
ada GXG nya yang ga berkenan silahkan tidak usah di baca.
Disclaimer : Bahwasanya cerita disini adalah fiksi (Tidak Nyata) dan orang-orang yang ada di dalam cerita ini tidak benar-benar melakukan nya karena sekali...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Shani marah, bukan lagi ia lebih dari marah, Gita sudah berjanji untuk tidak pernah minum-minum lagi, terakhir ia minum bersama Oniel, Jinan, Chika dan itu sangat kacau, dan sekarang ia tidak tau dengan siapa Gita minum namun untung nya ia hanya minum-minum di kosan nya sendiri. Tanpa berpikir panjang, Shani melompat dari tempat tidurnya, mengenakan jaket dan sepatu dengan cepat. Dia langsung bergegas untuk pergi ke kosan Gita.
Setibanya di kosan Gita, Shani mengetuk pintu dengan keras, mengabaikan hujan yang terus mengguyur. "Gita!" teriaknya, memanggil dengan nada marah dan cemas.
Tak lama kemudian, pintu terbuka dan Gita berdiri di sana dengan wajah yang masih terlihat mengantuk dan bingung. Matanya sedikit kemerahan, dan suasana di sekelilingnya tampak berantakan—botol-botol kosong berserakan di lantai, dan aroma alkohol memenuhi udara.
"Shani? Kamu beneran dateng?" tanya Gita, mencoba tersenyum meskipun dia jelas terlihat tidak nyaman.
Shani menatapnya dengan mata penuh amarah. "Kamu tahu betapa marahnya aku, kan? Kamu sudah berjanji untuk tidak minum lagi, dan lihatlah dirimu sekarang! Kenapa harus membuat semuanya lebih buruk?"
Gita merasakan hati Shani yang penuh kemarahan dan kekecewaan. Dia merasa tertekan dan tidak bisa menahan rasa bersalahnya. "Aku... aku hanya... bingung. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, aku kangen sama kamu aku tau aku salah... aku cinta sama kamu, maafin aku, tolong kembali lah." Ia memohon bahkan berlutut agar kekasih nya itu kembali padanya.
Ia salah, ia lena akan kesibukan nya, termakan stress nya sehingga kerap memarahi Shani jika ia minta di temani atau melakukan hal-hal romantis lain nya ia hanya lelah namun ia tidak bisa mengelola itu dengan baik sehingga berimbas pada hubungan nya dengan Shani, dua hari yang lalu Shani mengakhiri hubungan itu dan sejak saat itu Gita begitu menyesal.
Kemarahan dan kekecewaan yang semula membara kini terasa membaur dengan rasa kasihan dan kekhawatiran yang mendalam bagi Shani.
Gita, yang sudah berada dalam kondisi emosional yang sangat buruk, menggenggam tangan Shani dengan lembut. "Aku benar-benar minta maaf, Shani... Aku tahu aku membuatmu sakit hati. Aku lelah dengan semua ini dan hanya merasa sangat kosong tanpa kamu. Aku janji, aku akan berubah, aku akan melakukan apa saja untuk membuat semuanya kembali seperti dulu. Tapi, tolong jangan tinggalkan aku."
Shani merasa hatinya melunak melihat kerentanan Gita. Walaupun masih marah, ia bisa merasakan betapa dalamnya penyesalan Gita. Ia mengingat kembali semua kenangan indah mereka, dan bagaimana sekarang semuanya terasa hampa tanpa kehadiran Gita di sisinya.
"Gita," suara Shani terdengar lebih lembut, namun tetap tegas. "Kamu harus tahu betapa kerasnya aku berusaha untuk memahami dan mendukungmu. Tapi aku juga manusia, aku butuh perhatian dan kasih sayangmu, bukan hanya kata-kata. Kamu bilang kamu mencintaiku, tapi bagaimana aku bisa percaya jika kamu terus mengulang kesalahan yang sama?"
Gita menatap Shani dengan penuh harapan, "Aku tahu, aku salah. Aku sudah kehilangan arah dan aku terlalu egois dengan masalahku sendiri. Tapi aku serius ingin memperbaiki semuanya. Aku ingin kamu kembali, aku ingin kita mencoba lagi dengan cara yang benar."
"Aku mohon sayang..." Lirih nya lagi.
Shani mengabaikan permohonan itu dan masuk kedalam kosan Gita, di dalam kosan, suasananya kacau—botol-botol kosong berserakan di lantai, dan aroma alkohol menempel di udara. Gita tetap berdiri di ambang pintu, tampak seperti kehilangan arah dan sepenuhnya merasa tertekan.