HR

727 95 8
                                    

Suara ketikan agresif Gita semakin menjadi-jadi, jemarinya seperti menari dalam kemarahan di atas keyboard. Tombol-tombol itu dipukul dengan tenaga yang berlebihan, membuat bunyi yang tidak wajar memenuhi ruangan.

Tap tap tap tap!

Setiap kalimat yang ditulisnya hanya menambah frustrasi, seolah kemarahan itu tak menemukan jalan keluar yang cukup. Di tengah suara ketukan itu, tiba-tiba sebuah suara terdengar dari sebelahnya.

"Ada apa sih?" tanya Oniel, temannya, yang menatap Gita dengan kening berkerut, tampak bingung dan sedikit khawatir.

Gita menghentikan jari-jarinya sejenak, matanya masih tertuju ke layar. Napasnya berat, dada naik-turun dalam irama kemarahan yang tertahan.

"Ditolak lagi," gumamnya dengan nada datar, meski jelas ada ledakan emosi yang terpendam di balik suara itu. Tangan kanannya masih menggantung di atas keyboard, siap untuk mengetik lebih agresif lagi.

Oniel mendekat, melirik layar laptop di depan Gita. "Lagi?" ulangnya, seolah tak percaya, meski dia tahu betul ini bukan pertama kalinya.

Hanna hanya mengangguk, kembali memukul tombol keyboard dengan kekuatan yang tidak perlu, menyelesaikan kalimat formalitas yang terasa seperti tamparan bagi harga dirinya. "Terima kasih atas kesempatannya... Apakah ada yang bisa saya perbaiki?" Setiap kata terasa semakin menyakitkan untuk ditulis.

Oniel pun merebahkan tubuhnya dikasur Gita, ia tau sahabatnya itu sudah beribukali mendaftar kepekerjaan apapun, dari yang selaras dengan jurusan nya dibidang Arsitektur sampai bahkan menjadi Sales, tidak ada yang menerimanya. Pikiran jahil muncul dibenak Oniel, ia memotret Gita yang tengah frustrasi secara diam-diam lalu mengupload nya ke story instagram nya dengan caption 'Info loker kasian ni temen gua di tolak terus'.

Tentu Gita tidak tau akan kelakuan sahabatnya itu. 5 menit berlalu Oniel tidak memikirkan apa-apa dari story yang dia posting sebelum nya. Oniel sedang scroll Instagram saat notifikasi muncul di bagian atas layar. Shani—mantannya Gita yang sudah lama tak terdengar kabarnya—membalas story yang baru saja ia unggah.

"Kasian bgt," tulis Shani, disertai emoji tertawa kecil. "Btw, kasih tau Gita aja ada loker di tempat gue, cocok sama jurusannya. HR-nya temen gue, bisa bantu."

Oniel mengernyit. Udah lama banget dia nggak denger nama Shani disebut-sebut di lingkaran mereka, apalagi sama Gita. Tapi tawaran ini? Terdengar kayak jalan keluar buat frustrasi Gita yang udah lama nganggur.

Oniel berbalik menatap Gita yang masih sibuk dengan laptopnya, tampak tenggelam dalam dunia amarahnya sendiri.

"Eh, Git" Oniel memulai dengan nada santai tapi penuh harap, "Gua dapet info loker nih buat lo. Lumayan, sesuai banget sama jurusan lo, arsitektur."

Gita mengangkat sebelah alis, masih dengan pandangan skeptis, "Loker apa lagi?"

" Ini posisi buat arsitek beneran. Kayaknya lo cocok. Nih gue dapet dari Shani."

Begitu nama itu terucap, suasana langsung berubah. Gita terdiam sejenak, kedua matanya berkedip, menandakan dia sedang memproses informasi.

"Shani?" Nadanya datar, tapi ada sedikit kekakuan di sana.

"Iya, tadi dia nge-reply story gue. Bilang ada loker di tempat dia."

Gita memalingkan wajahnya kembali ke laptop. "Gue gak butuh bantuan dari dia," katanya dengan dingin, tapi ada sedikit getaran di ujung kalimatnya yang Oniel bisa tangkap.

Oniel menggeleng pelan. "Ya terserah lo sih. Tapi siapa tau ini peluang yang lo butuh sekarang. Lagi pula, lo gak harus interaksi langsung sama dia. Gue bisa bantu kirimin lamaran lo."

Gita terdiam, matanya kembali tertuju pada layar, tapi jari-jarinya berhenti mengetik. Sesuatu dalam dirinya berkecamuk. Di satu sisi, dia benar-benar benci berurusan lagi dengan Shani. Di sisi lain, dia juga nggak bisa terus-terusan ditolak pekerjaan seperti ini.

GitShan One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang