5 Tahun

950 95 10
                                    

Lima tahun berlalu semenjak hari dimana Gita hilang seperti di telan bumi. Shani terus mengejar karirnya dengan penuh semangat, meskipun kenangan tentang Gita sering kali menghantui pikirannya. Sering kali Shani menyiksa dirinya dengan mengambil banyak job agar pikiran nya tidak memikirkan gadis yang menghantui kepalanya itu.

Pada suatu sore yang tenang, di sebuah supermarket kecil di sudut kota, Shani tengah berbelanja bahan makanan. Suasana di dalam supermarket terasa tenang dan nyaman. Shani mendorong troli sambil memilih barang-barang yang diperlukan. Saat ia berjalan melewati lorong-lorong, matanya tiba-tiba menangkap sosok yang sangat dikenalnya. Gita, dengan wajah yang sedikit berubah namun tetap memancarkan ketegasan yang sama, sedang memilih buah-buahan.

Jantung Shani berdebar kencang. Ia merasa seolah-olah waktu berhenti sejenak. Dengan jantung nya yang masih berdebar kencang, ia berjalan mendekati Gita, yang belum menyadari keberadaannya. Saat mereka saling berhadapan, mata mereka bertemu. Ada keheningan yang canggung di antara mereka.

"Shani?" Ucap Gita dengan sekarang ekspresi yang begitu terkejut akan sosok yang ada dihadapan nya itu.

"Kamu jahat Gita, kamu menghilang begitu saja." Suara Shani bergetar matanya mulai berlinang matanya basah.

Mata Gita melembut, terlihat ada penyesalan yang dalam di dalamnya. "Shani, saya minta maaf. Saya tahu saya salah. Menghilang seperti itu tanpa penjelasan, saya hanya... saya merasa tidak punya pilihan lain saat itu."

"Kenapa, Gita? Kenapa kamu pergi begitu saja? Apa yang sebenarnya terjadi?" Kembali Shani bertanya dengan sedikit agressive kali ini emosi nya mulai memuncak.

Gita mengalihkan pandangannya sejenak, mencoba merangkai kata-kata. Namun Gita menyadari orang-orang yang sudah mulai memperhatikan mereka dan mulai mendekati Shani.

"Kita keluar dari sini dulu ya? Kita cari cafe dekat sini kita omongin disana." Ucap Gita pelan 

Shani mengangguk, meskipun hatinya masih dipenuhi dengan berbagai macam perasaan. Mereka berdua meninggalkan supermarket dengan hening, berjalan menuju sebuah kafe kecil yang tidak jauh dari sana. Mereka memilih meja di sudut yang tenang, di mana mereka bisa berbicara tanpa gangguan.

Setelah duduk, Gita menarik napas panjang, menatap Shani dengan mata yang penuh penyesalan. "Saya minta maaf, lima tahun yang lalu, saya merasa terjebak dalam situasi yang sangat sulit. Keluarga saya... mereka sangat bergantung pada saya secara finansial. Saya merasa tidak bisa membebanimu dengan semua itu."

Shani mengalihkan pandangan nya ia lelah dengan argumen Gita, padahal ia bisa membantu Gita dan ia tidak masalah dengan hal itu. Namun Gita dengan keras kepala dan egonya malah meninggalkan dia menghilang begitu saja. Air matanya turun tanpa ia sadari sedikit isakan dari dirinya.

Shani menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri sebelum menjawab. Air matanya masih berlinang di pipinya saat dia mengangkat wajahnya untuk menatap Gita yang duduk di hadapannya dengan ekspresi penuh penyesalan.

"Gita, kamu tidak tahu betapa sulitnya lima tahun ini bagiku," ucap Shani dengan suara yang penuh getir. "Setiap hari, aku merasa seperti aku kehilangan sebagian dari diriku sendiri. Aku mencoba melupakanmu, tetapi setiap kali aku melihat sesuatu yang mengingatkanku padamu, rasanya sakit sekali."

Gita hanya bisa menunduk dan berulang kali mengucapkan kata maaf. Namun lalu Gita meraih tangan Shani, menggenggamnya dengan lembut. "Saya sangat menyesal, Shani. Kalau saja saya bisa mengulang waktu, saya akan melakukan segalanya dengan berbeda. Saya ingin memperbaiki kesalahan yang telah saya buat."

Shani menatap Gita dalam-dalam, mencari ketulusan di matanya. "Apa yang kamu lakukan selama ini, Gita? Apa yang membuatmu kembali?"

Gita tersenyum tipis, masih dengan rasa penyesalan yang terpancar. "Saya bekerja keras untuk memperbaiki situasi keluarga saya yang sekarang telah terbayar, saya punya bisnis kecil-kecilan yang bisa membiayai keluarga saya dengan baik. Saya sungguh kembali kesini untuk memperbaiki semua nya Shan, memperbaiki kesalahan yang saya perbuat ke kamu."

"Mungkin kita berdua perlu waktu untuk memikirkan semuanya," kata Shani dengan suara lembut setelah beberapa saat diam. "Aku masih membutuhkan waktu untuk memproses semuanya, Gita."

Gita mengangguk mengerti. "Saya mengerti, Shani. Saya siap menunggu dan membuktikan bahwa aku serius untuk memperbaiki segalanya."

Mereka berdua duduk di kafe itu dalam keheningan yang tegang namun penuh makna. Meskipun masih ada jarak emosional yang perlu diatasi, mereka merasa lega karena dapat membuka kembali komunikasi yang lama terputus.

Tidak lama masuk dalam keheningan mereka ponsel Shani berdering menunjukan bahwa manajernya menelfon, tidak lama setelah perbincangan Shani dan manajernya Shani izin untuk pulang terlebih dahulu pada Gita.

"Aku pulang duluan ya Git." Pamit Shani yang langsung berdiri dan jalan keluar, namun setelah beberapa langkah Gita menahan lengan Shani.

"Kamu pulang naik apa?" Tanya Gita.

"Aku baru mau minta jemput manajerku" Jawab Shani pelan.

"Biar saya anter ya? Saya bawa mobil kok"

"Gausah, rumah ku jauh dari sini"

"Gapapa, saya bilang kan tadi saya mau buktiin ke kamu bahwa saya mau benerin semuanya, biar mulai dari sini ya?"

Akhirnya Shani hanya mengangguk pelan menuruti kemauan Gita, jujur saja jantung nya mulai berdebar lebih cepat dari biasanya dan rasa hangat mulai menyelimuti hati dan pipinya.

Hari itu menjadi awalan dari usaha Gita, yang benar-benar ia tunjukkan. Gita selalu berusaha untuk mendapatkan kembali kepercayaan juga hatinya Shani.

Satu tahun telah berlalu sejak pertemuan tak terduga di supermarket itu. Sejak hari itu, Gita bertekad untuk membuktikan kesungguhannya kepada Shani. Setiap hari, ia melakukan berbagai upaya untuk mendekatkan diri kembali, tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan tindakan nyata.

Gita selalu memastikan dirinya hadir dalam kehidupan Shani. Ia sering mengajak Shani makan malam setelah bekerja, mengirimkan bunga atau pesan manis setiap pagi, dan bahkan membantu Shani dalam pekerjaan ketika ia kewalahan. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, dari berjalan-jalan di taman hingga menonton film favorit mereka di bioskop. Setiap momen bersama menjadi kesempatan bagi Gita untuk menunjukkan betapa pentingnya Shani baginya.

Awalnya, Shani merasa ragu dan menjaga jarak. Luka hati yang lama masih terasa perih, tetapi perlahan-lahan, usaha tanpa henti Gita mulai meluluhkan hatinya. Gita selalu ada untuk mendengarkan keluh kesahnya, memberikan dukungan saat Shani menghadapi tantangan di pekerjaannya, dan membawa senyum di wajahnya dengan kejutan-kejutan kecil.

Di bulan keenam, Shani mulai membuka hatinya sedikit demi sedikit. Mereka mulai berbagi cerita tentang kehidupan masing-masing, mengingat kenangan-kenangan lama, dan membangun kenangan baru bersama. Shani merasakan kehangatan yang perlahan-lahan kembali mengisi hatinya. Dia melihat perubahan besar dalam diri Gita, yang kini lebih dewasa dan bertanggung jawab.

Pada perayaan satu tahun pertemuan mereka kembali, Gita mengajak Shani untuk makan malam di sebuah restoran mewah. Malam itu, mereka mengenang kembali masa-masa sulit yang telah mereka lalui dan merayakan keberhasilan mereka dalam mengatasi semua rintangan. Gita menatap Shani dengan penuh rasa syukur dan kasih sayang, sementara Shani merasakan bahwa hatinya telah benar-benar luluh.

"Shani," kata Gita dengan suara lembut, "terima kasih sudah memberi aku kesempatan kedua."

Shani tersenyum, matanya berbinar. "Kamu berterimakasih terus."

"Ya karena memang aku sangat berterimakasih." Jawab Gita singkat sebelum akhirnya ia berdiri dari kursi makan nya dan berlutut kepada Shani, mengeluarkan cincin yang telah lama ia beli.
Shani terkejut melihat Gita berlutut di hadapannya, mengeluarkan sebuah kotak cincin yang elegan. Mata Shani membelalak, dan suasana restoran seolah menjadi hening saat itu juga.

"Shani," kata Gita dengan suara penuh ketulusan, "aku tahu perjalanan kita tidak selalu mudah. enam tahun yang lalu, aku membuat kesalahan besar dengan meninggalkanmu. Tetapi, setahun ini, aku telah berusaha sekuat tenaga untuk membuktikan bahwa aku benar-benar mencintaimu dan ingin memperbaiki semua kesalahan itu. Kamu adalah orang yang sangat berarti bagiku, dan aku tidak ingin menghabiskan hidupku tanpa kamu di sisiku. Shani, maukah kamu menikah denganku?"

"Aku mau" Jawab Shani dengan begitu semangat dan penuh kebahagiaan sampai matanya menurunkan airmata bahagia.

Gita tersenyum lebar, matanya bersinar penuh kebahagiaan. Ia memasangkan cincin itu ke jari manis Shani. Malam itu begitu indah bagi mereka berdua, dan sebagai penutup yang manis untuk malam itu kedua bibir mereka bersatu berbagi kasih akan satu sama lain.

GitShan One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang