Orang Aneh (Katanya)

828 98 18
                                    

"Shan!" Panggil gadis remaja yang duduk bersebrangan dari tempat duduk nya.

"Hm? Iya? Kenapa Sis?" Tanya Shani terkejut karena ia di sadarkan dari lamunan panjang nya. Teman-temannya pun bingung, melihat Shani melamun panjang, bahkan pria disebelah nya pun ikut bertanya, "Hei, kamu kenapa? Masa bengong terus dari tadi. Ada pikiran apa?" Tanya Vino yang hendak menggenggam tangan Shani, namun Shani menarik tangan nya agar tidak di genggam oleh Vino.

Feni yang duduk tak jauh dari Shani, ikut mengernyitkan dahi, penasaran dengan apa yang membuat Shani melamun begitu lama. Ia melirik ke arah yang ditatap Shani sejak tadi dan mencondongkan tubuhnya ke depan.

"Liatin apa si?" Tanya Feni sambil menoleh ke arah yang sama dengan Shani, yang membuat mereka semua ikut menoleh dan mencari apa yang di pandang Shani. Tak lama setelah memperhatikan arah dimana Shani memandang, ia tidak menemukan apa-apa hanya... Gita? Manusia aneh yang anti-sosial dan cuek yang sedang berfokus pada bukunya itu. 

"Lu ngeliatin orang aneh itu Shan?" Tanya Feni lagi, namun sebelum Shani menjawab Vino langsung menyela dengan "Mana mungkin Shani ngeliatin dia, ada gua disini, ya ga Shan?" Tanya Vino pede pada Shani.

Gita duduk di pojok ruangan, matanya terpaku pada halaman buku yang ia baca. Di balik wajah dinginnya, ia bisa merasakan tatapan beberapa orang di seberang ruangan mengarah padanya. Dengan cepat ia melirik ke arah mereka—Shani, Vino, dan Feni. Gita sudah terbiasa dengan perhatian yang tidak ia inginkan. Setiap kali, ada saja orang yang memandangnya seperti alien, mungkin karena sifatnya yang tertutup dan cenderung anti-sosial. Tapi Gita tidak peduli. Sama sekali.

Ia kembali menunduk, memperbaiki letak kacamatanya sambil membaca baris demi baris buku klasik yang ada di tangannya. Buku adalah satu-satunya pelarian yang nyaman dari keramaian, dari orang-orang yang selalu ingin tahu tentangnya, padahal ia hanya ingin sendirian. Dunia dalam buku lebih masuk akal, lebih teratur, dan jauh lebih tenang.

Setelah beberapa saat, teman-teman Shani akhirnya bangkit dan meninggalkan meja mereka untuk kembali ke kelas. Tapi Gita bisa mendengar suara langkah yang mendekat ke arahnya. Ia sudah terbiasa dengan orang yang ingin berinteraksi dengannya tapi kali ini terasa berbeda. Langkah-langkah itu ringan dan teratur, berbeda dari yang biasanya.

Tanpa mengangkat kepala, Gita tahu siapa yang datang. Shani.

Dengan perlahan, Gita menutup bukunya, namun tidak melepaskan genggamannya. Ia menunggu Shani untuk bicara terlebih dahulu, tetap menjaga kesan tak acuh yang sudah menjadi kebiasaannya. "Kamu malu ya kalau bertemu dengan saya saat ada teman-teman kamu?" Ucap Gita.

Shani terdiam sejenak setelah mendengar ucapan Gita yang langsung menusuk tepat ke arah yang benar. Gita memang selalu begitu—tidak pernah basa-basi dan selalu langsung ke intinya. Shani bisa merasakan sedikit ketegangan di udara, tetapi ia tahu bahwa ini adalah caranya Gita berkomunikasi.

Shani tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan rasa canggungnya. "Bukan begitu, Git." ucapnya pelan, sambil menarik kursi di depan Gita dan duduk tanpa menunggu izin. "Aku ga pernah malu kok tapi memang tadi lagi sama teman-teman aku aja"

"Teman-teman kamu membicarakan saya kan? Saya juga tau kamu menatap saya terus selagi bersama mereka." Lagi ucap Gita dengan tajam dan yakin.

Shani terkejut dengan ketajaman observasi Gita. Meski Gita selalu tampak tenggelam dalam dunia bukunya, ternyata dia memperhatikan lebih banyak daripada yang terlihat. Shani menarik napas dalam-dalam, berusaha meredakan kegugupannya. Gita memang memiliki kemampuan untuk membuat orang lain merasa terbuka dan terpojok dalam waktu yang bersamaan.

"Aku... ya, mereka memang nanya. Tapi bukan sesuatu yang buruk," jawab Shani dengan hati-hati. "Aku nggak bisa bohong kalau aku tadi sempat ngelihatin kamu. Tapi bukan karena aku membicarakan kamu."

Gita masih tetap tenang, tatapannya tidak menunjukkan perubahan, namun ada sedikit keingintahuan yang mulai tampak di matanya. "Lalu kenapa kamu melihat saya?"

Melihat Gita yang seperti ini membuat Shani teringat akan pertama kali pertemuan mereka.

GitShan One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang