Gita's Birthday

1.1K 89 10
                                    

Disclaimer : Ada bagian yang agak mature jadi titidj (tiati di jalan) saat membacanya!

Gita terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang campur aduk. Matanya masih setengah tertutup dan tubuhnya terasa berat, namun ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Ia meraba-raba tempat tidur di sebelahnya, mencari kehangatan yang seharusnya ada di sana. Namun, yang ia temukan hanyalah dinginnya kain seprai yang kosong. Gita mengerutkan kening dan mengangkat tubuhnya, bersandar pada sandaran tempat tidur.

Ia melihat kesekitar, memperhatikan kamar dari dirinya dan Shani. Semua tampak sunyi dan tenang, tidak ada suara atau tanda-tanda keberadaan Shani. Dengan perasaan cemas yang semakin menjadi, Gita menyingkirkan selimut yang membungkus tubuhnya dan turun dari tempat tidur. Kakinya menyentuh lantai kayu yang dingin, membuatnya menggigil sejenak. Ia berjalan ke arah pintu kamar, membuka perlahan dan mengintip ke lorong rumah yang gelap.

Gita memutuskan untuk memeriksa dapur. Ketika ia mendekati pintu dapur, aroma harum yang menggugah selera mulai tercium. Ia membuka pintu dengan hati-hati dan betapa terkejutnya ia melihat Shani sedang sibuk di dapur, memasak sesuatu dengan penuh konsentrasi.

Meja dapur penuh dengan bahan makanan yang tersebar rapi. Shani tampak begitu fokus, dengan celemek yang melilit di pinggangnya dan wajah yang sedikit berkeringat karena panasnya kompor. Gita berdiri di pintu, merasa lega namun juga terharu melihat usaha kekasihnya.

Shani menoleh dan tersenyum saat melihat Gita berdiri di sana. "Pagi sayang, selamat ulang tahun!" katanya dengan suara ceria sembari menaruh sarapan pagi itu di piring dan setelahnya menghampiri Gita untuk mencium pipinya.

"Aku kira kamu pergi" dengan nada yang cukup sedih Gita mengucapkan hal tersebut sembari melingkari tangan nya pada pinggang Shani tidak membiarkan kekasihnya itu jauh dari dirinya.

"Maaf sayang, aku mau masakin makanan kesukaan kamu dan ga tega bangunin kamu sepagi itu." Jawab Shani dengan nada yang begitu lembut dan tangan nya yang mengelus pelan pipi Gita.

Gitapun mencoba untuk mendapatkan morning kiss dari kekasihnya itu namun tentu saja tertolak karena Gita belum menggosok giginya juga jika mereka berciuman sekarang makanan yang telah dibuat akan teranggur dan menjadi dingin.

"Sayang, ciuman nanti aja ya, kalau sarapanmu sudah habis," kata Shani sambil tertawa kecil. "Sekarang duduk dulu, aku sudah siapkan semuanya."

Gita mengangguk dengan senyum lebar, duduk di meja dapur yang sudah dihiasi dengan bunga segar. Shani menyajikan sarapan spesial yang terdiri dari pancake, telur orak-arik, dan buah segar. Mungkin hal tersebut terlihat sederhana namun itu merupakan masakan Shani kesukaan Gita dan kesederhanaan itu membuat Gita begitu bahagia.

"Terimakasih banyak sayang" Ucap Gita sebelum akhirnya fokus memakan semua masakan Shani pagi itu. Mereka berdua menikmati sarapan sambil berbicara dan tertawa, berbagi momen kebahagiaan di pagi hari ulang tahun Gita. Setelah sarapan, Gita dan Shani merapikan meja bersama, ada kesempatan-kesempatan dimana mereka mengusili satu sama lain yang membuat mereka tertawa dengan cukup lantang pada pagi ini.

Setelah semuanya beres, Shani mendekati lemari kecil di sudut ruang tamu dan menarik keluar sebuah kotak besar yang dibungkus kertas kado berwarna-warni. Dengan senyum lebar, Shani membawa kotak itu ke meja dan meletakkannya di depan Gita.

"Aku punya sesuatu untukmu," kata Shani dengan mata berbinar. "Aku tahu kamu sudah lama menginginkan ini."

Gita melihat kotak itu dengan penasaran, kemudian mulai membuka kertas kado dengan hati-hati. Ketika kertas itu terlepas, ia terkejut dan gembira melihat kotak Lego series terbaru yang selama ini diidam-idamkannya, Lego Technic Batman.

"Shani, sayang Ini... ini luar biasa!" Gita hampir tak bisa berkata-kata. "Aku udah lama banget menginginkan ini, terimakasih banyak sayang" Gita pun langsung memeluk Shani setelah melihat kado yang Shani berikan padanya.

Tanpa berpikir panjang, Gita mendekatkan wajahnya, menarik Shani lebih dekat hingga tubuh mereka bersentuhan. Gita menatap mata Shani dalam-dalam sebelum akhirnya menutup matanya dan memberikan ciuman lembut di bibir Shani. Ciuman itu terasa hangat dan penuh kasih, namun Gita tidak berhenti di situ. Ia memperdalam ciumannya, merasakan rasa manis bibir Shani yang begitu memabukkan.

Shani membalas ciuman itu dengan penuh gairah, tangannya melingkari leher Gita dan menariknya lebih dekat. Bibir mereka bergerak sinkron, seolah menari dalam irama yang hanya mereka berdua mengerti. Nafas mereka saling berbaur, menciptakan kehangatan yang menyelimuti mereka berdua.

Ciuman itu semakin intens, bibir mereka saling menjelajahi dengan lembut namun penuh keinginan. Gita merasakan jantungnya berdetak kencang, tubuhnya dipenuhi oleh rasa cinta yang mendalam. Ia menggeser tangannya ke pinggang Shani, menariknya lebih erat, seakan ingin memastikan bahwa momen ini nyata.

Shani mengeluarkan sedikit desahan, menikmati setiap detik dari ciuman itu. Tangan mereka bergerak perlahan, menyentuh dan merasakan kehadiran satu sama lain. Ciuman itu seakan menyampaikan segala perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Setelah beberapa saat yang terasa seperti seabad, mereka akhirnya melepaskan ciuman itu dengan perlahan. Gita menatap Shani dengan mata yang berbinar penuh kebahagiaan, sementara Shani tersenyum lebar, wajahnya sedikit memerah.

"Aku sayang banget sama kamu ngga, aku rasa aku sangat amat mencintaimu." kata Gita dengan napas yang masih tersengal dan menempelkan jidatnya dengan jidat Shani dan menatapnya dengan lekat.

"Aku juga sangat mencintaimu, Gita," jawab Shani dengan suara lembut.

Keduanya kini masih mengatur kembali nafas mereka, sebelum akhirnya Shani memecah keheningan mereka dengan bertanya.

"Kamu mau nyusun lego sekarang atau..." Ucap Shani yang menggantung kalimatnya itu.

"Atau apa?"

"Makan hidangan kedua" Ucap Shani dengan penuh sensual.

Shani tersenyum nakal, matanya memancarkan kilauan penuh arti. "Atau makan hidangan kedua," ucapnya dengan nada penuh sensual, tangannya meluncur lembut di sepanjang lengan Gita.

Gita tertawa kecil, merasakan getaran dari sentuhan Shani. "Hidangan kedua? Makan apa ni aku untuk hidangan kedua?" 

Shani mendekatkan bibirnya ke telinga Gita, membisikkan dengan suara yang menggoda, "Kamu akan tau kalau kamu bawa aku ke kamar sekarang."

Gita merasakan detak jantungnya semakin cepat, senyuman tak pernah lepas dari wajahnya. "Kalau begitu, kita simpan dulu Lego-nya," katanya, ntah kekuatan dari mana ia langsung menggendong kekasihnya itu ala bridal, dan berlari membawa kekasihnya itu kekamar.

Dengan penuh cinta dan gairah, mereka berdua menghabiskan waktu yang indah bersama, merayakan ulang tahun Gita dengan cara yang paling intim dan penuh kasih. Suara-suara desahan pun terdengar cukup jelas dari kamar mereka serta suara kencang memanggil nama Gita. Setidaknya hari itu menjadi hari yang penuh kebahagiaan untuk mereka berdua, namun lebih untuk Gita.



GitShan One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang