Wawancara

586 67 6
                                    

Kantor berita tempat Gita bekerja selalu sibuk. Telepon berdering tanpa henti, suara keyboard bertautan dengan tawa kecil dari ruang istirahat, dan gemuruh langkah kaki karyawan yang berlalu-lalang memenuhi ruang terbuka itu. Di tengah hiruk-pikuk itu, Gita duduk di mejanya, menatap layar laptop dengan alis yang berkerut. Jarinya sudah dua kali mengetik kata sandi emailnya, tapi dua-duanya salah. Dia menggigit bibir, mencoba mengingat pola yang sering digunakannya. Namun sepertinya, di antara keramaian pekerjaannya yang tiada habis, ingatannya malah tersendat.

"Kenapa Git?" Tanya Oniel, sahabat serta rekan kerjanya. 

Gita memijat pelipis kepalanya. "Ini loh, gua iba-tiba ke log out dari email gua, terus gua  lupa password nya apa anjr,mana tadi Pak Setyo minta check email secepatnya." Keluh nya lagi diantara kepusingan nya.

Oniel pun menggeser bangku nya untuk melihat layar laptop Gita dan mulai mengotak-atik dari sana. "Nah, ini lu tinggal jawab-jawab pertanyaan ini aja yang mastiin bahwa ini lu terus nanti bisa reset password." Jelas Oniel setelah 5 menit menyentuh laptop Gita.

Gita menatap layar laptopnya, melihat halaman pemulihan kata sandi yang muncul berkat bantuan Oniel. Deretan pertanyaan keamanan menanti jawabannya, dan Gita menghela napas panjang. "Makasih banget, Niel. Coba gua jawab sekarang, deh."

Oniel tersenyum kecil, menepuk bahu Gita sebelum kembali ke mejanya. "Santai aja, Git. Pasti bisa kok. Jangan kelamaan, nanti Pak Setyo keburu ngomel."

Gita hanya mengangguk sambil tersenyum tipis, lalu fokus kembali ke layar. Pertanyaan pertama tampak mudah: "Apa nama hewan peliharaan pertama Anda?" Dengan cepat dia mengetik: Oyen—nama kucing yang dia pelihara saat masih kecil.

Pertanyaan berikutnya juga familiar: "Di kota mana Anda dilahirkan?" Gita mengetik tanpa ragu: Jakarta.

Tapi ketika sampai pada pertanyaan ketiga, Gita tersentak. Pertanyaan yang muncul di layar membuat jantungnya tiba-tiba berdegup lebih cepat.

"Siapa cinta pertama Anda?"

Gita terdiam. Rasanya udara di sekitar kantor tiba-tiba mendingin, dan suara riuh yang tadi memenuhi ruang terbuka mendadak menjauh dari pendengarannya. Matanya terpaku pada kata-kata itu, seolah-olah pertanyaan tersebut membawa kenangan yang telah lama ia pendam.

Cinta pertama? Sungguh pertanyaan itu tak pernah ia duga akan muncul lagi, apalagi di tengah situasi seperti ini.

Perlahan, Gita menelan ludah. Jarinya menggantung di atas keyboard, ragu-ragu. Nama itu muncul begitu saja di benaknya—nama seseorang yang sudah lama hilang dari hidupnya namun tak pernah benar-benar pergi dari ingatannya.

Shani Indira Natio.

Dengan cukup ragu, jari Gita mulai menari lincah di keyboard nya, mengetik nama itu. Akhirnya ia bisa mengatur sandi baru nya, namun kepala nya tidak bisa di atur, otak nya mulai memikirkan kembali kenangan-kenangan indah bersama gadis itu, dan bagaimana mereka putus karena mimpi Shani untuk menjadi artis ibu kota. 

Namun untung nya hal itu tidak ia pikirkan begitu lama, karena ia masih harus mengecek email dari atasan nya itu.

Subject : Wawancara Ekslusif bersama JKT48.

Itu hal pertama yang Gita lihat saat membuka email dari Pak Setyo, ia pun mulai membaca isi dari email itu, intinya adalah perusahaan berita Gita telah dipercaya untuk melakukan interview eksklusif ini, dimana JKT48 baru saja terkena skandal mengenai salah satu membernya dan interview ini diharapkan bisa membersihkan nama baik member yang terkena skandal juga nama JKT48.

Namun dalam wawancara ini, Gita ternyata akan mewawancarai Shani selaku kapten dari JKT48. Terkejut? Bukan main. Tidak pernah terlintas dalam otak Gita bahwa ia akan bertemu kembali dengan mantan kekasihnya itu.

GitShan One ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang