Extended

891 36 5
                                    

*POV Parman

Saat ini aku bersama anakku Azka akan menuju ke kampung istriku, karena menurut perkiraan dokter dalam waktu minggu ini dia akan melahirkan. Aku tidak sabar menunggu kelahiran bayi yang sudah lama aku dambakan, seorang adik untuk anakku Azka. Siang ini terasa panas dan tidak terlalu ramai, mengingat saat ini masih dalam situasi pandemi COVID19 dan protokol sangat tegas diterapkan dibanyak tempat, jadi aktivitas masyarakat sedikit dibatasi.
Dalam pikiranku saat ini khawatir bercampur dengan rasa bahagia, saking campur aduknya perasaan dihati dan pikiranku, tanpa sadar ketika tadi sebelum berangkat aku memasakkan nasi goreng untuk aku dan Azka sarapan dan tanpa sadar aku memasukkan banyak cabai didalamnya, kupikir dengan pedas cabai pikirian negatif ku bisa sedikit hilang, akan tetapi malah sebaliknya. Baru saja aku sampai diterminal bis, perutku sudah terasa mulas. Namun, karena aku belum memesan tiket jadi kupikir lebih baik aku memesan tiket dulu baru ke toilet untuk BAB. Diperjalanan tadi, anakku sempat komplain mengenai nasgor yang aku buat, menurutnya nasgor pagi itu terasa sangat pedas berbeda dari biasanya, maklum saja seperti yang ku katakan sebelumnya, kupikir pedasnya cabai bisa menghilangkan pikiran negatif ku, tetapi malah membuat perutku mulas dan menurut Azka dia sempat sakit perut juga akan tetapi tadi sebelum berangkat dia sudah BAB dirumah dan yang membuatku malu adalah komplainan ini didengar juga oleh tetanggaku, Abdi si pemilik mobil kol bak yang kami tumpangi, "sabar Ka, pedas itu tanda RINDU wkwkwkw bapakmu dah ngebet mau ketemu istrinya hahahaha", kata Abdi si supir. Abdi ini tetangga ku, umurnya 2 tahun diatas ku, dia bekerja sebagai supir mobil kol bak yang mengangkut bahan-bahan sayuran ke pasar yang dimana pasar ini searah dengan arah terminal yang kami tuju, yaaa dengan membayar seikhlasnya, kami dapat tumpangan yang lumayan nyaman, jadi tidak perlu jalan kaki keluar gang untuk mencegat kendaraan.
Oh iya, balik lagi. Aku yang sudah merasa mulas, izin keanakku yang sedang menunggu aku membeli tiket. Ketika tiket dan jam keberangkatan sudah kudapatkan, aku langsung menuju ke tempat dia duduk dan menyerahkan tiketnya. Tanpa banyak basa basi aku langsung menyerahkan tiketnya dan izin ke toilet. Baru aku mau meluncur ke toilet, Azka anakku malah banyak bertanya, seperti jam keberangkatan bis dan bla bla bla, karena sudah kepalang mules aku jawab dengan singkat pada dan jelas agar aku bisa segera pergi ke toilet. Ketika aku sampai ditoilet, syukurlah toiletnya tidak terlalu ramai dan aku segera memilih bilik untuk aku tempati. Sekitar 10 menit kemudian, aku sudah menyelesaikan BAB ku dan segera kembali ke tempat Azka. Namun, ketika aku keluar dari bilik WC, aku berjumpa dengan seseorang yang sudah lama tak ku temui, orang yang sempat mengisi ruang kosong dihatiku dan ingatan tentang orang ini sudah kuhapus dari isi kepalaku.

Parman: Harun !?!?!?
Harun: mas Parman....!!!!
Parman: Kok kamu ada disini?
Harun: iya mas, kamu apa kabar?

Sempat sesaat kami berdua terdiam terpaku didalam kamar mandi umum, tetapi kami berdua langsung sadar dan segera keluar dari toilet karena didalam sana mulai banyak orang. Aku dan Harun menepi, mencari tempat yang nyaman untuk kami berdua mengobrol. Saat kami berdua sudah duduk, ada rasa canggung ketika kami mau memulai membuka obrolan. Saat itu, hal pertama yang ku lihat dari penampilan Harun agak berbeda, dia memakai tongkat berjalan dan kaki sebelah kirinya memakai gips. Aku bertanya "kamu kenapa Run, ada apa dengan kaki mu?". Lalu Harun menjelaskan kalau dia mendapat musibah ketika kerja beberapa hari yang lalu, dia terjatuh dari lantai 2 bangunan yang saat itu sedang dia kerjakan, nahasnya saat itu perlengkapan pengaman atau safety tools tidak bekerja dengan baik, sehingga cedera yang dialami nya cukup serius. Ada beberapa bagian tulang yang patah, akan tetapi bagian yang terparah adalah dibagian kaki kirinya dimana beberapa tulang kakinya mengalami patah tulang yang cukup serius, sehingga untuk beberapa saat dia harus memakai kursi roda. Namun, dia berpikir kursi roda hanya akan memanjakan penyakitnya dan membuatnya jadi malas berjalan, sehingga hal tersebut dapat memperlambat penyembuhannya, begitu pikirnya. Oleh sebab itu, Harun memutuskan untuk memakai tongkat saja, meski ketika dia berjalan dibeberapa bagian tubuhnya terasa nyeri, tapi dia berusaha menahannya. Kecelakaan yang Harun alami cukup membuat ku terkejut, tidak ada kata-kata lain yang dapat kusampaikan selain doa-doa yang baik guna kesembuhannya.

Anak Tunggal a.k.a I Love You BapakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang