PERPISAHAN

1.7K 54 6
                                    

Hari ini adalah harinya bagi Parman untuk beristirahat. 5 hari kerja jelas dia membutuhkan waktu libur dan hari ini adalah jatahnya Parman untuk libur. Dari pagi hingga siang, ia tidak banyak melakukan kegiatan, hanya makan dan tidur. Siang tadi dia sempat makan bersama anaknya, Azka. Namun, karena hari ini dia ada jadwal les matematika, makanya setelah makan Azka segera bergegas mengambil buku pelajarannya dan pergi ke tempat les. Parman yang sudah merasa senang anaknya sudah pulang, ia seketika bersedih kembali karena anaknya harus pergi les. Alhasil, setelah Azka pergi ia pergi tidur lagi, tetapi tetiba ia kepikiran akan sesuatu. Parman berfikir kalau sore ini dia mau memasak sesuatu buat anaknya itu. Ia ingin memasak gorengan buat nanti ketika Azka pulang dia bisa mengisi perutnya sedikit sembari menunggu jam makan malam. Parman berniat membuat pisang goreng dan sukun goreng, kebetulan tetangganya yang memiliki kebun dibelakang rumahnya sedang panen banyak, makanya Parman kebagian diberikan 1 sukun dan beberapa pisang tanduk. Segera ia menyiapkan bahan-bahan untuk membuat gorengan. Meski Parman tidak jago memasak, akan tetapi kali ini dia sangat percaya diri akan masakan yang akan dibuatnya itu. 

Ketika Parman sedang menyiapkan bahan-bahan masakan, pelan-pelan dia mendengar suara sepeda motor yang ia kenal. "Kok itu kaya suara motornya Harun ya !!!". Ternyata siang itu, Harun sudah pulang dari kerjanya. Tidak biasanya Harun pulang lebih awal, karena biasanya dia pulang selepas maghrib atau setidaknya menjelang tengah malam, tapi siang itu dia sudah pulang. Tidak diperdulikannya, Parman masih terus menyiapkan bahan-bahan masakannya itu. Sampai suatu ketika, dari depan pintu rumahnya ada seseorang yang mengetuk pintu rumahnya. Segera Parman menuju kedepan rumah dan melihat siapa yang berkunjung kerumahnya. Ketika Parman membukakan pintu, dia terkenjut ternyata itu adalah Harun. Namun, kali ini dia terlihat berbeda, wajah Harun terlihat lesu dan sedih, seperti ingin menyampaikan sesuatu. Lalu Parman segera mempersilahkannya masuk kedalam rumah, akan tetapi tiba-tiba Harun mengucapkan sesuatu yang membuat Parman kaget. "mas,,, aku mau dipindahkan  ke proyek lain". Parman yang masih berfikir positif hanya bisa membalas oh,,, saja, Parman masih terus mempersilahkan Harun masuk dan menyuruhnya untuk duduk. Hingga percakapan mereka dimulai. 

Parman: emang kamu mau dipindahin keproyek mana??? Kok gitu aja kaya orang kebingungan harusnya kan seneng karena objekan masih ngalir terus
Harun: mas,,, proyeknya bukan disini tapi di Sumatera, itu artinya aku juga bakalan pindah dari sini

Seketika jantung Parman berdegub kencang seolah-olah seperti dipukul sesuatu yang keras. Dia berpikir, apakah dia dan Harun akan berpisah? Padahal mereka sudah saling akrab dan bahkan sudah berikrar menjadi "suami-istri". 

Parman: kok mendadak begini, terus kapan kamu dipindahinnya? 
Harun: awal minggu besok mas, jadi minggu ini adalah minggu terakhir aku disini.
Parman: looh, terus aku gimana Run? Terus teman-teman kamu juga dipindahin?
Harun: enggak mas, mereka tetap ngelanjutin proyek yang ada disini.
Mas, aku juga bingung harus gimana. Aku sayang sama kamu, berat  aku ninggalin kamu. Aku udah berusaha nolak tapi boss ku ngancem kalau aku menolak aku bakalan dipecat.

Sesaat Parman terdiam, tak bisa berkata-kata. Meski perasaannya saat ini tidak menentu, dia berusaha tetap tenang. Parman mengajak Harun untuk minum kopi bersama di bale belakang rumahnya dan mulai berbincang dari hati ke hati. 

Parman: lantas apa rencanamu selanjutnya? Dan gimana dengan hubungan kita, apakah tetap lanjut atau mesti diakhiri?
Harun: Meski aku baru resmi pindah minggu depan, kemungkinan lusa aku sudah harus pergi dari sini untuk melakukan persiapan perpindahan dan mengenai hubungan kita....
Parman: hubungan kita,,,,????
Harun: mas, sejujurnya aku makin sayang sama kamu, tapi disisi lain aku juga sadar, aku salah, aku sudah menghianati istriku. Sudah 2 bulan ini aku terus menghindari panggilan telepon dari istriku, aku selalu beralasan kalau aku sibuk. Sampai akhirnya dia mencurigai aku kalau aku mempunyai wanita lain dan akhirnya dia mengancamku, dia akan menggugat cerai saya kalau saya terus menghindar darinya. Jadi saya sudah membuat 2 keputusan yang amat berat mas. 
Parman: keputusan apa itu?
Harun: pertama, meski berat dan mau tidak mau saya ingin mengakhiri hubungan kita ini mas dan yang kedua, saya akan mengajak istri berserta anak-anak saya untuk ikut pindah dengan saya ke Sumatera, ke proyek baru saya nanti.

Anak Tunggal a.k.a I Love You BapakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang