Malam berganti pagi, matahari sudah mulai semakin terlihat. Namun, sejak malam Azka tidak bisa tidur dan alhasil "mata panda" terlihat dibagian bawah kelopak matanya. Karena kejadian itu, Azka tidak dapat melanjutkan tidurnya, karena terbayang kejadian bapaknya dikawini oleh tetangganya sendiri. Hal itu membuat Azka kecewa kepada bapaknya sekaligus marah akan apa yang mereka berdua lakukan.
*** Part Azka ***
Kenapa bapak jadi begitu? Apa ini karena penghianatan yang dilakukan mama? Aaahh,,, brengsek lah Aku belum siap menerima kalau bapak jadi Homo, Aggghhhh,,,, brengsek,,, banjingan om Harun.
Setelah kejadian semalam, aku tidak bisa tidur. Pertanyaan yang terus melayang-layang dipikiranku, KENAPA ??? Aku suka sama bapak, aku cinta bapak tapi aku tidak terima kalau ada orang lain yang masuk ditengah-tengah kami. Memikirkan kejadian semalam, rasanya sesak sekali didada dan membuat kepalaku terasa terbakar. Pokoknya aku harus membalas perbuatan om Harun pada bapak dan bapak juga harus menerima hukuman karena membiarkan om Harun mengentoti pantatnya.
Alarm pada HPku berbunyi menunjukkan pukul 5.30 pagi. Rasanya malas sekali untuk keluar dari kamar dan bertemu bapak, syukur-syukur si Harun bajingan itu sudah ga ada disini, malas sekali rasanya aku melihat wajahnya, bisa-bisa emosiku memuncak dan kuhajar wajah sok polosnya itu.
Perlahan-lahan aku bangkit dari kasur mengucek kedua mataku dan segera merapihkan tempat tidurku, Dengan langkah kaki gontai, aku menuju pintu dan Segera turun ke lantai 1 untuk menuju ke kamar mandi. Ketika dibawah, aku melihat bapak yang baru selesai memasak untuk kami sarapan dan lagi-lagi sarapannya nasi goreng dan telor ceplok. Bukannya aku tidak bersyukur dan bosan pada makanan itu, tapi karena melihat wajah bapak yang sumringah aku malah jadi bete, aku tahu alasan kenapa bapak senyum-senyum sendiri.
Parman: eeeh anak ganteng udah bangun :>
Aku yang tidak menjawab sepatah katapun segera memalingkan wajahku dan Segera pergi menuju ke kamar mandi. Aku yakin, apa yang aku lakukan tadi menjadi pertanyaan pada bapak kenapa pagi-pagi aku terlihat kurang bersahaja. Namun, aku tidak perduli dan lebih baik aku Segera mandi, membasuh tubuhku dengan air yang dingin untuk menghilangkan semua pikiran-pikiran negatif itu. Ketika aku mandi, tiba-tiba batangku yang sedari setengah menegang tiba-tiba full ereksi. "Ah,,, shiit kenapa sih kamu mesti bangun full begini, padahal aku lagi ga mood". Kekesalan dan horny ini memang sepertinya harus aku luapkan, supaya pikiranku jadi tenang. Aku segera menyelesaikan kegihatan mandi ini dan menuju kedapur untuk sarapan, tapi hingga sekarang aku masih belum kepikiran bagaimana cara menghukum bapak dan om Harun. Setelah selesai mandi dengan berpakaian seadanya aku segera menuju ke dapur untuk sarapan.
Parman: kok anak bapak pagi-pagi mukanya dah cemberut gitu?
Azka: hah, nggak pak mungkin aku semalam kurang tidur aja.
Sesaat aku menoleh kearah bapak dan tiba-tiba wajahnya sedikit agak berubah, menandakan dia berfikir sesuatu
Kenapa pak, kok diem?
Parman: ah enggak, dah makan yang banyak dan cepet dihabisin
Azka: pak undang om Harun gih, kita makan bareng-bareng
Parman: kok tumben tiba-tiba ngajak om Harun makan disini
Azka: ga apa-apa pak, lagian anggap sebagai ucapan terima kasih karena dia suka bantuin kita pak, apalagi tempo hari dia pernah nemenin Azka waktu bapak pulang larut malam.
Parman: oh,,,, hmmm iya deh bapak panggil orangnya ya, semoga dia belom jalan
Aku melihat wajah bapak agak kaget dengan perkataan-perkataan ku tadi. Mungkin dia sedang menerawang apakah aku mengetahui kegiatan yang dia lakukan semalam dengan si bajingan itu. Tidak lama bapak pergi, aku melihat dia masuk dari pintu pagar belakang Bersama dengan si Harun itu. Rupanya si bajingan itu sudah berpakaian rapih dan mungkin akan segera berangkat kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Tunggal a.k.a I Love You Bapak
Novela JuvenilKisah seorang Anak yg tidak sengaja melihat suatu "kejadian" yg merubah hidupnya, hingga mencintai Bapak/Ayahnya sendiri. Cerita ini hanya fiktif belaka. Apabila ada kesamaan latar, waktu dan tokoh, semua itu hanya kebetulan belaka.