_OB_
Pagi hari kembali tiba. Uzee dengan sepedanya yang mengangkut sekarung hasil panen menelusuri jalan menuju pasar. Karung itu bukan hasil panen miliknya, melainkan punya tetangganya. Dia diminta untuk menjualkan kepasar, dengan upah tentunya, mendengar itu Uzee langsung segera melakukannya.
Sampai di tempat yang biasa untuk dijadikan tukar hasil panen Uzee mengangkat karung yang berat itu untuk ditimbang kembali. "Punya siapa lagi ini Zee?" tanya pegawai yang sudah kenal dengan Uzee.
"Punya Pak Naryo, tolong ditimbangin Pak," kata Uzee.
"Iya tunggu ya, antri."
"Iya Pak." Uzee duduk dibangku sambil mengamati banyak orang yang berlalu lalang entah itu sedang berbelanja atau melakukan hal lainnya. Mata Zee terpaku pada salah satu kedai yang menarik perhatian. "Pak, saya ke sana sebentar ya?"
"Iya Zee," sahut Bapak itu.
Uzee beranjak menghampiri kedai itu. Dia melihat barang-barang yang terjual di sana. Hingga netranya melihat sebuah kalung berliontin kupu-kupu yang nampak indah. "Pak boleh lihat kalung itu?" Penjual langsung memperlihatkan kalung itu pada Uzee. Kalung yang bagus, Uzee tertarik ingin membelinya. Tentu kalung itu bukan untuk dirinya, melainkan dia ingin memberikan pada sang kekasih. Meski pun tidak mewah dan bukan barang mahal, tapi tidak salahkan kalau dia sesekali ingin membuat kekasihnya senang dengan suatu barang.
"Saya beli kalung ini Pak," kata Uzee. Meski uangnya pas-pasan, tapi dia sesekali ingin memberikan barang untuk Shani. Nanti, jika dia sudah Mempunyai banyak uang, dia akan menggantikannya dengan barang yang lebih. Selesai membayar Uzee beranjak kembali ke tempat tadi penimbangan, tetapi langkahnya terhenti saat seseorang tak sengaja menyenggolnya. "Maaf, maaf saya tidak sengaja," kata orang itu.
Uzee melihat sang pelaku yang nampak tak asing. "Eh, kau Alden?" tanya Uzee yang takut salah. Dia seperti mengingat lelaki di hadapannya ini adalah temannya masa SMP dulu. "Kau, Uzee?" Uzee mengangguk menanggapi, mereka saling tersenyum lalu berpelukan sejenak.
"Apa kabar?" tanya Alden.
"Baik, kau bagaimana?"
"Baik juga. Sudah lama kita tidak berjumpa. Kau tambah tampan, berapa pacarmu sekarang?" gurau Alden.
"Hei, aku tidak semaruk dirimu itu. Aku satu saja sudah bersyukur." Alden tertawa mendengarnya. Memang dimasa lalu Alden ini cukup playboy, banyak mengencani para gadis. "Aku ingin berbincang denganmu, bisa kita cari tempat?" tanya Alden.
"Di sana saja. Aku juga sedang menunggu hasil panen ditimbant," tunjuk Uzee. Alden setuju dan akhirnya mereka duduk dibangku yang awalnya Uzee tempati.
"Bagaimana kabar orang tua mu?" tanya Alden. Dia belum mengetahui bahwa kedua orang tua Uzer telah tiada. Namun, Uzee tak merasa gimana-gimana saat Alden memanyakan hal itu. "Orang tua ku sudah meninggal lama."
"Astaga, maaf aku tidak tau," kata Alden yang merasa tak enak.
"Tidak apa," jawab Uzee santai.
"Jadi sekarang?"
"Aku hanya tinggal sendiri. Menghidupi diriku sendiri. Waktu terus berjalan, aku juga harus bisa dewasa agar bisa makan," jelas Uzee.
"Benar. Kerja apa kau sekarang?" tanya Alden.
"Serabutan dan mengelola sawah peninggalab orang tuaku. Apa pun aku kerjakan. Mencari kerja yang tetap sekarang tidak mudah. Jadi seadanya saja aku kerjakan, yang penting bisa untuk makan tiap hari. Bagaimana kabar orang tuamu? Kau pindah selesai kelulusan dulu."
"Mereka baik. Aku ke sini ingin mengunjungi kakek. Oh iya, aku ingat. Aku ada teman di kota yang sedang membutuhkan pegawai di tokonya. Apa kamu mau bekerja di sana?" Tawar Alden. Uzee yang mendengar itu tentu merasa senang. Ini merupakan kesempatannya untuk mendapat pekerjaan yang tetap dan mungkin gaji yang lebih banyak dari pada sekarang. "Sampai kapan tawaran itu berlaku?" Tanya Uzee.
"Entahlah, tapi kalau kau mau secepatnya lebih baik mulai melamar saja ke sana. Karena pasti banyak orang yang mencari pekerjaan," kata Alden.
"Aku tertarik, apa saja yang harus disiapkan?"
"Seperti lamaran kerja pada umumnya. Kalau kau mau aku akan menghubungi temanku itu dan minggu depan aku temani kau ke sana."
"Terima kasih Alden."
_OB_
"Shan, Shan diminta Ayah ke luar," kata Tara dari ambang pintu kamar Shani. Sang pemilik kamar menatap bingung ke arah kembarannya, lalu dia meninggalkannya gambarannya.
Shani akhirnya keluar diikuti dengan Tara. Di ruang tamu sudah ada Ayah dan Bundanya yang sedang menjamu tamu."Shan mari duduk," titah Pak Sanji. Shani duduk dikursi kosong diikuti dengan Tara yang menemani. Dia melirik pada lelaki yang duduk dan tersenyum padanya. Sungguh Shani tak nyaman ditatap olehnya. "Apa ada Yah?" tanya Shani.
"Jadi ini Pak Juragan dan Frans anaknya. Ada yang ingin mereka katakan padamu," kata Pak Sanji. Dia tersenyum kecil pada anaknya itu.
"Jadi... sebentar yang mana ini nak Shani?" tanya Pak Juragan, ia tak mau salah menunjuk. Shani mengangkat tangannya menanggapi. "Oh kau. Jadi kedatangan Bapak dan anak Bapak ke sini mau mengungkapkan sesuatu kepadamu. Ini Frans, anak saya. Nak Shani, jadi anak saya ini suka kepadamu. Dia ingin kamu mau menikah dengannya. Apa Nak Shani mau menerimanya?"
Alis Shani bertaut tanda tak suka. Dia menatap Tara kemudian Ayahnya, berkata melalui pandangan kalau dia tidak suka. "Maaf Pak, saya tidak bisa. Saya tidak mengenal anak Bapak dan sebelumnya maaf saya sudah memiliki kekasih," jawab Shani.
"Uzee kekasihmu? Dia hanya lelaki miskin, kamu tidak akan bisa hidup bahagia dengannya. Lebih baik denganku, aku akan membahagiakanmu. Aku juga kaya, hidup kamu tidak akan sengsara," sahut Frans yang tidak sopan. Shani semakin tak sudah dengannya. Tara pun sama, dia bahkan tak segan menatap jijik kepada lelaki yang sombong itu.
"Mau kau kaya atau tidak, aku tidak akan mau dengan lelaki somong sepertimu. Dan tolong jangan merendahkan kekasihku!" kata Shani dengan tegas dia menatap tajam ke arah Frans. Tak peduli jika dirinya akan dinilai tidak sopan.
"Apa yang akan kau banggakan dari kekasihmu itu?" Kata Frans.
"Jangan banyak bicara! Aku tidak mengenalmu dan dengan lancangnya kamu merendahkan kekasihku! Aku tidak ingin menerimamu. Ayah, aku tidak mau!" Adu Shani pada Ayahnya kemudian dia kembali lagi ke kamar. Tara mengikuti kembarannya itu, dia tau kalau kembarannya itu pasti tengah kesal sekarang.
"Maafkan anak saya, Pak," ucap Pak Sanji. Namun, ia juga sedikit kesal karena kesombongan Frans. Ia sudah tau lebih dulu dari kedatangan Pak Juragan ini. Ia juga sudah menjelaskan kepada Pak Juragan kalau anaknya sudah lebih dulu menjalin kasih. Namun, Pak Juragan tetap ingin mengutarakan maksud kedatangannya dan Frans ke sini pada Shani.
"Tidak Apa. Sepertinya kami pamit dulu. Terima kasih atas waktunya," kata Pak Sanji.
"Tapi Pak, dia belum menyetujui kemauanku!" Kata Frans yang sebenarnya belum terima dengan keputusan Shani.
"Sudahlah! Kita bicarakan di rumah," kata Pak Juragan. Kemudian Pak Juragan lebih dulu berpamitan lagi pada Pak Sanji dan Bu Nia, disusul dengan Frans yang merasa kesal.
Hantam aja si Frans itu.
Dah maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang Biasa [END]
Фанфик"Aku hanya orang biasa yang memiliki cinta dan usaha untuk selalu membuatmu bahagia." _Uzee Start : 5 Juni 2024 End : 9 Juli 2024