8

1.2K 205 11
                                    

_OB_

Shani dan Uzee menjadi dekat. Namun, masih tidak ada kejelasan hubungan diantara mereka berdua. Shani sekarang menjadi lebih sering keluar rumah bersama Uzee. Mereka sering menghabiskan waktu bersama. Kedekatan mereka menjadi bahan topik pembicaraan para tetangga, karena pada akhirnya para tetangga melihat anak Pak Sanji itu dekat dengan lelaki.

Pagi ini Tara menunggu bundanya menyiapkan makanan untuk dikirim pada ayahnya yang sedang di sawah. Seperti biasa, Tara yang akan mengantar itu. Tara menunggu sambil memperhatikan Shani yang sedang memotong kue brownies yang baru saja selesai dia buat. Potongan kue itu dimasukkan ke dalam wadah hingga penuh. "Kenapa kamu masukin situ Shan?" tanya Tara yang kepo.

"Kamu kalau mau makan yang dipiring itu saja," bukannya menjawab Shani malah memberi tau Tara yang secara tidak langsung berarti yang di dalam wadah itu tidak boleh dimakan. Tara mengambil satu potongan browins yang di atas piring. "Hemm, enak banget Shan buatan kamu," puji Tara setelah merasakan kue itu. Shani hanya tersenyum kecil.

"Nah, ini antar pada ayah," kata Bu Nia. Tara mengambil rantang dan hendak beranjak pergi. Namun, Shani lebih dulu menghentikan pergerakan kembarannya. "Tar, sebentar."

"Ada apa?" tanya Tara.

"Biar aku saja yang mengantarkannya pada ayah," kata Shani. Tara tercengang mendengarnya. Tidak salahkah? Biasanya Shani malas jika diminta pergi ke sawah. "Serius, kamu mau antar ini ke sawah?" tanya Tara.

"Iya, sini." Shani mengambil alih rantang itu lalu pergi dengan membawa brownis yang sudah dia masukkan pada wadah tadi.

_OB_

"Ayah," panggil Shani yang sudah sampai di sawah ayahnya. Pak Sanji yang sedang mencabuti rumput ditanaman sontak berhenti dan menghampiri sang anak. "Udah sampai sini aja kamu, Tar."

"Aku, Shani bukan Tara," kata Shani membenarkan. Memang terkadang Pak Sanji masih suka salah sebut. Tau ternyata di hadapannya kini bukanlah Tara, Pak Sanji menatap Shani penuh selidik. "Kenapa kamu yang antar? Tumben sekali, biasanya Tara."

"Sedang ingin." Shani meletakkan rantang makanan itu di tanah, kemudian netranya menyapu sekitar. Banyak orang di sawah pagi ini yang sibuk dengan pekerjaanya. Namun, tatapannya terhenti pada lelaki yang sedang duduk sambil mempertajam sabit. "Ayah, aku ke sana ya?" Tanpa menunggu jawaban dari sang Ayah, Shani langsung pergi.

Mata Pak Sanji mengikuti kemana anaknya itu pergi, kemudian dia tersenyum dan menggelengkan kepala disaat tau siapa yang anaknya itu temui. "Dasar, ada udang di balik batu ternyata," monolog Pak Sanji. Kemudian ia melanjutkan pekerjaanya.

"Uzee!" Pemilik nama menoleh saat mendengar seseorang memanggilnya. "Hai, Tara. Nganterin makanan buat ayahmu ya?" tebak Uzee, karena biasanya memang seperti itu.

"Aku, Shani!" kata Shani dengan raut kesal. Sudah dua kali dia salah dipanggil nama. Mata Uzee langsung mengerjab merasa bersalah. "Ah, maaf aku kira kamu Tara. Ah, terkadang aku bingung membedakan kalian berdua," kata Uzee. Dia menepuk tempat sebelahnya, meminta Shani untuk duduk, "Sini duduk."

"Kemana Tara? Kenapa kamu yang ke sini? Biasanya Tara," tanya Uzee.

"Memang kenapa kalau sekarang aku yang mengantar. Apa aku tidak boleh ke sini?"

"Eihh, tidak seperti itu. Jangan salah paham," panik Uzee melihat raut wajah pujaan hatinya semakin kesal, "Ah, apa yang kamu bawa itu?" tanya Uzee mengalihkan pembicaraan.

Shani membuka wadah itu, bau harum langsung tercium. "Aku membuat brownis, sengaja aku bawa buat kamu," jelas Shani dengan malu-malu.

"Wah, terima kasih. Repot-repot sekali, siapa yang membuat?" tanya Uzee.

"Aku yang membuatnya."

"Waww benarkah? Kamu pintar memasak?"

"Masih belajar. Cobalah." Uzee mengambil satu potong kue dengan semangat lalu mencobanya. Rasa manis dan gurih langsung terasa, sangat enak sekali. Dia suka kue ini. "Hemm ini enak sekali! Aku tidak berbohong, bolehkah aku mengambil lagi?"

"Makanlah. Aku sengaja membuat ini untuk kamu," kata Shani.

"Awww, perhatian sekali. Terima kasih ya," kata Uzee. Shani tersenyum manis melihat Uzee sangat menikmati kue buatannya. Lain kali dia akan membuatkan makanan untuk Uzee lagi. Dia mengerjab lucu saat Uzee menyodorkan satu kue di depan mulutnya. "Kamu juga harus makan. Masa hanya aku yang menikmati ini? Buka mulutmu," titah Uzee.

Dengan perasaan malu dan gugup Shani membuka mulutnya menerima suapan dari Uzee. Uzee tersenyum puas melihat Shani yang kini menunduk dengan pipi putihnya yang memerah. "Kamu lucu banget kalau malu," kata Uzee disusul kekehannya.
















Pengen jg disuapin uzee.

Dah maap buat typo.

Orang Biasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang