_OB_
Uzee sudah berada di rumah sekarang, dia sudau sampai sejak tadi malam. Dia juga sudah cukup untuk beristirahat. Pagi ini dengan menggoes sepedanya, dia pergi untuk pergi ke rumah Shani, menemui pujaan hati. Tak lupa dia membawa oleh-oleh yang sudah dia siapkan.
Sampai di sana, dia melihat Pak Sanji sedang berkutat dengan sepeda Shani. Uzee memarkirkan sepedanya lalu mendekat, "Pagi pak," sapanya.
"Eh, nak Uzee. Pagi-pagi sudah sampai di sini."
"Iya Pak heheh... Pak Sanji sedang apa?" tanya Uzee.
"Ini betulin sepeda Shani. Bannya kempes, harus ditambal," jelas Pak Sanji.
"Wah, Pak Sanji bisa nambal juga ya."
"Bisalah kalau hanya nambal ban sepeda."
Di sisi lain, Shani yang baru selesai mandi dan tengah dandan di kamarnya, sayup-sayup mendengar suara yang tak asing dipendengarannya. Seketika dia teringat kalau Uzee pasti sudah sampai dan sekarang dialah yang sedang berbincang di depan. Shani segera menyelesaikan menyisir rambutnya dan beranjak keluar rumah dengan tergesa.
Benar saja, raut muka Shani jadi lebih cerah melihat kehadiran sang kekasih yang sudah tiga hari ini tidak dia temui. "Uzee!" Panggilnya dengan semangat. Uzee tersenyum memperhatikannya.
Jika tidak ada Pak Sanji, mungkin saja mereka sudah berpelukan menyalurkan kerinduan. Shani mendekat tanpa melunturkan senyumnya. "Kapan kamu sampai?" tanya Shani.
"Tadi malam. Ini buat kamu." Uzee menyerahkan papper bag kepada Shani.
"Terima kasih," ucap Shani dan sedikit mengintip isi dari dalamnya.
"Wah, wah, wah senang sekali yang dapat oleh-oleh," celetuk Pak Sanji yang melihat anaknya nampak berseri-seri. Shani menanggapi dengan tersenyum malu.
"Maaf Pak Sanji, saya hanya bisa membawa oleh-oleh untuk Shani," kata Uzee yang merasa tak enak.
"Tidak apa, yang terpenting kamu buat anak saya senang," balas Pak Sanji. Ia tak mengharapkan apapun dari Uzee, ia hanya ingin Uzee selalu membahagiakan anaknya.
"Bagaimana dengan lamaran kerjamu di sana? Apa diterima?" tanya Shani ingin tau.
"Oh iya, bagaimana Nak?" Timpal Pak Sanji. Ia ingat kalau Uzee ini pergi ke kota untuk melamar pekerjaan.
"Masih belum rezeki. Lamaran yang aku ajukan tidak diterima. Tapi tak apa, pasti masih ada kesempatan yang lain," kata Uzee.
"Yang sabar nak, memang mencari kerja tidak semudah itu. Yang terpenting kamu selalu berdoa dan berjuang untuk mencarinya," kata Pak Sanji. Uzee mengangguk menanggapi.
"Ayah, boleh aku mengajak Uzee masuk?" tanya Shani meminta izin.
"Bawalah. Jangan lupa buatkan minum," jawab Pak Sanji mengizinkan. Shani tersenyum senang lantas menarik tangan Uzee masuk ke dalam rumah.
Uzee duduk sendiri, menunggu kekasihnya yang sedang menyiapkan minum. Sebenarnya dia sudah menolak, karena merasa merepotkan Shani, tapi kekasihnya itu tetap memaksa. Tak lama Shani kembali dengan membawa segelas teh hangat dan kue kering dalam toples. Setelah meletakkan ke atas meja, Shani duduk di sisi Uzee dan mulai menempel bergelanyut manja.
"Ah, aku merindukanmu, lama sekali kamu pergi," ungkap Shani.
"Hanya tiga hari, tapi kamu sudah merindukanku?" Shani mengangguk menanggapi. Uzee terkekeh sembari mengusap kepala kekasihnya itu.
"Kamu tau, selama kamu tak ada, anak Pak Juragan selalu datang kemari dan menggangguku. Aku sangat dibuat risih," ungkap Shani.
"Oh, ya? Apa saja yang dia lakukan?"
"Menggodaku. Sampai-sampai kemarin dia diusir oleh para tetangga karena membuat kebisingan di sini. Aku dan Tara merasa puas saat melihat dia diusir."
"Haishh, tak ada habis-habisnya dia. Apa tidak lelah selalu kamu tolak? Dan juga mengapa dia tetap nekat padahal sudah tau kamu bersamaku sekarang," geram Uzee.
"Ntahlah, aku rasa dia sudah gila," celetuk Shani.
Pak Sanji masuk ke dalam rumah setelah ban sepeda milik Shani sudah selesai ditambal. "Sepeda kamu sudah betul Shan," kata Pak Sanji.
"Terima kasih Ayah," ucap Shani.
Pak Sanji ikut bergabung duduk di kursi. Dia tersenyum melihat interaksi mereka berdua. "Keadaan sawah gimana kedepannya Ze? Mau kamu apakan lagi?" tanya Pak Sanji.
"Ya begitu Pak, tanaman saya sudah mulai besar. Saya fokus ditanaman kali ini dulu, belum ada niatan menanam tanaman yang lain. Nanti saya akan coba cek, karena beberapa hari saya tidak ke sana," jawab Uzee.
"Ya, kemarin bapak memang pas lewat mulai ada rumputnya Ze," ungkap Pak Sanji.
"Nanti akan saya cabuti Pak," kata Uzee.
"Bapak masuk dulu ya. Kalian lanjutkan saja mengobrolnya," kata Pak Sanji yang tak mau berlama-lama mengganggu mereka.
Kini Shani dan Uzee bercanda gurau berdua, tanpa adanya gangguan. Karena keluarga Shani benar-benar memberikan ruang untuk mereka. Hingga siang hari, Uzee akhirnya pamit pulang, karena dirinya juga akan pergi ke sawah. Ingin memeriksa keadaan sawahnya setelah ditinggal. Namun, Shani lagi-lagi mengatakan ingin ikut, dia masih ingin punya banyak waktu dengan Uzee. Dan akhirnya dia pun ikut ke sawah.
Sesampainya di sawah, jantung Uzee berpacu dengan cepat melihat keadaan sawahnya sekarang. Shani pun sampai menutup mulut dengan tangannya sendiri, terkejut melihat keadaan sawah milik kekasihnya.
"Apa yang terjadi?" Bingung Uzee.
Tanamannya sudah hancur, hampir seluruhnya mati. Tanamannya seperti habis dirusak seseorang karena terdapat bekas potongan seperti bekas benda tajam. Uzee duduk di tanah meratapi tanamannya yang sudah rusak. Sudah jelas dia gagal panen sekarang. Uang yang dia keluarkan untuk menanam kali ini terbuang sia-sia.
Shani yang merasakan kesedihan kekasihnya pun, ikut duduk di sebelahnya dan mengusap punggung kekasihnya, memberi kekuatan. "Yang sabar," ucap Shani.
"Siapa yang telah berbuat seperti ini?" pikir Uzee dengan perasaan sedih.
Dah maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang Biasa [END]
Fanfiction"Aku hanya orang biasa yang memiliki cinta dan usaha untuk selalu membuatmu bahagia." _Uzee Start : 5 Juni 2024 End : 9 Juli 2024