14

976 174 6
                                    

_OB_

"Permisi," ucap Uzee di depan pintu rumah Shani. Malam telah tiba, perasaanya kini ingin sekali bertemu dengan sang kekasih. Maka dari itu sekarang dia berada di sini. Sang pemilik rumah, Bu Nia keluar menyambut kedatangan Uzee. "Eh, nak Uzee, mau cari Shani ya?" Tebak Bu Nia. Uzee tersenyum malu dan mengangguk menjawabi.

"Ayo masuk, Ibu panggilin Shani."

"Saya tunggu di sini saja Bu," jawab Uzee. Dia merasa malu jika harus masuk sendirian. Lebih baik dia menunggu di luar saja.

"Ya udah, sebentar ya," kata Bu Nia. Ia kembali masuk untuk memanggilkan anaknya. Sementara Uzee duduk di kursi teras sambil mengusap tangannya menahan dingin, karena dirinya sedang tak mengenakan jaket.

"Uzee, kenapa tidak masuk?" Tanya Shani yang sudah muncul, dia ikut duduk di kursi yang kosong. "Di sini saja, aku tak enak dengan orang tua mu," jelas Uzee.

"Bunda dan Ayah akan keluar, ada acara di rumah teman mereka. Jadi setelah mereka pergi, kamu bisa masuk ke dalam," kata Shani.

"Tara dimana?" tanya Uzee. Sontak Shani merengut tak suka disaat kekasihnya malah menanyakan kembarannya. "Kenapa kamu bertanya tentang Tara? Tidakkah cukup aku saja yang kamu cari?" tanya Shani tersirat kekesalan.

"Haisst, bukan seperti itu Shani. Baiklah maafkan aku, jangan marah ya," kata Uzee yang menyadari kekesalan kekasihnya.

"Lihatlah kedua anak muda ini. Sudah berduaan saja di depan rumah, lebih baik kalian masuk," kata Pak Sanji yang sudah berpakaian rapi dengan tangan Istrinya yang melingkar dilengannya. "Pak," sapa Uzee. Dia berdiri dan sedikit membungkukkan badan memberi hormat.

"Jaga Shani di rumah ya? Saya dengan istri saya mau ke rumah teman, karena ada acara di sana. Sedangkan Tara tadi keluar bersama temannya, jadi Shani sendirian di rumah. Saya titip Shani," kata Pak Sanji pada Uzee.

"Baik Pak, saya akan jaga Shani di rumah," jawab Uzee.

"Baguslah."

"Shan, buatkan Uzee minum di belakang, di dapur juga masih ada roti, berikan pada Uzee," perintah Bu Nia, saat melihat meja masih kosong belum ada jamuan untuk Uzee. "Iya bunda," jawab Shani.

"Baiklah, ayah dan bunda pergi dulu. Jaga rumah ya Shan?" kata Pak Sanji. Ia dengan istrinya pergi dengan menaiki motor. Menyisakan Shani dan Uzee di rumah.

Shani mengajak Uzee untuk masuk ke dalam rumah saja, dari pada di luar menjadi bahan tontonan para tetangga yang lewat. "Kamu udah makan?" tanya Shani pada kekasihnya yang mengekor di belakang.

"Kenapa belum?" tanya Shani yang kini menghentikan langkahnya.

"Sebetulnya aku ke sini mau ajak kamu cari makan. Kamu udah makan ya?" tanya Uzee. Jika benar Shani sudah makan, gagal sudah rencananya untuk mengajak Shani makan malam bersama. Salahkan dirinya yang tadi sore malah ketiduran dan bangun terlambat.

"Kamu lapar?" tanya Shani dan Uzee mengangguk dengan polosnya. "Aku akan memasak untukmu, ayo ke dapur." Uzee mengekor saja, mengikuti sang kekasih ke dapur. Meja makan sudah bersih, karena makanan sudah habis, makanya Shani berinisiatif memasakkan makanan baru untuk kekasihnya.

"Kamu mau masak apa?" tanya Uzee yang melihat Shani sekarang sedang mengopek-ngopek bawang. "Mau bikin nasi goreng, kamu mau nasi gorengkan?" tanya Shani.

"Mau kok. Aku ingin membantu," kata Uzee. Shani mengeluarkan beberapa cabai dan digeser ke hadapan Uzee, "Tolong pisahkan cabai ini dari tangkainya." Uzee dengan semangat menuruti perintah kekasihnya.

"Bagaimana kerja kamu hari ini? Cape?" tanya Shani dengan tangannya masih berkutat mengupas bawang. Uzee mematung sejenak mengingat dirinya sudah berhenti bekerja di tempat Juragan. "Cape, tapi hari ini aku mengakhiri pekerjaanku," ungkap Uzee.

"Loh, kenapa?"

"Tak apa, aku merasa kurang nyaman saja," jawab Uzee, tapi tidak menjelaskan kebenarannya. Wajah Uzee kini bertumpu pada salah satu tangannya, setelah menyelesaikan tugasnya. Dia memperhatikan wajah kekasihnya yang sekarang sedang menghaluskan bawang dan cabai. Uzee menyelipkan helain rambut Shani ke telinga, agar tak mengganggu. "Biar aku saja yang mengulek. Kamu siapkan bahan yang lain," kata Uzee.

"Kamu bisa?"

"Bisa! Ini adalah hal mudah," jawab Uzee. Membuat sambel sudah menjadi kebiasaanya saat memasak di rumah. Jadi jangan ragukan keahliannya ketika mengulek. Di sisi lain, Shani menjadi tambah terpesona pada kekasihnya yang mau mengulek cabai. Lebih tepatnya, tangannya itu terpaku pada tangan Uzee yang tak terlalu besar, tapi tetap mengelurkan otot yang menarik baginya.

"Kenapa liatin aku seperti itu? Nanti tambah suka loh," gurau Uzee.

"Kan memang sudah," balas Shani. Uzee terkekeh mendengarnya. Kemudian Shani menyiapkan sedikit nasi yang akan digoreng bersama dengan sambal nantinya.

"Selesai," ucap Uzee yang sudah menyelesaikan ulekannya.

Shani sekarang mulai memanasi minyak dan memasukkan sambal terlebih dahulu ke dalam minyak panas itu, kemudian disusul dengan bahan-bahan yang lain. Uzee memperhatikan setiap gerakan Shani dari samping. Dalam hati Uzee mengucap syukur dan berharap kelak nanti Shani benar-benar menjadi jodohnya. Dia sekarang jadi senyum-senyum sendiri jika membayangkan kehidupannya nanti jika menikah dengan Shani.

"Kenapa senyum?" tanya Shani yang menyadari.

"Tak apa, hanya membayangkan hal yang indah," jawab Uzee.

"Hal indah apa? Coba beri tau aku," pinta Shani.

"Menikah denganmu. Itu hal indah yang aku bayangkan." Sontak Shani tersenyum mendengarnya, pipinya memerah malu. Uzee merasa gemas melihat perubahan warna pipi kekasihnya itu. Dia secara sadar mendekatkan wajahnya, "Maaf lancang," ucap Uzee, kemudian mengecup singkat pipi kekasihnya.

Shani yang mendapat tindakan tiba-tiba langsung mematung terkejut. Dia menoleh ke arah Uzee yang kini tersenyum puas. Shani hanya menggelengkan kepala tak menyangka dan tersenyum malu. Dalam hati dia merasa bahagia, tapi dia malu untuk membalasnya. Saat ini dia hanya bisa diam saja. Dia juga akan mencoba membiasakan diri jika mendapat tindakan tiba-tiba dari kekasihnya.





















Bikin nasgor sama ayang, bumbunya bumbu cintahhh. Pasti enak beut.

Dah maap buat typo.

Orang Biasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang