4

1.2K 201 12
                                    

_OB_

Tak!

Sebuah sepeda terparkir di depan warung. Itu adalah sepeda Uzee. Kini dia sedang berada di warung milik keluarga Pak Sanji. Kedatangan Uzee ke sini ingin membeli gula dan juga bubuk kopi persediaanya di rumah yang habis.

"Loh Uzee, kamu sampai sini?" kaget Tara, yang sedang menggantikan Bundanya menjaga warung. Dia tak menyangka Uzee bisa sampai sini. Padahal rumah Uzee berada di kampung sebelah.

"Aku ingin membeli gula sekilo dan bubuk kopi," jawab Uzee.

"Seingatku di dekat rumah kamu ada warung. Kenapa kamu tidak beli di sana dan malah beli di sini?" Heran Tara. Padahal memang di dekat rumah Uzee itu ada sebuah warung, tapi entah kenapa Uzee bisa sampai di sini. Namun, kini Uzee terlihat bingung menjawab keheranan dari temannya. "Eee... ya memangnya kenapa? Melarisi daganganmu. Lagi pula tadi warung di dekat rumah sedang tutup. Jadi aku pergi mencari warung lain sekalian berkeliling, aku bosan di rumah," jelas Uzee.

"Bersepeda di siang hari yang panas seperti ini? Waww, niat sekali." Tara memberikan gula dan Bubuk kopi pada Uzee. "Tidak apa lah, selagi aku mau sepertinya tidak masalah." Uzee memberikan uang lima puluh ribu pada Tara.

"Kembaliannya." Uzee menerima uang kembalian itu dan mengantonginya. "Ee... Tar, aku ingin berbincang sebentar boleh? Tapi kalau kamu sedang tidak sibuk. Kalau kamu sibuk, aku bisa lain waktu saja ke sini."

"Bisa kok. Aku juga sedang senggang," jawab Tara. Uzee tersenyum senang mendengarnya. Mereka beralih duduk di kursi panjang yang terbuat dari bambu di bawah pohon depan rumah Tara.

"Mau bicara apa? Sepertinya serius," tanya Tara.

"Ah tidak serius kok. Hanya ingin berbincang santai saja," jawab Uzee. Uzee memang ingin menanyakan sesuati, tapi sebelum itu, Uzee sengaja membuat topik lain untuk dibahas, setelah waktunya pas, barulah dia menanyakan sesuatu yang dia pendam semalaman, "Eh Tar, kembaran kamu dimana?" tanya Uzee.

"Ada di dalam, kenapa?"

"A, hanya ingin tau saja," jawab Uzee gugup. Tara menatap penuh selidik pada temannya ini yang seperti bertingkah aneh. "Tiba-tiba banget bertanya kembaranku, pasti ada sesutu. Apa yang kamu mau?"

"T-tidak ada. Aku hanya bertanya. Kenapa kamu menatapku seperti itu?" Uzee berusaha menutupi kegugupannya.

"Kamu bersikap seperti Shani semalam. Yang aneh, tiba-tiba menanyakan dirimu," ungkap Tara. Mendengar hal itu, mata Uzee jadi berbinar, dia seperti menemukan topik yang cocok untuk memancung apa yang ingin dia bicarakan. "Oh ya? Shani menanyakanku? Apa yang dia tanyakan?"

Dari balik jendela rumah, kembaran Tara yaitu, Shani kini sedang mengintip di sana. Melihat kedekatan antara Tara dan Uzee. Dia tidak bisa mendengar apa yang kembarannya dan Uzee bicarakan. Jadi dia hanya melihat apa saja yang mereka lakukan. Sebenarnya ada perasaan aneh pada diri Shani, seperti rasa ketidak sukaan saat melihat wajah cerah Uzee yang berbicara dengan Tara. "Ada apa denganku? Aku tidak mengenal dirinya. Padahal baru kemarin aku melihatnya, tapi kenapa aku seperti menginginkannya?" Monolog Shani. Dia kembali mengintip Tara dan Uzee.

"Aku tidak tau apa sepenuhnya ingin dia tanyakan. Dia semalam baru menanyakan kamu orangnya seperti apa, tapi setelah itu dia pergi, katanya tidak penting," ungkap Tara lagi.

"Hanya seperti itu?"

"Ya seperti itu. Sepertinya dia tidak jadi bertanya karena aku yang lebih dulu menggodanya, jadi dia malu dan mengurungkan niat. Lagi pula siapa yang tidak menggodanya yang tiba-tiba bersikap aneh," kata Tara yang mengingat Shani semalam bersikap gugup dan malu.

"Sepertinya dia menggemaskan," gumam Uzee, tapi tak disangka, Tara justru mendengarnya. "Kamu bilang apa?"

"Ha? Ah, tidak apa-apa," elak Uzee. Dia kemudian berdehem, "Shani, orangnya seperti apa sih Tar?" tanya Uzee memberanikan diri.

"Kan! Aku merasa kamu seperti berbeda. Jangan-jangan kamu menyukai kembaranku ya?" Goda Tara. Uzee menjadi panik dibuatnya. "Haiss, jawab saja bagaimana dia?"

"Shani itu pendiam, dia pemalu, suka menyendiri dan ketenangan. Dia cukup cuek juga dan terlalu tidak mempedulikan sekitar jika itu tidak penting baginya. Dia pintar menggambar, itu adalah hobinya. Shani itu lembut orangnya dan juga penurut. Apa lagi dengan Ayah dan Bunda, dia sangat penurut." Uzee terlihat sangat serius mendengarkan Tara yang menceritakan bagaimana itu Shani.

Di dalam rumah lagi, Bu Nia yang baru saja selesai dari kamar mandi ingin kembali ke warung, tapi langkahnya terhenti saat melihat Shani berada dijendela. "Shani, sedang apa kamu di sana?" suara Bu Nia menganggetkan Shani yang mengintip. "Ah, tidak bunda. Aku ingin ke warung, ingin mengambil pensil. Pensilku sudah kecil," jawab Shani.

"Oo, ambillah. Kenapa kamu hanya diam dijendela?"

"Iya, ini mau aku ambil." Shani melangkah keluar rumah menuju warung. Dia bersikap seperti tak melihat keberadaan Tara dan Uzee yang masih di bawah pohon. Sementara Uzee, mengalihkan pandangannya dari Tara, saat melihat Shani yang keluar dari rumah.

"Apa yang kamu lihat?" tanya Tara yang melihat Uzee seperti fokus pada yang lain. Dia ikut melihat arah pandang Uzee yang ternyata tertuju pada Shani. Dia lantas tersenyum miring, seakan siap menggoda Uzee.

"Cantik sekali," ucap Uzee pelan.



















Iya tau kalau cantik.

Masih sepi. Selanjutnya nunggu rame dulu, baru gw mau up lagi.

Dah maap buat typo.

Orang Biasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang