26

1.2K 188 11
                                    

_OB_

"Shan, Shan." Bu Nia mengusap tangan anaknya di saat Shani mulai tersadar dari pingsannya.

"Aku dimana?" tanya Shani seakan linglung.

"Kamu tadi pingsan. Dokter baru saja memeriksa keadaanmu," kata Bu Nia. Shani memijat kepalanya pelan terasa pusing. "Shan, dokter berkata... k-kamu hamil. Bagaimana bisa?" Bu Nia dan yang lain cukup terkejut disaat Dokter menjelaskan bahwa ada janin yang berada diperut Shani. Mereka sangat tak menyangka, Shani yang pendiam tiba-tiba saja hamil?

"Siapa yang memperbuat Nak?" tanya Bu Nia. Pak Sanji mengusap bahu istrinya, berusaha menguatkan.

"Uzee," jawab Shani pelan. Namun, dia tak menyangka kalau perbuatannya dulu bersama Uzee akan membuahkan hasil. Dia sama sekali tak mengira hal ini terjadi. Namun, setelahnya dia teringat, bagaimana keadaan kekasihnya sekarang?

"Bunda, Uzee dimana? Dia tak apa kan?" tanya Shani. Dia berharap apa yang dia dengar dan lihat sebelum pingsan itu hanyalah mimpi semata. Tidak benar-benar terjadi.

Pak Sanji dan Bu Nia saling beradu pandang, mereka tak akan bisa menutupi hal ini lagi. "Kamu yang sabar ya Nak. Ayah akan menjaga kamu dan calon anak kamu sampai besar nanti," kata Pak Sanji.

"Maksud Ayah apa?! Uzee tidak mungkin tiada! Dia sudah berjanji kepada akan selalu bersama. Dia masih hidup! Shani yakin itu! Aku ingin menemuinya!"

"Shan tenang, kamu belum boleh banyak gerak dulu. Kamu harus istirahat, kamu tidak boleh stress. Kasihan kandungan kamu," kata Tara menenangkan kembarannya.

"Tidak bisa! Aku harus menemui kekasihku! Aku tidak ingin di sini! Aku ingin Uzee bangun!" Kekeuh Shani yang ingin turun dari ranjang rumah sakit.

"Shan, sudah nak." Bu Nia menenangkan Shani dengan memeluknya. Disitulah tangisan Shani kembali pecah. Dia tak bisa menerima fakta kalau Uzee benar-benar telah tiada.

_OB_

Di sebuah rumah kosong, Frans bersembunyi. Dia merasa takut kalau polisi akan menangkapnya dan memasukkannya ke dalam sel tahanan. Dia tak akan siap menghadapi itu. Beberapa kali dia menyesal karena tindakan ceroboh yang dikuasai oleh amarah. Dia tak seharusnya menusuk Uzee. Tindakannya itu malah membuat hukumannya akan bertambah.

"Bodoh kau Frans! Bodoh!" Frans mondar-mandir, dengan perasaan gelisah. Tangannya bahkan masih berlumuran darah yang mengering. Rumah kosong ini terletak di tengah persawahan. Jarang ada yang ke sana, makanya dia berani bersembunyi di sini. Dengan harapan tak ada yang melihatnya dan polisi tak akan menangkapnya.

"Aku tak bisa terus bersembunyi di sini. Tapi aku harus kemana lagi? Kalau aku keluar, pasti polisi menemukanku. Apalagi para warga pasti ikut mencariku. Akhh! Aku bisa gila jika seperti ini!" Frans benar-benar bingung sekarang. Dia harus meminta tolong kepada siapa lagi? Teman? Temannya di kota, jika menunggu mereka datang pasti akan lama. Bapak? Apa Pak Juragan akan mau membantunya? Apa Pak Juragan sudah tau apa yang Frans lakukan?

"Sepertinya aku harus meminta tolong Bapak. Dia pasti tidak akan membiarkan anaknya tersiksa." Frans yang masih membawa ponsel, langsung mencoba menghubungi Bapaknya untuk meminta pertolongan.

"Ayo Pak, angkat Pak," monolog Frans dengan gelisah. Tak lama akhirnya telpon tersambung.

"Akhirnya Bapak menjawab. Pak tolong Frans, Pak."

"Kau dimana Frans? Polisi dan banyak warga yang mencarimu."

"Frans tidak mau dipenjara Pak, tolongin Frans."

"Bapak sudah tau apa yang kamu lakukan. Kamu tidak seharusnya berbuat seperti itu. Bapak tidak pernah mengajarkanmu bertindak sebagai pembunuh. Tapi kenapa Frans? Bapak kecewa!"

"Pak maafin Frans, tolong Frans sekarang. Frans anak bapak, pasti bapak tidak mau aku kenapa-kenapa kan? Tolong Frans."

"Kamu dimana sekarang?" Meskipun Pak Juragan terdengar sangat kecewa dengan tindakan anaknya, tapi Frans tetaplah anak satu-satunya. Harta berharga yang dia punya.

"Frans bersembunyi di rumah kosong, tengah sawah. Di ujung desa. Tolong aku."

"Bapak ke sana sekarang. Tunggulah."

"Makasih Pak, Makasih."

Panggilan berakhir. Ada sedikit kelegaan karena Bapaknya itu masih mau menolongnya. Dia berharap semoga semua lancar dan dirinya bisa kabur dari kejaran polisi dan warga.

Beberapa saat Frans menunggu, akhirnya suara ketukan pintu terdengar. Frans mengira itu pasti bapaknya yang sudah sampai untuk menjemputnya. Dia dengan segere mambuka pintu, tapi kemudian dia mematung dengan kedua tangan terangkat di udara. Di hadapannya bukan Bapaknya, melainkan polisi dan beberapa warga yang mengepungnya.

"Jangan lagi kabur, anda harus ikut kami ke kantor polisi." Frans diringkus oleh Polisi, dia tak bisa mengelak apalagi kabur. Namun, pandangannya kini beralih mendapati bapaknya yang menatapnya dengan tatapan kecewa.

"Pak kenapa?!" Frans bertanya. Dia tak menyangka, Bapaknya hanya diam membiarkan polisi memborgol tangannya.

"Kau sudah dewasa Frans. Kau harus bisa mempertanggung jawabkan perbuatanmu. Berubahlah Frans, renungi kesalahanmu. Maafkan bapak, karena tak bisa membantu," kata Pak Juragan. Ia lah yang memberi tau warga dan polisi tentang keberadaan anaknya. Meskipun Frans adalah anaknya, dia harus mempertanggung jawabkan apa yang sudah diperbuat. Ia tak bisa terus-terusan melindungi anaknya yang sudah jelas salah. Pak Juragan merasa kecewa dan gagal karena tak bisa menjadi bapak yang baik dalam menjaga Frans.

Frans kini hanya bisa pasrah mengikuti langkah polisi dan masuk ke dalam mobil polisi.





















Pecinta sad end angkat tangannya di atas. Kita goyang sama-sama🤾‍♀️💃🙋‍♀️🙋‍♂️🕺💃🤸‍♀️🤸‍♂️

Dah maap buat typo😗

Orang Biasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang