2

1.5K 205 17
                                    

_OB_

Sore hari, Tara berkutat dengan sapu, menyapu halaman rumahnya yang kotor karena dedaunan pohon. Di teras rumah, Pak Sanji sedang rokokan sambil membaca koran terbaru yang ia beli. Sementara di warung yang terletak di samping rumah, Bunda Tara yang bernama Bu Nia sedang melayani pembeli.

Pak Sanji melirik ke arah langit yang mulai berubah warna. Pikirannya langsung tertuju ke arah anaknya yang belum pulang setelah izin pergi ke bukit. Anaknya? Ya, Pak Sanji memiliki dua orang anak, yang artinya itu adalah saudara Tara. "Tara, setelah selesai menyapu pergi susul saudaramu, minta dia untuk pulang. Hari sudah sore, betah sekali dia di bukit," pinta Pak Sanji.

"Iya Yah, sebentar lagi aku susul dia," jawab Tara. Setelah menyelesaikan kerjaanya, Tara dengan mengendarai sepeda untuk pergi ke bukti. Jarak rumah ke bukit bisa dikatakan cukup jauh. Tara akan jenuh jika berangkat ke sana sendiri. Maka dari itu dia mampir ke rumah temannya, Uzee untuk meminta menemaninya ke bukit.

Sampai di rumah Uzee, kebetulan sekali lelaki itu sedang berbincang dengan ayam jago kesayangannya di depan rumah. Melihat kedatangan Tara, Uzee tersenyum sebagai sambutan. "Hai, mau apa sore-sore kemari?" tanya Uzee.

Tara turun dari sepedanya kemudian menghampiri Uzee. Dia ikut berjongkok lalu mengusap tubuh ayam jago yang terasa gempal. "Temenin aku yuk ke bukit," pinta Tara.

"Ke Bukit? Sore-sore gini?"

"Ini masih jam tiga, belum terlalu sore."

"Mau apa ke bukit?" tanya Uzee.

"Menjemput saudaraku," jawab Tara.

"Ha? Kamu punya saudara? Kenapa aku tidak tau?" Selama Uzee berteman dengan Tara, dia sama sekali belum tau kalau ternyata Tara punya saudara. "Kamu tidak bertanya. Sudah ayo cepat temani aku," kata Tara. Dia lebih dulu berdiri dan kembali ke sepedanya.

"Sebentar, aku akan memasukkan Jalu ke dalam kandang dulu." Jalu adalah nama ayam jago milik Uzee. Tara mengangguk, dia menunggu di depan rumah sampai Uzee keluar dengan sepedanya. Setelah memastikan pintu terkunci, Uzee dan Tara mulai mengayuh perdal sepeda menuju bukit.

_OB_

"Kamu sebenernya ada berapa bersaudara Tara?" tanya Uzee. Mereka sudah sampai di bukit. Namun, kini mereka berjalan kaki karena untuk sampai di tempat yang biasa dikunjungi orang-orang harus berjalan kaki, karena jalan yang tidak cocok untuk dilewati kendaraan. Hanya berjalan sedikit saja.

"Aku hanya ada satu saudara, dan jika kamu ingin tau dia sebetulnya adalah kembaran aku," ungkap Tara.

"Ha? Jadi kamu selama ini punya kembaran? Oh, sudah berapa banyak fakta lagi yang tidak aku ketahui?" Uzee tak menyangka akan ketinggalan info ini. Dia kira Tara adalah anak tunggal.

"Ya, kami kembar identik. Bedanya, dia lebih suka mengurung diri di rumah. Sangat jarang berinteraksi di luar. Dia sangat tidak suka keramaian. Dia suka menyendiri. Jadi tidak heran kalau banyak dari temanku yang tidak tau kalau akau punya kembaran. Apa lagi dulu waktu sekolah, kami tidak satu tempat yang sama." Uzee dengan seksama mendengarkan penjelasan dari temannya itu. Hingga tak terasa mereka sudah sampai di tempat biasa orang kunjungi.

"Siapa nama kembaran kamu itu?" tanya Uzee.

"Nah itu dia, kembaranku." Uzee mengikuti arah jari Tara yang menunjuk pada seseorang yang duduk sendiri di atas rumput dengan menatap langit yang dihiasi awan indah. Dia duduk memunggungi, jadi Uzee belum bisa melihat rupa dari kembaran temannya ini. "Ayo kita ke sana." Tara lebih dulu memimpin jalan, sementara Uzee mengekor dari belakang.

Orang Biasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang