10

1.2K 200 10
                                    

_OB_

Pagi-pagi buta, Shani dan Tara pergi ke pasar desa untuk berbelanja sayur yang diminta oleh sang Bunda. Setelah mendapatkan belanjaan itu, mereka berdua langsung pulang. Namun, di jalan siapa sangka mereka bertemu dengan Uzee yang sedang berjalan sendirian. Tentu Tara lebih dulu menyapa temannya itu.

"Hai, Zee."

"Eh, Tar? Shan," sapa Uzee kemudian.

"Mau kemana kamu?" tanya Tara.

"Aku mau cari serabi, sekalian jalan-jalan pagi. Kalian habis dari pasar ya?" Tebak Uzee karena melihat tas belanja yang Shani pegang. "Iya, habis belanja," jawab Tara. Lalu dia melihat Uzee dan Shani beberapa kali, mendapati mereka saling melirik satu sama lain. Sebagai saudara yang baik, tentu dia langsung memberikan waktu berduaan untuk orang yang sedang kasmaran ini.

Tara mengambil tas belanjaan dari Shani. "Biar aku aja yang bawa pulang, kamu kalau mau jalan sama Uzee sok atuh. Zee nitip Shani ya, jangan sampai lecet." Tara menepuk pundak Uzee pelan lalu pergi meninggalkan mereka berdua yang menjadi canggung.

"Kita jalan sekarang?" tanya Uzee memecah keheningan. Shani mengangguk malu-malu. Mereka berdua kini berjalan beriringan. "Kamu biasa jalan pagi?" tanya Shani memulai pembicaraan.

"Ya, lumayan. Biasanya aku suka cari serabi atau nasi pecel buat sarapan," jawab Uzee.

"Kenapa ga masak sendiri saja?"

"Hem, terkadang aku malas memasak. Jadi lebih memilih buat mencari makan di luar. Lagi pula aku tak terlalu pandai masak," jelas Uzee.

"Lalu saat masak sendiri, apa yang kamu buat?" tanya Shani.

"Nasi goreng, sambal, goreng tempe dan tahu, goreng ikan, sayur sop. Ya hanya masakan yang ringan."

"Cukup banyak, itu artinya kamu pandai memasak."

"Hais, kamu belum tau rasanya. Sering kali aku masak tidak ada rasa, atau bahkan keasinan juga pernah," ungkap Uzee.

"Setidaknya kamu mandiri, bisa masak sendiri," kata Shani. Uzee mengangguk mengiyakan. Dia melirik ke arah Shani yang beberapa kali mengusap lengan telanjangnya, sepertinya dia kedinginan. Uzee yang mengenakan jaket, lantas melepaskan dan memakaikan pada Shani. "Biar kamu tidak kedinginan," kata Uzee.

"Lalu kamu?" Shani merasa tak enak kalau jaket Uzee diserahkan padanya dan sang pemilik menjadi kedinginan. "Aku tak apa, aku kebal. Yang terpenting adalah kamu. Angin dingin ini tidak boleh melukai kamu," jawab Uzee.

"Dramatis sekali," celetuk Shani pelan yang dibahas kekehan oleh Uzee. "Nanti malam Ayah meminta kamu untuk datang ke rumah," ungkap Shani.

"Ha?!" Uzee kaget mendengarnya. Dia menghentikan jalannya diikuti oleh Shani. "Ayah kamu mau apa?" tanya Uzee. Dia tak menyangka kalau Pak Sanji akan mengundangnya, ini cukup tiba-tiba.

"Acara makan malam," jelas Shani. Mereka kembali melanjutkan jalannya. "Kamu harus datang," lanjut Shani.

"O-oke, aku akan datang. Apa yang cocok untuk aku bawa ke rumah kamu? Aku bingung."

"Tidak usah bawa apa-apa, cukup bawa diri kamu dengan keadaan selamat," jawab Shani.

"Pagi Mas Uzee," sapa seorang perempuan yang membuat mereka menghentikan langkahnya. "Pagi," sapa Uzee kembali. Tidak mungkin dia mengabaikan orang yang menyapanya bukan?

"Pagi-pagi sekali, mau kemana Mas?" tanya perempuan itu lagi seperti tidak menyadari adanya Shani di sisi Uzee. "Mau cari jajan sambil jalan-jalan, seperti biasa," jelas Uzee.

"Aww, rajin banget jalan-jalan. Kapan-kapan mampir ke rumah aku aja Mas, dari pada Mas keluarin duit buat beli jajan, aku bisa buatin Mas jajan. Gratis," kata perempuan itu dengan genit.

Sementara Shani sekarang sedang menatap ke arah perempuan yang terlihat menggoda Uzee. Baju yang kurang bahan dengan belahan dada yang terlihat, make up yang cukup menor padahal masih pagi seperti mau kemana saja. Shani dengan diam langsung melingkarkan lengannya pada tangan Uzee. Uzee yang menyadari itu menelan ludah dengan susah payah, gugup. Kapan lagi Shani memegang tangannya.

"Hai, ini siapa Mas?" Tanya perempuan itu sambil melirik Shani.

"Oh, ini Sha—"

"Calon istrinya Mas Uzee," potong Shani dengan ekspresi dinginnya. Perempuan itu melebarkan matanya terkejut mendengar perkataan Shani. "Calon istri? Mas Uzee mau nikah?"

"A-anu, itu—" Uzee tergagap, bingung harus menjawab apa.

"Iya. Maaf kami harus pergi, permisi." Tanpa persetujuan, Shani menarik tangan Uzee untuk pergi dari sana. Dia sangat tidak suka berhadapan dengan perempuan centil yang menggoda Uzee. Entah mengapa dia merasa tidak terima. Jika diperbolehkan Shani bisa saja melawan perempuan itu.


















Bau bau ada yang panas keknya.

Dah maap buat typo.

Orang Biasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang