3

1.2K 189 6
                                    

_OB_

Malam tiba, keluarga Tara kini sedang makan malam bersama seperti biasa. Mereka berkumpul di meja makan, menikmati makan bersama. Dentingan alat makan terdengar, diselingi gurau candaan.

"Memang sedari dulu Eli seperti itu Bunda. Suka sekali menggoda lelaki tampan, padahal mereka tidak saling mengenal," kata Tara setelah mendengarkan cerita dari Bundanya tentang Eli, teman Tara yang sore tadi menggoda lelaki tampan saat di warung Bu Nia.

"Oh iya, dilihat-lihat kamu semakin dekat dengan Uzee, Tar," celetuk Pak Sanji tiba-tiba. Ia cukup suka dengan kepribadian Uzee. Ia juga suka disaat anaknya berteman dengan Uzee, karena Uzee selalu membawa pengaruh yang baik saat berteman.

"Apalah Ayah ini, aku dengan Uzee hanya berteman saja. Wajar kita dekat, karna kita sudah berteman sejak sekolah dulu," jelas Tara.

"Bagus, pertahankan pertemanan kalian. Ayah suka melihat kamu berteman dengan baik. Jangan sampai kamu terjerumus ke hal buruk, pandai-pandailah dalam bergaul."

"Iya Ayah. Oh iya, sore tadi aku mengenalkan Uzee pada Shani. Ah, Shani hanya diam, dia tak berani merespon Uzee. Tidak keren sekali," ungkap Tara. Sedangkan Shani hanya diam dan fokus makan. Meskipun telinganya mendengarkan apa yang keluarganya bicarakan, tapi Shani tetap hanya diam.

Kedua orang tuanya terkekeh mendengar cerita Tara. "Aih, Shani memang seperti itu. Dia pemalu. Kamu mengenalkannya dengancteman perempuanmu saja dia hanya cuek dan tak mau berinteraksi apa lagi dengan Uzee, yang laki-laki. Kamu berharap apa?" Kata Pak Sanji.

"Tapi bagus. Shani sebagai perempuan tidak asal-asalan akrab dengan lelaki. Karena tidak semua lelaki itu baik, ada juga yang berwatak buruk," sahut Bu Nia.

"Tapi Bunda, kalau Shani terus seperti itu kapan dia mendapatkan pasangan?" kata Tara.

"Halah kamu yang sudah mirip preman kampung saja belum juga mendapatkan pasangan, Tara," celetuk Pak Sanji. Sontak Tara merengek mendengarnya. Namun, apa yang Pak Sanji katakan memang benar adanya.

Selesai makan malam, Pak Sanji dan Bu Nia pamit pergi ke rumah temannya di kampung sebelah yang katanya sedang ada acara di sana. Jadi kini di rumah hanya ada Shani dan Tara. Tara sedang menonton tv yang menampilkan serial kartun. Sementara Shani dia berdiri di depan pintu kamarnya, dia berniat menghampiri Tara, tapi ada rasa ragu dibenaknya.

"Hahah, kocak banget kepalanya botak." Tara tertawa melihat kartun di tv itu. Shani akhirnya bergabung dengan kembarannya itu di depan TV. "Eh, Shan. Tumben?" Celetuk Tara, karena biasanya kembarannya itu lebih suka menghabiskan waktu di kamar.

"Hanya ingin," jawab Shani. Dia ikut memperhatikan kartun ditv, tapi baginya kartun itu kurang menarik. "Tara."

"Hem?" Sahut Tara.

"Ehm, aku mau tanya sesuatu."

"Tanya apa?" Tara memasang wajah bingung karena mendapati raut wajah kembarannya seperti ada sesuatu yang dipikirkan.

"Sore tadi... Uzee."

"Uzee kenapa?" Tara semakin penasaran dengan apa yang ingin Shani sampaikan. Mengapa kembarannya ini tidak mau dengan cepat memberi tau.

"A-aku hanya ingin tau. Em... Uzee seperti apa orangnya?"

"Uzee?" Tara memperhatikan Shani penuh selidik, kemudian dia menampilkan senyuman geli, seperti paham apa yang kembarannya itu ingin ketahui. "Ciee, sepertinya ada mulai penasaran dengan seorang lelaki yang baru saja ditemui," goda Tara.

"Ah, a-apa maksudmu? A-aku hanya bertanya, tapi se-sepertinya itu tidak penting. Aku akan kembali ke kamar saja," kata Shani dengan gugup. Dia ingin segera pergi, tapi Tara lebih dulu menahan Shani. "Di sini saja, aku akan menceritakan Uzee kepadamu."

"T-tidak perlu. Aku mengantuk, aku akan kembali ke kamar," kata Shani dengan gugup. Dia menepis pelan tangan Tara lalu kembali ke kamar. Meninggalkan Tara yang terkekeh karena tingkah Shani yang malu-malu. Bisa dia lihat dipipi Shani terdapat ruam merah, karena malu. Kulit putih Shani membuat hal itu terlihat jelas.

"Apa kembaranku mulai dewasa?" Monolog Tara. Sebab baru kali ini Shani menanyakan seseorang yang baru saja dia kenal. Biasanya Shani akan bersikap cuek dan bodoamat dengan orang yang Tara kenalkan. Namun, kali ini berbeda.

















Malu malu Shani.

Maap buat typo.

Orang Biasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang