7

1K 203 7
                                    

_OB_

Setelah kejadian itu, Uzee tidak pernah lagi melihat Shani. Namun, dia menjadi lebih sering datang ke rumah untuk sekedar menitipkan surat pada Tara untuk Shani. Tara pun menjadi heran karena tingkah Uzee yang seperti orang kehilangan separuh jiwanya. Karena seringnya, Uzee yang menitipkan surat, sampai-sampai Tara berpikir ingin membuka lapak tukang pos di sini. Seperti siang hari ini, entah surat ke-berapa yang Uzee titipkan padanya.

"Nih."

"Seperti biasa?" tanya Tara sembari menerima lipatan kertas dari Uzee. "Iya, jangan dibaca ya? Langsung berikan pada Shani," kata Uzee.

"Kalian sebenarnya ada apa sih? Seperti ada yang aneh tau," heran Tara, karena dia sama sekali tidak tau apa yang telah terjadi di antara Uzee dan Shani. Uzee menggaruk kepalanya, bingung menjawab pertanyaan Tara. "Kamu harus cerita sekarang, kita teman. Aku ingin tau apa yang terjadi," kata Tara.

Sekarang Uzee duduk di bangku depan rumah, bawah pohon seperti biasa. Dia menunggu Tara yang sedang memberikan suratnya itu pada Shani di dalam. Tak lama Tara kembali keluar dan duduk di sebelahnya. "Sekarang cerita," pinta Tara.

Uzee mengusap tangannya sendiri, bingung harus mulai bercerita darimana. "Apa yang ingin kamu tau?" tanya Uzee.

"Semuanya. Apa kamu punya hubungan dengan Shani?" tanya Tara. Sontak Uzee menggelengkan kepala sebagai jawaban. "Aku tidak punya hubungan dengannya. Tapi... Aku menyukai Shani."

"Apa?!" Tara tentu terkejut mendengar pengakuan dari temannya ini. "B-bagaiman bisa?" tanya Tara. Mengingat teman dan kembarannya itu tidak pernah berinteraksi, tapi justru Uzee malah mengungkapkan hal ini.

"Ee, ya bisa. Aku pun bingung. Tapi aku serius, aku suka dengan Shani. Entahlah, aku merasakan ini saat pertama kali kamu mengenalkannya denganku. Aku jadi terus memikirkannya dan kemarin aku memberanikan diri untuk mengajaknya keluar. Kamu pasti tau itu?" Jelas Uzee.

"Lalu, apa sudah ada kemajuan di antara kalian berdua?" Raut wajah Uzee semakin sedih. Dia menepuk pipinya karena merasa ada semut yang berjalan di sana. "Tidak. Tidak ada kemajuan, justru sepertinya malah semakin jauh," jawab Uzee.

"Bagaimana bisa?" tanya Tara yang sangat kepo.

"A-aku melakukan kesalahan saat keluar bersamanya waktu itu."

"Apa yang kamu lakukan?"

"A-aku mencium bibirnya," jawab Uzee pelan. Mendengar hal itu, Tara memberikan sebuah hadiah pada Tara berupa jambakan dirambut Uzee. "Apa kamu bilang?! Kamu menciumnya?! Kamu berani menodai saudaraku?!" cerocos Tara yang tak terima saat tau kembarannya telah ternodai.

"Aduh aduh aduh! Maaf Tar, maaf, aku udah diluar kendali waktu itu. Lepaskan jambakanmu, sakit," pinta Uzee. Dengan perasaan masih kesal dia melepaskan jambakan dari rambut Uzee. Uzee meringis sambil mengusap kepalanya yang terasa panas. "Maafin, aku waktu itu terbawa suasana. Aku sempat mengungkapkan perasaanku. Tapi setelahnya aku menyesal. Karena tindakanku itu, sekarang Shani jadi semakin jauh dari aku. Padahal aku belum mengambil langkah lagi untuk mendekatinya," ungkap Uzee.

Tara memperhatikan gelagat Uzee yang sepertinya memang merasa menyesal. "Lagian kamu juga gila. Kalian belum saling kenal dan kamu dengan berani menciumnya. Untung kamu tidak ditampar oleh Shani." Raut wajah Uzee semakin sedih. "Aku menyesal. Tolong bantu aku dong, biar Shani mau dekat denganku," pinta Uzee dengan memelas.

Tara yang merasa kasihan pada Uzee, meraih kepala temannya itu dan memberikan pundaknya sebegai sandaran. Dia mengusap kepala Uzee memberi semangat. "Jangan nyerah kalau kamu beneran suka sama Shani. Dia sepertinya susah didekati oleu seseorang. Tapi, dari semua surat yang kamu berikan apa mendapat jawaban?" tanya Tara.

"Tidak. Dia tidak menjawab suratku, makanya aku terus mengirimkannya surat."

"Apa saja yang kamu katakan disurat itu."

"Dih kamu jangan kepo. Hanya Shani yang boleh tau," kata Uzee.

"Ya udah sih, orang aku tanya doang," balas Tara.

"Tar, gimana kalau Shani membenciku dan tidak mau lagi melihatku? Bisa-bisa aku gila. Ini cinta pertamaku, Tar," kata Uzee dramatis. Tara sampai merinding mendengarnya. "Jangan lebay, kamu harus berjuang lebih biar Shani mau bertemu lagi denganmu," kata Tara sembari terus mengusap wajah Uzee.

Tanpa mereka sadari ada yang sudah menahan rasa panas dari balik jendela. Kalian pasti sudah hapal siapa yang sering mengintip di balik jendela. Siapa? Ya, Shani. Dia mengepalkan tangan seperti tak suka melihat interaksi antara Tara dan Uzee di bawah pohon itu. Langkahnya kini bergerak keluar rumah, menghampiri keduanya. Seperti diluar kendali, Shani menarik Uzee menjauh dari Tara.

"Eh, eh! Uzee mau dibawa kemana? Jangan diapa-apain si Uzee," kata Tara yang cukup terkejut atas tindakan kembarannya. Namun, saat melihat tatapan tajam yang Shani berikan padanya membuatnya seketika menciut. "Hehehe... bawa aja ga papa deh. Silahkan mau diapain aja," lanjut tara dengan perasaan takut. Dia tak jadi menahan Uzee yang ditarik oleh kembarannya.

_OB_

Shani duduk di depan kolam ikan yang berada di tengah taman desa, tersedia dia desanya. Dia melihat ikannya yang saling berenang tenang di sana. Sementara Uzee nampak gugup, berdiri di belakang Shani. Kemudian dengan ragu dia duduk di sebelah Shani, lalu berdehem untuk mencari atensi.

"Shan, ma—"

"Aku ga suka lihat kamu sama Tara." Shani lebih dulu memotong perkataan Uzee yang belum selesai. Lelaki itu kini mengerjabkan matanya, agak kaget mendengar perkataan Shani. "Maksud kamu?" bingung Uzee.

"Aku ga suka interaksi kalian. Kamu bilang, kamu suka sama aku. Tapi kenapa kamu berinterkasi romantis dengan Tara. Siapa yang sebenarnya kamu suka, aku atau Tara?" Ini kali pertama Uzee mendengar Shani berbicara panjang. Masih dengan suara lembutnya, tapi terasa kekesalan di sana.

"Kamu, kamu yang aku suka," kata Uzee.

"Aku tidak suka lelaki pembohong."

"Aku tidak berbohong. Sekarang, bagaimana dengan kamu. Siapa orang yang kamu suka?" Uzee memperhatikan raut wajah Shani yang seperti sedang berpikir. Kemudian dia menjadi gugup saat Shani membalas tatapannya. Dan siapa yang akan menduga, saat Shani mendekatkan wajahnya dan kini lebih dulu mencium bibir Uzee, tanpa mempedulikan ada orang yang melihat atau tidak. Mengikuti instingnya Uzee membalas ciuman itu. Kali ini Shani tak hanya diam, dia mengikuti hati dan perasaanya yang mengatakan harus melakukan ini. Tautan bibir mereka terlepas disaat napas mereka sudah tersenggal. "Siapa yang kamu suka Shan?" tanya Uzee lagi.

"Kamu."

























Ah cie cieee.

Sp yg kepo sama surat yang Uzee kasih? Mau dispill?

Dah maap buat typo.

Orang Biasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang