25

988 186 20
                                    

_OB_

Suasana kali ini cukup menegangkan. Setelah insiden penusukan yang dilakukan oleh Frans, Uzee dengan segera langsung dilarikan ke puskemas, tetapi karena alat yang kurang memadai, Uzee harus dipindahkan ke rumah sakit yang bisa dikatakan cukup jauh dari desa. Hingga akhirnya sekarang Uzee sudah berada di rumah sakit, dan tengah ditangani oleh dokter.

"Bundaa, Uzee, Bunda. Aku tidak mau dia kenapa-kenapa," racau Shani. Tak henti-hentinya Shani menangis karena rasa khawatir terhadap kekasihnya. Pikiran buruk menghinggap dikepalanya. Dia takut kalau Uzee sampai pergi dan meninggalkannya. Shani tidak akan menerima hal itu. Dia sudah terlanjur dibuat jatuh hati pada Uzee.

"Uzee pasti kuat Shan. Dia lelaki kuat, kamu tau itu. Dia sudah ditangani oleh dokter," kata Bu Nia menenangkan. Di depan ruangan juga ada Pak Sanji dan Tara yang setia menemani.

Sementara Frans, dia tengah dikejar-kejar oleh polisi. Apalagi tindakannya ini yang semakin meresahkan.

"Kenapa dokter lama sekali menangani Uzee?" resah Shani.

"Tenang Shan, Uzee pasti akan segera sadar. Kamu jangan terus menangis, aku ikut sedih," kata Tara. Mereka kembar, jadi apa yang dirasakan Shani sekarang Tara pasti juga akan merasakannya.

"Aku takut dia pergi," lirih Shani.

"Jangan berpikiran buruk. Uzee tak akan pergi kemana-mana," balas Tara.

Semua menunggu dengan perasaan khawatir. Apalagi dokter sudah cukup lama berada di dalam sana tak kunjung keluar dari ruangan. Mereka ingin tau segera keadaan Uzee. Beberapa saat kemudian, akhirnya Dokter keluar dari ruangan. Namun, wajah dari Dokter itu seakan menyimpan raut sedih.

"Bagaimana keadaan Uzee, Dok?" tanya Pak Sanji dengan segera.

"Dok bagaimana keadaan kekasih saya? Dia tidak apa-apa kan? Dia sudah sadar? Apa boleh dijumpai sekarang?" Cerca Shani.

"Tenang Bapak, Ibu. Saya, memohon maaf sebesar-besarnya. Kami sudah melakukan semaksimal mungkin, tapi Tuhan berkata lain. Pasien dinyatakan meninggal dunia karena telah banyak mengeluarkan darah," ungkap Dokter.

Sontak yang lain langsung merasakan kesedihan yang menusuk. Mereka setengah tak percaya dengan apa yang dokter katakan. Tak mungkin Uzee pergi secepat ini. Semua seakan mimpi. Tara mematung dengan tatapan kosong. Temannya meninggal?

"GAK! GA MUNGKIN! ANDA KALAU BICARA JANGAN SEMBARANGAN!" Marah Shani. Tentu dia tak suka dokter mengatakan hal seperti itu. Dia yakin kalau Uzee baik-baik saja di dalam sana. Dia menganggap kalau dokter ini pasti gila. "Jangan bercanda dok! Kekasih saya tidak apa-apa. Dokter jangan asal bicara!"

"Saya minta maaf, semua sudah kehendak Tuhan."

"DOK JANGAN SEPERTI INI! SELAMATKAN KEKASIH SAYA! JANGAN BUNUH DIA!" Shani menarik-narik kerah baju Dokter dengan kencang, tak peduli kalau baju itu akan lecek.

"Sudah nak, sudah ikhlaskan." Bu Nia menahan tubuh anaknya agar tak berbuat hal yang aneh-aneh.

"Nggak Bunda! Uzee masih hidup! UZEE MASIH HIDUP! AKU INGIN BERTEMU UZEE!"

Pak Sanji memalingkan wajahnya, menahan air mata yang seakan ingin pecah. Ia mendekati Shani dan ikut menenangkan anaknya itu. "Sudah Shan, jangan seperti ini. Kita temui Uzee sekarang," titah Pak Sanji.

"Uzee tidak pergi kan Yah? Dokter berbohongkan?" tanya Shani pada Ayahnya, menatap penuh harapan. Namun, Ayahnya itu menggelengkan kepala, tak tau harus menjawab apalagi. "Mengapa kalian jahat?! Uzee masih sehat! Aku ingin bertemu dengannya!"

Shani melangkahkan kakinya memasuki ruangan. Di dalam sana masih ada suster yang merapikan peralatan dan juga... Uzee yang sudah tertutup selimut putih. Langkah kaki Shani seakan terasa berat, lemas. Air matanya terus mengalir dengan derasnya.

"Uzee," panggil Shani pelan di sisi ranjang. Tangannya gemetar menyinkap selimut itu. Tangisan Shani kembali pecah semakin keras, melihat wajah Uzee yang sudah pucat pasi. "UZEE BANGUN! AKU TIDAK SUKA KAMU TERTIDUR! BANGUN!"

Bu Nia terus mendampingi anaknya, ia juga ikut merasakan sesak melihat Uzee seperti ini. Sementara Pak Sanji merangkul pundak Tara, ikut menenangkan yang menangis dalam diam. Tara menatap wajah Uzee dengan tatapan tak percaya. Ini tidak mungkinkan Ze? Batin Tara.

"UZEE BANGUN! KAMU BERKATA KITA AKAN MENIKAH! TAPI KENAPA KAMU PERGI SEKARANG?! AAAAA! SEMUA KARNA FRANS! KENAPA BUKAN DIA SAJA YANG MATI?!"

"Shan, sudah ikhlaskan Uzee. Kamu jangan seperti ini ya," kata Bu Nia.

"TIDAK! AKU INGIN UZEE BANGUN BUNDA. HANYA INGIN ITU! AKU TIDAK MAU UZEE PERGI! DIA JAHAT! AKU TIDAK SUKA!" Shani sudah menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Uzee, menggoyang-goyangkan tubuh Uzee berharap terbangun.

Namun, kemudian Shani meringis merasakan sakit diperutnya. Dia meremas perutnya yang terasa sangat sakit. Bu Nia yang menyadari itu sontak bertanya, "Kamu kenapa nak?"

"S-sakit bunda."

"Apa yang sakit?"

"Perut Shani s-sakit, awwhh." Mereka menjadi tambah panik melihat Shani yang meringis kesakitan. Hingga akhirnya Shani pingsan.





















Turut berduka cita🙏

Dah maap buat typo.

Orang Biasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang