22

1K 185 22
                                    

_OB_

Pagi hari tiba kembali. Uzee terbangun dengan perasaan lelah, semalaman dia tak bisa tidur nyenyak. Sejenak tertidur selalu terbangun bertemu dengan keluarganya, tapi sesaat kemudian muncul Frans dengan tatapan membunuh, dan lelaki itu merebut Shani darinya. Mimpi yang mengerikan.

Perut Uzee berbunyi keroncongan, dirinya lapar. Uzee beringsur pergi ke dapur ingin mencari bahan yang bisa untuk dimasak. Namun, kosong, tak ada bahan pagi ini. Sebutir telur pun habis. Sepertinya dia harus keluar membeli telur sebagai isi bahan di dapur.

Sampai di warung, langkah Uzee memelan disaat telinganya mendengar dua orang berbincang di warung. Jadi warung ini menjadi satu dengan toko yang menjual beberapa sembako. "Perbuatan kita kemarin tidak akan ketauan kan? Aku takut Uzee mengetahuinya," kata pemuda dengan suara pelan yang umurnya tak jauh dari Uzee.

"Aku yakin tidak akan ketauan. Apalagi yang menyuruh kita adalah anak dari juragan. Dia sudah menjanjikan kalau tidak akan terjadi apa-apa pada kita," balas temannya. Tidak tau saja meskipun mereka berbincang dengan suara pelan, Uzee masih bisa mendengarnya. Mereka juga tidak tau kalau ada Uzee sekarang di belakang mereka, yang sudah menahan geram.

"Tapi aku kasihan pada Uzee, dia baik, tapi harus menerima hal seperti ini."

"Ya, aku juga merasa kasihan. Tapi kita juga butuh uangkan."

"Huh, aku merasa sangat bersalah pada Uzee."

"Oh! Jadi kalian yang merusak sawahku Ha?!" Marah Uzee. Dua pemuda itu sontak terkejut akan kehadiran Uzee. Mereka menjadi panik sekarang.

"U-Uzee, bu-bukan-"

"BUKAN APA?! JELAS-JELAS AKU SUDAH MENDENGAR SEMUANYA." Uzee menarik kerah baju satu dari mereka, lalu tanpa basa-basi melayangkan pukulan diwajah pemuda itu.

"Uzee dengarkan dulu!" Uzee seakan tuli, dia tetap memukuli pemuda itu, satu temannya mencoba menahan Uzee yang sudah kesetanan. Para warga yang melihat keributan sontak menghampiri dan memisah keduanya.

"Ada apa ini?! Kalian kenapa bertengkar?!" Tanya Pak RT menengahi. Beberapa Orang lainnya memegangi Uzee.

"Dia orang yang sudah merusak sawahku!" Jelas Uzee dengan kemarahan yang masih menyertai.

"Kamu berdua disuruh orang Pak, bukan atas kami yang sendiri yang melakukan," jelas salah satu pemuda.

"Siapa yang menyuruh kalian?"

"Kami takut kalau kami beri tau, kami akan mendapat hukuman."

"Kalau kalian tidak memberi tau sekarang, justru hukuman akan semakin berat!" Sentak Pak RT. "Jadi siapa yang memerintah kalian?"

"Anak dari Pak Juragan. Kami diminta untuk merusak sawah Uzee dengan imbalan uang. Karena kami butuh uang itu, kamu menerimanya."

Uzee menepis tangan orang-orang, lalu pergi dari sana. Tujuannya sekarang adalah rumah Pak Juragan. Dia harus memberikan pelajaran pada Frans, lelaki yang sudah cocok dimasukkan delam rumah sakit jiwa.

"Kalian ikuti Uzee, jangan sampai dia kenapa-kenapa," perintah Pak RT, "Saya akan mengurus mereka dulu, nanti akan menyusul," lanjutnya. Beberapa orang menyusul Uzee, menuruti perintah Pak RT. Sementara Pak RT dan beberapa orang juga masih menyidang dua pemuda ini.

_OB_

"FRANS! FRANS KELUAR KAU!" Uzee berteriak dengan emosi membara di depan rumah Pak Juragan, tak peduli banyak pasang pekerja Pak Juragan yang menatap ke arahnya.

"FRANS KELUAR KAU ATAU AKU TAK AKAN SEGAN MEMBAKAR RUMAH INI!" Ancam Uzee yang terdengar tak main-main.

Pak Juragan keluar dengan tatapan bingungnya. "Ada apa kau kemari?" tanya Pak Juragan.

"Dimana anak anda? Saya ingin bertemu dengannya. Saya ingin membuat perhitungan!" kata Uzee.

"Frans sedang keluar, dia tidak di rumah. Ada apa denganmu? Kau terlihat marah?" Bingung Pak Juragan, yang melihat kehadiran seseorang dengan keadaan marah-marah.

Kebetulan yang pas, mobil Frans memasuki pekarangan rumah yang luas. Frans keluar dari dalam mobil dan cukup terkejut melihat adanya Uzee di rumahnya. Namun, dia berusaha santai seakan tak terjadi apa-apa. Sementara Uzee, emosinya seakan kembali terbakar seakan ada bensin yang menuangkan di atas bara api, dia dengan meledak-ledak menghampiri Frans dan meninju wajah Frans. Tak peduli dengan ringisan Frans yang sudut bibirnya robek.

"Apa kau gila?!" kata Frans.

"KAU YANG GILA!" Balas Uzee dengan nada teramat tinggi.

Pak Juragan yang melihat anaknya terluka sontak menghampiri, "Mengapa kau memukul anakku?! Kau tak pantas melukainya!"

"SAYA PANTAS PAK! DIA TELAH MERUSAK SAWAH SAYA! APA DIA MASIH WARAS? BAHKAN SAYA SUDAH MERAGUKAN KEJIAWAANYA SEKARANG!" Ungkap Uzee. Dia sudah tak peduli jika dicap tidak sopan terhadap orang tua.

"Dia berbohong! Kau jangan membuat berita yang tidak jelas! Aku bisa saja membawa ini ke polisi atas kasus pencemaran nama baik!" Kata Frans.

"Kau gila?! Tidakkah salah?! Bukankah seharusnya aku yang melaporkanmu ke polisi atas semua tindakan jahat mu itu?!" Balas Uzee.

"Aku tidak melakukan apapun!"

"KAU KIRA AKU TIDAK TAU!? KAU YANG MENJADI DALANG ATAS RUSAKNYA SAWAHKU!" Uzee lalu berganti menatap Pak Juragan, "Pak Juragan, apa bapak tau kalau anak kesayangan bapak ini telah merusak sawah saya. Semua tanaman saya rusak dibuatnya! Saya rugi besar!"

Pak Juragan menatap anaknya meminta penjesalan. "Apa itu benar Frans?"

"Tidak Pak! Aku tidak pernah berbuat seperti itu. Lagi pula buat apa aku mengurusi lelaki miskin sepertinya? Sangat membuang-buang waktu!"

"TUTUP MULUTMU FRANS!" Perkelahian kembali terjadi. Uzee membabi buta memukuli Frans. Sementara Pak Juragan langsung meminta orang-orang memisahkan mereka. Ia juga meminta anak buahnya untuk membalas perbuatan Uzee yang telah melukai anaknya.

Uzee yang dikeroyok dan kalah jumlah itu, kini menjadi bonyok. Menjadi sasaran empuk anak buah Pak Juragan. Sebisa mungkin dia melawan, tapi dia tetap kalah. Dia tumbang dengan banyak luka.

















Kasihan Uzee. Dia mau gw bawa pulang dulu. Mau gw obatin.

Dah maap buat typo.

Orang Biasa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang