PROLOG.

3.2K 151 8
                                    


.

.

.

UNO...

"Hahaha Kau kalah Min Yoongi.."

Suara tertawa terdengar keras didalam sebuah apartemen mewah dimana kedua Pria dewasa sedang bermain kartu Uno.

Seorang yg bertubuh tinggi tak hentinya tertawa senang karena sudah berhasil mengalahkan temannya untuk pertama kalinya dalam permainan itu.

"Ckk... Kau hanya beruntung. Aku sedang tidak dalam pikiran yg baik karena pekerjaan.." Cibir seorang lagi sembari menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

"Sudahlah Yoon jangan banyak bicara, kalah yah tetap kalah malam minggu nanti kau harus membawakan semua pesananku. Oke.." Ucap Pria tinggi itu lagi.

Pria yg satunya tidak menanggapi ucapan pria tinggi itu, Ia malah memejamkan matanya sembari bersandar pada sandaran sofa.

"Yakk Min Yoongi kau dengar tidak..?"

Pria yg dipanggil Yoongi itu membuka matanya lalu menatap temannya yg berdiri menjulang didepannya dengan jengah.

"Ya..ya.. aku akan membawakan semua pesananmu secara lengkap nanti.. Kau puas Kim Namjoon-sii..?!" Ucapnya penuh penekanan.

Namjoon kembali tertawa. Membuat Yoongi memutar matanya malas sembari berdiri dan melangkah menuju kamarnya berada.

"Ku tunggu nanti..." Ucap Namjoon lagi.

Yoongi terus berjalan tanpa mengalihkan wajahnya. Ia ingin segera beristirahat karena sungguh hari ini sangat melelahkan untuknya.

"Cepat keluar dari sini, karena aku akan istirahat dan jangan lupa tutup pintunya.."

Pesannya setengah berteriak pada temannya itu sebelum Ia menutup pintu kamarnya.

.

.

.

.

.

"Nah ini bayaranmu.."

"Terimakasih Hyung.. Tapi..?!"

"Kau tenang saja Jiminie, Aku sudah bilang kan kalau indentitasmu akan disamarkan dan lagi pula yg terlihat di foto itu hanya bagian tubuhmu saja, wajahmu aman jadi tidak mungkin orang akan mengenalimu.."

Pria mungil itu mengangguk. "Terimakasih Hyung.. Aku pergi dulu.."

"Baiklah, hati-hati Jiminie.."

Lelaki mungil bernama lengkap Park Jimin itu berjalan keluar dari studio foto yg baru saja dia gunakan untuk berfoto sembari membawa amplop berwarna cokelat berisi uang honornya.

Diluar gedung sana seorang wanita paru baya sudah menunggunya. Saat melihat Jimin keluar dari gedung itu wanita itu pun menyambutnya dengan tawa riang.

Bukan karena menyambut Jimin tapi karena sesuatu yg dipegang oleh Jimin.

"Kemarikan.." Ucapnya sembari merampas amplop cokelat itu secara kasar dari Jimin.

Senyum wanita itu langsung tersungging kala menghitung uang yg ada di amplop itu.

"Wah banyak juga. Kalau tau begini kenapa dari dulu Aku tidak membawamu kemari. Besok-besok kau harus bekerja seperti ini lagi.."

Jimin menggeleng.

"Ini pertama dan terakhir kalinya Aku akan melakukan pekerjaan ini Bibi, Aku tidak mau. Aku sungguh malu berpose seperti itu dan dilihat-lihat orang.."

Wanita yg dipanggil Bibi oleh Jimin itu berbalik menatap Jimin dengan sorot mata yg tajam.

"Terus bagaimana caranya kau akan mendapat uang ha..?! Bibi Jimin berucap dengan nada yg meninggi. "Kau tidak lupa kan bahwa para rentenir itu akan datang kapan saja dan mengambil rumah ku, rumah yg di gadaikan mendiang suamiku untuk menebusmu dari rumah sakit. Kau dan Ibumu memang selalu..."

"Aku akan bekerja.." Potong Jimin sebelum Bibinya itu melanjutkan perkataannya. "Bekerja apa saja supaya bisa melunasi utang itu. Aku janji Bibi. Asal jagan bekerja seperti ini lagi.." Jimin menunduk dan air matanya mulau lolos dari kedua matanya yg cantik. Bibinya selalu seperti itu, Dia akan mengatakan sesuatu yg membuat hati Jimin teriris.

"Ckk.. Kau saja masih kuliah. Bagaimana kau membagi waktumu untuk bekerja. Sudah kubilang kan berhenti kuliah dan carilah pekerjaan. Apa gunanya kau kuliah..?! Itu hanya membuang-buang waktu.."

"Tapi Bibi Aku janji akan mencari pekerjaan tambahan besok.. Aku akan berusaha semampuku.."

"Terserah kau saja. Yg penting hasilkan uang yg banyak.. kalau tidak kembalilah kemari."

Wanita paruh baya itu berjalan menjauhi Jimin dengan membawa amplop Jimin bersamanya.

Sementara Jimin. Pria mungil itu masih menunduk sambil menangis ditempatnya. Nasibnya malang. Ibunya meninggal saat melahirkannya sedangkan Ayahnya tak tau kemana. Dia hanya punya seoarang Paman kakak dari Ibunya namun sekarang Sang Paman pun sudah dipanggil yg Maha kuasa setahun yg lalu.

Tidak ada lagi pelindungnya orang selalu pasang badan membelanya saat mendapatkan perlakuan kasar dari Bibinya. Jimin merasa benar-benar sendiri sekarang.

.

.

.

.

.

.

Haiii......!!

Jumpa lagi bersama Author Abal-abal ini. Ini cerita baru dariku, abisnya aku masih kehabisan ide untuk melanjutkan satu ceritaku yg belum selesai...hi..hi..hi..

Selamat membaca yah.. Dan jangan lupa tinggalkan jejak supaya Ian semangat nulisnya... Karena bacain komen kalian itu adalah salah satu penyemangatku dalam menulis.. Sweet kan Aku..🥰

Okeyy..

Warning:

BxB

YooNMin

Mpreg.

20+++

Super dewasa.

💜💜💜

💜💜💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hasrat Tuan Min (YoonMin-Dewasa20++) End ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang