SIXTEEN - Helter-skelter

171 17 2
                                    

Raja Robert kembali dari kunjungan luar negeri keesokan harinya. Ia tampak seperti Santa Klaus pirang—alih-alih berambut putih. Perawakannya gempal dan tinggi. Rambut dan janggut pirangnya tersisir rapi saat ia datang pada jam makan siang. Ia terlihat sangat lelah namun antusiasme dan rasa bahagianya tidak mampu ia tutup-tutupi lagi ketika melihat Alex dan Rosalie. Raja memeluk Alex dan mengucapkan selamat kepada Rosalie berkali-kali hingga rasanya Lena dapat ikut melompat-lompat karena turut merasakan euforianya.

Istana menyambut kabar pernikahan ini dengan hiruk pikuk yang tidak pernah dilihat Lena sebelumnya. Bahkan ruang loker nampak lebih sesak daripada biasanya, karena Mrs. Donburry memutuskan untuk mempekerjakan beberapa pegawai temporer untuk membantu persiapan pernikahan.

Berita ini juga disambut dengan tak kalah heboh oleh masyarakat Norwind. Alex dan Rosalie tidak bisa berada dimanapun tanpa tersorot kamera. Maka dari itu, pihak istana memutuskan bahwa kedua calon pengantin diharuskan berada di istana hingga hari H. Ketika hal ini disampaikan oleh Raja sendiri pada saat sarapan keesokan harinya, Alex nampak kecewa dan merosot dari tempat duduknya. Dia masih berusaha melobi Raja untuk tetap diikutkan di kegiatan-kegiatan yang lebih tertutup, tapi Raja tetap menolak.

Sesuai tradisi kerajaan, pernikahan akan dilaksanakan di Katedral St. Paul yang telah menjadi saksi pernikahan anggota kerajaan selama beberapa generasi. Acara dilangsungkan secara tertutup dan tanpa perayaan setelahnya. Jamuan makan malam akan dilaksanakan 2 minggu sebelum acara pernikahan untuk memperkenalkan calon pengantin. Dan meski hanya mengundang sedikit tamu, kerepotannya sungguh luar biasa. Greg bahkan pulang sangat larut tiap harinya.

Ben nampak seperti ikan mati yang mengikuti arus pada sepanjang minggu itu. Ia meminimalisir terlibat dari segala percakapan, meski jika dilibatkan ia tetap merespon dengan sopan, namun begitu seluruh perhatian kembali kepada Alex dan Rosalie, dia tidak dapat menutupi rasa leganya.

Lena sedang mendampingi Cassie di kelas baletnya, saat pintu balet terbuka dan muncul sosok berambut cokelat. Ben mengangguk sopan kepada Mrs. Smith—tutor balet Cassie, seorang wanita berumur 50-an yang memiliki perawakan anggun seperti angsa. Mrs. Smith cukup terkejut akan kedatangan Ben, namun ia tidak bertanya dan hanya membalasnya dengan membungkuk sopan.

Ben berjalan menyeberangi ruangan dan duduk di kursi kosong di sebelah Lena.

"Kau bisa berdansa?"

Tanpa basa-basi. Tanpa bertegur sapa. Straight to the point. Khas Ben.

"Tidak. Kenapa?" jawab Lena tanpa pikir panjang.

Ben mengacak-acak rambutnya, nampak seperti tak tidur seharian, "Tradisi sialan."

"Tradisi apa?"

"Jadi, saat jamuan makan malam nanti, ada tradisi yang mengharuskan Alex dan Rosalie untuk mengawali dansa, kemudian Mom dan Dad, kemudian aku... dan partnerku."

"Well, sekalipun bisa, aku akan lebih memilih berdansa dengan Cassie dibanding kau."

"Oucchhh" Ben memegang dadanya dengan gaya dramatis, "Lena dan kalimat tajamnya, dua hal yang tak terpisahkan."

"Itu fakta. Aku tak akan membiarkan Cassie sendirian." bantah Lena tak terima.

"Cassie tidak masuk hitungan, dia belum cukup dewasa untuk diwajibkan mengikuti tradisi sialan itu."

Alunan musik klasik memenuhi ruangan. Keduanya menatap ke arah Cassie yang sedang berdiri dengan kedua ujung kakinya. Melakukan gerakan-gerakan yang jelas tak akan bisa dilakukan Lena. Badan dan kakinya berputar-putar. Ia dan Mrs. Smith bagai itik dan anak itik yang melakukan gerakan bersamaan dalam satu waktu.

"Bagaimana keadaanmu?" Lena menoleh ke arah Ben.

"Tidak pernah lebih baik. Aku hanya perlu membuat otakku tetap sibuk."

the Troublemaker PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang