TWO - Good News

708 30 0
                                    

Hujan pertama di musim semi tahun ini mengguyur lebat distrik selatan kota, tempat kediaman Wyers berada. Ranting pohon menampar jendela kamar Lena di lantai dua, namun suara gaduh itu tidak mengusiknya akan apa yang sedang ia kerjakan. Ponselnya berdenting namun ia hanya melirik ke arah nama di layar kemudian melanjutkan kembali aktivitasnya berselancar di layar laptopnya.

Sesekali matanya membelalak saat membaca persyaratan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya dan semangatnya padam secepat gigitan nyamuk ketika ia menatap kolom gaji yang ditawarkan. Ia berhenti sejenak, menimbang langkah selanjutnya sembari mengetuk-ngetukkan jemari di meja. Ketika mengingat betapa terpuruk hidupnya kemarin, Lena tidak berpikir panjang lagi. Diarahkan kursornya hingga menekan tombol klik di layar dan beberapa menit kemudian ia sudah sibuk melampirkan file-file yang diperlukan.

Lena terlonjak ketika suara pintunya berdebum mengalahkan suara ranting pohon dan hujan deras di luar. Ia menatap sosok tinggi jangkung berdiri di ambang pintu. Mata hijau-hazelnya melotot ke arah Lena. Ia mengenakan kaos putih tipis bertuliskan 'The Beatles', kontras sekali dengan rambut hitamnya. Celana kargo berwarna khaki-nya digulung semata kaki, dengan bercak lumpur hampir setungkai kaki. 

"Lena Wyers, berani sekali kau tidak menerima telfonku di saat-saat seperti ini! Lihat apa yang sudah kau lakukan." tangannya mengarah ke rambut kertingnya yang menetes-neteskan air.  

Greg melenggang masuk tanpa dosa seraya merebahkan diri di kasur Lena. Kaosnya terangkat sedikit, menampilkan segaris luka operasi yang didapatnya beberapa tahun yang lalu karena usus buntu. Kedua tangannya tersimpul di belakang kepala, menatap lukisan tangan Lena yang menurut Greg tidak terlalu buruk untuk dimuat di surat kabar. 

"Kau tahu, kau bisa saja melamar ke Today Times untuk menjadi pegawai tetap disana. Kolom hiburan mereka payah sekali."

Today Times adalah media cetak paling tersohor di Norwind. Pun sejak media sosial merambah ke pelosok negeri dan beberapa media cetak tidak dapat menyaingi gempitanya, Today Times tetap berkibar.

"Itu hanya hobi," Lena melambai ke arah kertas-kertas di langit kamarnya, "Aku tidak pernah membayangkan aku akan berkarir disana."

"Pengecut." 

Lena melemparkan bolpoin yang ada di mejanya, dan mengenai dada Greg dengan bunyi 'tuk' pelan. Greg mengaduh dan melotot ke arah sang pelempar.

"Bagaimana kalau aku bilang 'Oh hey Greg, bagaimana jika kau berkarir sebagai pemain e-sport saja karena hobimu bermain game'? Tidakkah itu terdengar seperti lelucon?"

Greg mendehem sejenak, tampak berpikir.

"Tidak, menurutku itu bukan lelucon. Aku mau saja menjadi pemain e-sport asalkan gajinya melebihi gaji di Hurrington."

Greg bekerja di Hurrington Palace sebagai asisten koki disana. Gajinya lumayan--sangat lumayan. Namun seperti bekerja di kerajaan manapun, Greg harus bersumpah setia dan menyimpan rahasia atas segala sesuatu yang terjadi di dalam istana. Bahkan, Lena yakin, sekarang ini ada beberapa wartawan yang menghubungi Greg untuk menanyakan kondisi Raja dan Ratu terkait pemberitaan sang pangeran pembuat onar.

"Omong-omong tentang Hurrington, aku membawa berita baik untukmu."

"Jika ini tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, lebih baik kau pulang saja, Greg. Saat ini kepalaku sudah cukup pening."

"Ada lowongan pekerjaan yang sepertinya cocok untukmu di Hurrington. Pekerjaannya tidak sulit, gajinya sangat lumayan dan jam kerjanya pun cocok untukmu." Greg berbicara cepat sebelum Lena sempat memotongnya.

Mata Lena menyipit, "Kenapa aku mendengar kata 'sepertinya'? Apakah kau meragukan kemampuanku?"

"Hmm... tidak, Lena, bukan begitu. Hanya saja pekerjaan ini jauh dari segala harapanmu tentang pekerjaan kantoran yang sangat kau inginkan."

"Greg, kau tahu, sepertinya aku sudah tidak punya pekerjaan impian sekarang ini."

"Aku sudah mendengar tentang nasibmu di firma hukum itu dari Lou."

Ada sedikit rasa malu di dada Lena. "Jadi, apa pekerjaannya?"

"Pengasuh anak."

"Apa?!"

"Sudah kuduga kau tidak akan mau. Ini ide yang buruk, sungguh." Greg bangun dari tempatnya, sudah setengah ingin bangkit ketika Lena buru-buru menyelanya.

"B-bukan, m-mak-maksudku, aku sama sekali tidak punya pengalaman mengasuh anak, kau tahu."

"Ayolah, Lena. Kau tahu Cassie--maksudku Putri Cassidy--sudah tidak bayi lagi. Dia hanya butuh teman bermain."

Lena menatap Greg intens, menuntut penjelasan lebih tentang kewajibannya.

"Yah, kau hanya mengajaknya berjalan-jalan, menemaninya mengikuti kelas kepribadian, menemaninya bermain, mengobrol, yah... aktivitas semacam itu."

"Apa yang terjadi dengan pengasuh sebelumnya?" Lena bertanya curiga, menebak jawabannya adalah karena peraturan pekerjaan yang membuatnya tidak betah.

"Well, Donna sudah cukup tua, usianya enam puluh berapa gitu--aku tidak tahu pasti. Dia positif Covid dua hari lalu, dan kerajaan sudah cukup kewalahan dengan urusan pangeran. Jadi, mereka butuh pengasuh anak yang bisa segera bekerja."

Lena menimbang sejenak, membayangkan isi rekeningnya yang sudah terkuras beberapa bulan ini, sepertinya ia tidak punya banyak pilihan. Yah, pekerjaan ini memang bukan pekerjaan impiannya, tapi siapa yang peduli? Gajinya lumayan. Dan secara implisit, Greg menjelaskan bahwa ini hanya pekerjaan temporer. Ketika pengasuh anak yang lama sudah pulih dan bisa segera bekerja kembali, ia pasti akan diberhentikan. Tidak ada salahnya mencoba.

Ya kan?

"Jadi, kapan wawancaranya?"

the Troublemaker PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang