FIVE - Inside the Park

206 12 0
                                    

Tidak ada yang lebih menegangkan dibandingkan wawancara 60 menit penuh bersama Mrs. Donburry--wanita berperawakan gemuk dan tinggi yang begitu mengintimidasi Lena. Tatapan di balik kacamata bulan separonya bagai mata pedang yang siap menghunus Lena kapanpun dia mengucapkan hal yang tidak sesuai dengan etika kerajaan. Lena menyerap segala informasi yang diberikan Greg tempo hari tentang wawancara dan bagaimana cara menghadapi Mrs. Donburry. Tapi tetap saja, rasanya tidak cukup.

Bulir keringat membasahi dahi dan punggung Lena selama periode waktu itu. Ruangan berukuran 4x4 itu seakan mengkungkungnya, membatasi ruang geraknya. Dan meskipun pendingin ruangan diatur dalam suhu rendah, tetap saja Lena merasa ruangan berdinding bata ini tidak cukup dingin. 

Dan saat Mrs. Donburry merapikan hamparan kertas di meja kerjanya, berdeham beberapa kali untuk mengecek tulisan-tulisan kecil yang ia bubuhkan sepanjang wawancara dan mengamati Lena dengan tatapan penuh selidik beberapa kali, akhirnya ia pun berkata :

"Well, Lena Wyers, menurutku kau tidak terlalu buruk dibandingkan dengan calon yang lain. Tiga hari lagi kau sudah mulai bekerja. Segala peraturan pekerjaan akan segera dikirimkan ke alamat emailmu, dan tolong--baca baik-baik. Tanda tangani dan serahkan padaku di hari pertama kau bekerja. Jangan sampai kau melanggarnya kalau kau tidak mau diberhentikan. " Mrs. Donburry menekankan kalimat ini dengan hati-hati, "Untuk seragam yang harus dikenakan, kau bisa ke ruangan Mrs. Johnson untuk diukur."

Lena tidak terlalu mendengarkan kalimat setelah 'tiga hari lagi kau sudah mulai bekerja', karena pikirannya sibuk melompat-lompat kegirangan. Rasanya ia ingin bangkit dan memeluk serta mencium Mrs. Donburry tanpa ampun, berterima kasih ribuan kali kepadanya. Namun bagian aortanya yang waras segera mengambil alih kesadarannya.

Ia merasa begitu gembira hingga saat Mrs. Johnson menanyakan ukuran sepatunya, respon yang ia berikan hanyalah senyuman dan ucapan terima kasih. Wanita itu nampaknya lebih pengertian dibandingkan Mrs. Donburry dalam menoleransi tingkah laku karyawan baru, karena dengan sabar ia mengulangi pertanyaannya yang dijawab Lena dengan malu-malu.

"Owh, maaf..." Senyum Lena langsung lenyap, "Tiga sembilan."

Mrs. Johnson adalah wanita berumur 40-an yang rambutnya sudah diselubungi uban putih di beberapa bagian. Wajahnya jauh lebih bersahabat dibandingkan Mrs. Donburry. Kerut harus mulai menghiasi mata dan tepi bibirnya, namun hal ini malah menjadikan Mrs. Johnson sosok yang berwibawa dan keibuan.

Lena keluar dari bangunan itu dengan perasaan yang jauh berbeda dengan ketika datang. Bau busuk dan amis yang tadinya mengganggu indera penciumannya, kini terasa tidak terlalu buruk. Ia melangkah dengan riang, membuat beberapa orang di trotoar utama menatap seolah dirinya orang sinting. 

Ia tak sabar untuk pulang dan memberikan kabar gembira ini kepada Mom dan Lou, tapi hari masih terlalu pagi untuk pulang ke rumah. 

Ia berdiam diri di trotoar, menatap kafe di seberangnya. Tidaklah bijak menghamburkan satu euro untuk segelas kopi ketika dia bahkan belum resmi mendapatkan gaji. 

Tepat ketika ia hendak berbalik arah menuju rumahnya, ia melongok lagi ke arah lorong berbau busuk itu. Pikirannya berkelana, menuju bayangan Greg dan Mal yang menuruni undakan bawah tanah.

Mungkin itu adalah jalan rahasia menuju istana, pikir Lena. 

Lena tidak tertarik dengan sejarah dimana Negara Norwind mungkin memiliki jalan-jalan rahasia yang sengaja dibangun pada masa Perang Dunia dulu. Tapi ia sungguh penasaran akan apa yang berada di atas terowongan rahasia itu. Ia pun berjalan ke sisi depan bangunan, menghitung lima bangunan sebelum ia berhenti di depan undakan batu dengan pintu besar di depannya. Gerendel besi di pintu kayu itu cukup menandakan bahwa bangunan itu tidak berpenghuni. 

the Troublemaker PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang