THIRTEEN - Catching Sunset

159 13 0
                                    

Matahari bergerak semakin turun mendekati garis cakrawala saat Lena merebahkan diri di kursi pantai terdekat. Ben kembali tak lama kemudian membawa dua gelas es limun dan mengulurkan salah satunya kepada Lena.

"Sama-sama." sindir Ben sembari ikut merebahkan diri di kursi pantai di sebelah Lena.

"Aku anggap ini sebagai permintaan maaf karena telah membuatku tenggelam." Sensasi dingin merayapi kerongkongannya saat ia menyesap es limun, samar-samar menghilangkan dominasi rasa nyerinya.

"Well, secara teknis kau tidak tenggelam," Ben meneguk es limunnya banyak-banyak, "Hanya bergulung-gulung."

Lena mengambil sejumput pasir di bawahnya, melemparkannya ke arah Ben dengan asal hingga membuat lelaki itu tersentak.

"Hey! Limunku kemasukan pasir, Bodoh."

"Haruskah kutambahkan pasir basah juga ke dalam minumanmu?"

Ben menggeram untuk memprotes, kemudian buru-buru menandaskan es limunnya sebelum mendapatkan tambahan pasir.

Momen itu terlalu sempurna untuk diabadikan. Dengan langit cerah berwarna jingga, kokokan burung membelah udara dan debur ombak di kejauhan. Kenyataan bahwa ponsel Lena berada di loker dan hanya bisa mengingat pemandangan nan indah ini dalam memorinya membuatnya mendesah.

"Rose adalah cinta pertamaku."

Ia menoleh sangat cepat. "Apa?"

"Kami menjalin hubungan sejak SMA. Dia sangat cantik dan populer, semua lelaki mengejarnya. Dan aku... sangat beruntung mendapatkannya."

"Tidak heran. Kau seorang pangeran."

Ben melirik sinis ke arah Lena, namun tetap melanjutkan, "Hubungan kami memburuk saat aku mengikuti wajib militer lima tahun lalu. Saat itu dia sedang di puncak karirnya sebagai model, banyak mendapatkan tawaran bermain film dan bintang iklan. Pada akhirnya, kesibukan barulah yang mengantar kami pada perpisahan."

Dia seorang artis rupanya, pantas Lena merasa tidak asing saat pertama kali melihatnya di Foster Park. Samar-samar memori tentang Rosalie menyeruak di ingatannya. Rosalie Bennett, anak dari Arthur Bennett, seorang pengusaha kaya raya yang bergerak di bidang properti dan memiliki pengaruh besar di Norwind. Latar belakang keluarganya cukup menjelaskan bagaimana ia bisa bersekolah di salah satu sekolah bergengsi bersama anggota kerajaan dan kaum bangsawan lainnya.

Rosalie Bennett berada di puncak karirnya beberapa tahun lalu. Membintangi beberapa film dan kerap menjadi brand ambassador kosmetik terkemuka dunia. Persaingan ketat di dunia hiburan membuat namanya semakin tenggelam seiring bertambahnya usia. Hingga beberapa waktu lalu tepat sebelum pandemi Covid-19 menghebohkan dunia, kerajaan mengumumkan pertunangan putra sulung dengan seorang wanita. Lena tak terlalu memperhatikan berita saat itu—meski cukup menggemparkan Norwind—karena tengah sibuk bekerja di restoran pizza yang menyita hampir seluruh waktunya. Tapi Lou dan Greg memang tak henti-hentinya membahas berita itu di hadapannya.

"Itu patah hati pertamaku. Tak bisa kugambarkan rasanya. Performaku memburuk, aku mengacaukan satuanku. Saat itu..." Ben menerawang ke balik matahari yang telah tenggelam, "Bukan saat-saat terbaikku."

Lena menyeruput es limunnya dengan berisik, memandang seorang lelaki yang sedang bermain frisbee dengan seekor golden retriever di kejauhan.

"Dan ketika aku kembali, Mom sangat senang karena Alex akhirnya memiliki kekasih." Ben menghela nafas panjang, "Saat itu kami sedang sarapan dan mereka memperkenalkanku dengannya—wanita yang telah bersamaku selama tujuh tahun."

Lena tak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi Ben. Bertemu lagi dengan cinta pertama hanya untuk menerima keadaan bahwa dia telah menjadi milik orang lain—kakaknya sendiri.

the Troublemaker PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang