Alien-1

1K 142 35
                                    

"Phip phippp phippp pphpi!"
(Semuanya kejar dia!)

"Phiphip iphip phiii!"
(Berhenti kau!)

Dua cahaya yang tampak seperti bintang itu   mengelilingi galaxy, dari dekat, cahaya itu berbentuk siluet seperti batu meteor. Lapisan luar batu meteor itu sepertinya melindungi lapisan di dalamnya  yang ternyata adalah sebuah kendaraan yang begitu canggih, didalam sana ada layar-layar berwana biru menunjukkan tanda merah seperti tanda bahaya.

"Iphi  iphip phiphi phiphip."
(Tidak ada cara lain.)

Melihat lingkaran galaxy berputar seperti portal, kendaraan berbentuk bongkahan batu meteor itu masuk dan menghilang dalam sekejap.

Aksi kejar-kejaran berhenti, batu meteor lainnya  tidak bisa mengejar lagi, itu adalah tempat yang tidak boleh di masuki oleh siapapun, tempat itu terlarang. Ratusan batu meteor itu berbalik arah dan menjauh.

Meteor yang menembus portal itu melaju tidak terhenti, karena kecepatan yang begitu tinggi, muncul percikan api yang membakar sekelilingnya.

Benda itu melaju dengan kecepatan kilat, serpihan kecil meteor itu mulai pecah, selanjutnya meteor raksasa itu benar-benar terbelah dua, sesuatu yang berada didalamnya keluar dan memisahkan diri, dan keluarlah sebuah bongkahan batu yang lebih kecil dari sebelumnya.

Mengikuti jatuhnya meteor yang pertama hingga akhirnya menuju ke tempat yang berwarna biru itu.

Satu ledakan terjadi didekat hutan, tanah yang ada disana bergetar dan pohon disekitarnya hangus terbakar.

Beberapa meter dari jatuhnya meteor itu kembali terjadi ledakan kedua yang lebih kecil dari sebelumnya .

* * *

{Bumi}

"Iya Mak iya! Iya udah makan ini ... iya ..." Mematikan telepon secara sepihak dan melanjutkan menonton drama dilayar laptopnya.

"Udah tahu lagi seru malah diganguin terus!"

Tera Parama, pemuda tampan berumur tujuh belas tahun (17), siswa SMK jurusan Tata Kelola Perkantoran yang sedang menjalani PKL di sebuah perusahaan, tinggal di kos'an yang tidak jauh dari rumah hanya berjarak lima belas rumah saja.

Alasan ingin tinggal sendiri karena ingin hidup mandiri ketika sedang melakukan PKL, padahal kos'an  dan rumahnya berjarak sangat dekat.

Anaknya Rama Parama dan Epa Mawar, jangan tanya dimana ayahnya karena dia adalah yatim dan bukan piatu.

Anak tunggal kesayangan Emak Epa, walaupun sering ditirikan oleh emaknya karena emaknya sering membela Janson Elliot Zuckerberg (Kucing kesayangan Emak Epa, jantan dan oren.)

Tinggal dikos'an karena yang punya tempat ini adalah adik dari ibunya, jadi tidak perlu membayar.

Menurut Tera," Saudara is Gratis."

Pemuda berwajah tampan itu menguyah cemilan yang ia peluk sambil sesekali memukul bantal, sepertinya terbawa suasana dalam menonton drama di layar laptopnya.

"Gila jahat banget ..."

Panggilan telepon kembali terdengar, menghela nafas sebentar dan membiarkan ponsel itu diatas nakas, getaran ponsel itu masih terus berbunyi hingga beberapa kali.

"Emak cerewet banget dah, tumben banget nelpon sebanyak ini, udah tahu gua lagi nonton drakor!" Mengangkat ponsel itu kembali, ia menjauhkan ponselnya dari telinga karena mendegar ocehan dari seberang sana.

"Tera! Kurang ajar lu ya! Dasar bocah! Main dimatiin aja! Gua sumpahin di timpa genteng baru tahu rasa lu!"

"Apasih, Mak ... lagi nugas ini, nanti nelponya ya, eh Mak! Ini Pak bosnya udah nge-Wa, udah dulu ya, Mak. Tut ... tut ... tut ... "

"Nganggu aja nih, Emak. Kan! Kelewat scene'nya! Balik lagi balik lagi."

Menonton dengan serius kali ini, takut melewatkan  adegan penting.

"Kenapa geter dah? Ni laptop kenapa lagi? Perasaan baru beli kemaren, kok bisa gerak sendiri, apa mau meledak ya?"

Tera memperhatikan laptop didepannya, tapi bukan hanya laptopnya saja yang bergetar, meja belajar dan cangkirnya juga terjatuh dari meja, untung saja cangkir itu dari plastik, jadi tidak pecah.

"Eh beneran geter! Ini kenapa!"

Getaran bertambah kencang, hal itu membuat Tera panik bukan main.

"Emak kiamat!"Beranjak dari ranjang dan berlari secepat mungkin.

"Eh Moci ketinggalan!"Kembali berlari kedalam dan mengambil sebuah boneka berbentuk kelinci  berwarna ungu itu.

"Moci gua minta maaf kalo ada salah, ini kita udah mau mati... Emak Tera kualat sama Emak ..."

"Pak! Tera belum mau nyusul, kenapa dah dateng dulu, biarin Janson beranak dulu baru boleh dateng.  Jangan ngajak-ngajak napa!"

"Bentar Ci, gua ambil ciki gua dulu dilemari tunggu bentar! Sebelum kiamat kita harus ngabisin ciki dulu! Awas aja lu kabur!  Kagak gua laundry lagi lu."

Tera mengambil tas ransel dan memasukkan semua ciki didalam tasnya, setelah selesai baru ia kembali mengambil Moci.

Ingin kembali berlari  menuju pintu keluar, tapi kali ini kakinya tergelincir oleh selimut yang ada dilantai.

"Aduh! Ini kenapa lagi selimut bisa di lantai! Bandel ya lo! Udah gua bilang diem malah selimut gua elo buang!" Memukul boneka kelinci itu.

Satu benda terjatuh didepannya, Tera terkejut karena plafon diatas sana mulai roboh.

"Kok bisa jatoh!"

"Woy, Ci! Gimana ini! elo kok diem bantu napa! Teleportasi kek!"

"Aaaa! Emak maafin Tera udah kualat sama Emak!" Pemuda itu menutup mata saat genteng yang berada diatas sana seketika roboh.

"Jangan ngebantah Emak kalo nggak mau jadi gua."

Atap kos'an itu roboh, debu berterbangan kemana-mana, orang-orang yang lewat segera memanggil bidan.

Tidak tahu untuk apa, karena yang terdekat adalah rumah bidan jadi mereka meminta bantuan bidan itu.

Dari kejauhan terdengar suara cempreng yang memekakkan telinga, "Tera! Anak bujang gua!"


Segera nantikan kelanjutannya.

Vote →Comment →Follow

ALIEN (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang