Alien-18

129 23 6
                                    

Tera melotot saat ia menimpa tubuh Lava, yang membuatnya bukan hanya itu saja, tapi bibirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tera melotot saat ia menimpa tubuh Lava, yang membuatnya bukan hanya itu saja, tapi bibirnya ...

"Bibir seksoy gua!"

Dia segera beranjak dari tubuh Lava dan menggosok bibirnya berkali-kali.
"Kenapa elo nyium gua, sat!"

Lava bangkit dari tanah, ia menatap Tera dengan bingung, "Apa itu nyium?"

"Aaarggg! Jangan pura-pura nggak tahu ya!"

Siapa yang tidak tahu cium itu apa,"Dah lah! Bad mood gua, yok Jonson! Ini semua gara-gara lo ya!" Tera menatap Lava tajam dan pergi begitu saja meninggalkan Lava yang penuh kebingungan.

"Pitu Pitu! Untung saja Pitu datang, makhluk bumi tadi adalah monster yang ganas! Dia hampir melukai Piyo! Dia itu adalah harimau berukuran kecil, mereka memanggilnya dengan sebutan kucing!" Piyo melompat-lompat dan mendarat di bahu Lava.

"Pitu! Kenapa Pitu diam saja?"Piyo menepuk-nepuk pipi Lava membuat sang empu akhirnya tersadar.

"Piyo, nyium itu apa? Kenapa Tera terlihat marah setelah dia tidak sengaja jatuh ke tubuhku."

"Nyium? Hmmm, itu ... menurut analisis itu adalah sebuah sentuhan yang bisa dilakukan dimana saja seperti wajah, manusia melakukan itu  sebagai bentuk kasih sayang dan saling menyukai, hanya itu Pitu!"

"Ternyata begitu, pantas saja Tera marah, Tera tidak menyukai ku sejak aku datang Piyo. Bagaimana ini Piyo? Apa yang aku lakukan agar Tera tidak marah kepadaku?"

Tampaknya raut wajah Tera tadi begitu menakutkan.

"Hmm," Piyo meletakkan tentakelnya dan seolah berpikir."Cium saja dia Pitu! Pasti dia tidak marah, kan Pitu tidak berniat jahat!"Saranya.

"Apakah itu akan berhasil? Apakah Tera tidak akan marah lagi?"

"Tentu saja! Dari data yang ada, jika Pitu menciumnya lagi pasti dia akan tersenyum! Lihat ini!"
Piyo menunjukkan beberapa gambar manusia yang sedang mencium kening, pipi dan bibir.

Tapi kenapa saat Lava melihat gambar itu dia merasa pipinya agak panas.
"Apa tidak ada cara lain?"

"Tidak ada Pitu! Jika begitu biarkan saja dia marah, masalah langsung selesai! Pitu, Piyo sangat butuh energi! Sangat lemas sekali." Piyo melompat ke telapak tangan Lava.

"Baiklah, tadi aku melihat ada makanan yang di antar Emak ke tempat Tera. Pasti masih ada."

Piyo menjadi bersemangat mendengar itu. "Kalau begitu, ayo cepat kita kembali! Piyo ingin mengisi energi yang banyak!"

Lava mengangguk, ia segera berjalan ke arah kos'an Tera.

Di rumah Epa, Tera yang baru tiba langsung melempar Jonson begitu saja ke sofa, "Mak Tera mau tidur sini aja!" Tera segera masuk ke kamar paling ujung dan membanting pintu dengan keras.

"Jonson! Anak emak! Kemana aje lu mpus! Di cariin juga, besok-besok kagak gua kasih elu keluyuran. Laper ya nak? Sini sini, kita makan dulu ya mpus."

Epa memberikan Jonson makanan kucing tanpa memperdulikan Tera yang sudah berada di kamarnya itu.

Jonson lebih penting karena dia telah hilang seharian.

Di kamar Tera, ia memukul-mukul bantal dan membenamkan wajahnya ke bantal itu.

"Si Lava emang rese! Malu anjir! Malah itu first kiss gua lagi! Kan first kiss gua buat Lisa Blackpink! Malah di ambil sama tu anak! Awas aja kalo ketemu dia lagi! Gua bejek-bejek tu muka! Ihhh kesel njir!"

"Pokoknya besok gua harus mukul tu muka watados! Malah planga-plongo kagak jelas, emang ada orang yang kagak tahu cium itu apa? Di kira gua anak kecil apa!"

"Ngantuk gua! Tidur ajalah,"

Tera tidak lagi mempunyai mood yang bagus untuk maraton Drakor. Lagi pula laptopnya juga ada di kos'an. Lebih baik dia tidur saja.

Berbeda pula dengan Varel dan Rendy yang tiba-tiba saja berhenti lebih tepatnya motor Rendy yang mogok dan mereka juga jauh dari kos'an Tera.

"Aku mau kembali." Varel ingin pergi tapi tangganya di tahan oleh Rendy.

"Jauh njir! Kita ada di komplek sebelah, ini juga udah malem, mak'nya Tera juga udah bilang kalo Jonson udah ketemu. Kita nginep di kos'an gua aja. Nggak jauh kok."

"Tidak, aku ingin bersama Tera."
Apa-apaan Rendy ini, dia bukan laki-laki penakut dia juga sudah hapal jalan ke kos'an Tera.

"Rel, yang bener aja? Kos'an Tera jauh! Kos'an gua itu didepan elu. Tinggal masuk aja napa sih? Kagak gua apa-apain juga, aneh lo!" Rendy lagi dan lagi ingin membawa Varel masuk tapi sang empu kembali menolak.

"Aku akan kembali ke ..."

Ucapan Varel terhenti saat hujan tiba-tiba saja turun.

"Masuk Rel! Kalo elo mau ke kos'an Tera ya udah pergi sana. Gua mau tidur di sini aja, hujan njir nggak mau kena demam." Rendy tak peduli lagi, lebih baik dia masuk saja.

Ia segera mengeluarkan kunci dan memilih kunci kos'an ini.

Varel berdecak, kenapa bisa hujan seperti ini. Ia segera menepi di samping kos'an itu.

"Masuk! Hujannya tambah deres, gua nggak mau tanggung jawab ya kalo tiba-tiba aja ada yang nemuin elo mati kedinginan di luar.

Rendy masuk lebih dulu, meninggalkan Varel yang masih di luar.

"Ck! Kenapa harus hujan! Bagaimana dengan Tera!"

Memikirkan Tera bersama Lava saja membuat Varel panas dingin, dengan terpaksa ia masuk kedalam kos'an itu karena angin juga bertambah kencang, ia bahkan sudah sedikit
basah karena terkena hujan.

Memikirkan Tera bersama Lava saja membuat Varel panas dingin, dengan terpaksa ia masuk kedalam kos'an itu karena angin juga bertambah kencang, ia bahkan sudah sedikitbasah karena terkena hujan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ALIEN (BL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang