Varel tak bisa berkata-kata melihat apa yang berada di depannya ini, ia mundur perlahan dan memegang kaki Tera yang terbaring di lantai. Ia harus pergi, Lava adalah makhluk berbahaya!
"Jangan pergi!"Lava kembali merubah wujudnya seperti manusia, "Aku tidak akan melakukan apapun pada kalian, aku hanya ingin meminta tolong saja,"
"Ka-u ini apa? Kau ini makhluk apa sebenarnya! Apa yang kau mau! Apa kau mengikuti Tera selama ini ingin melukainya!"Varel membawa Tera dalam dekapannya.
"Tidak, aku tidak ingin menyakiti Tera, aku benar-benar tidak sengaja datang ke bumi ini. Tolong, jangan takut padaku. Aku hanya ingin meminta bantuan kalian untuk mencari keberadaan Piyo saja."Lava menatap Varel dengan penuh harap,"Aku akan kembali ke tempat asalku. Setelah aku mendapatkan Piyo dan kendaraan ku lagi, aku tidak akan muncul di depan kalian lagi."
Varel meneguk ludahnya dengan kasar, ia sungguh syok karena melihat Lava yang bisa berubah seperti itu.
"Kau mau apa!" Varel terkejut saat melihat Lava mendekati kakinya."Tenang, aku hanya ingin menyembuhkanmu saja,"Lava memegang kaki Varel agar dia tidak bergerak. Ia kembali memejamkan mata, cahaya berwarna ungu kembali keluar dari tangannya, seketika cahaya itu menerangi kaki Varel."Sudah, kau sudah sembuh." Lava terduduk, tubuhnya kembali lemah saat ini,"Aku benar-benar tidak ingin menyakiti kalian."
Varel merasakan kakinya, kali ini ia tidak merasakan apapun lagi, bahkan rasa sakit kakinya yang keseleo sudah tidak ada."Bagaimana bisa?"
Kakinya bahkan tidak tampak pernah keseleo saat ini, "Bagaimana bisa kau melakukan itu?""Itu adalah energiku, aku bisa mengembalikan apapun itu yang sudah rusak menjadi seperti semula."
Benar-benar gila, mungkin jika Varel menceritakan hal ini pada orang-orang ia pasti di tertawakan. Sungguh sangat ajaib.
"Ku mohon bantu aku, aku mendengar jika tidak jauh dari tempat itu adalah perusahan tanah milikmu,"jelas sekali bahwa Rendy mengatakan itu tadi.
Varel tak tahu harus melakukan apa, yang jelas ia benar-benar terguncang saat ini, ia tidak bisa bereaksi apapun.
"Aduh ... pusing bener dah pala gua,"Tera memijat kepalanya yang pening,"Lah kok gua ada di lantai gini! Njir! Jangan-jangan mimpi tadi buat gua jalan-jalan sendiri! Serem bener!" Tera bertambah terkejut saat melihat semua orang berada di lantai saat ini,"Lah kalian kenapa ada di sini juga!"
"Aduh, Ra. Gua mimpi Lava jadi mahluk serem, gua sampe pusing gini,"Rendy juga baru sadar seketika memijat kepalanya yang pening.
"Oren mimpi'in Lava juga? Kok sama?"
"Hah?! Beneran! Kok bisa pas gitu,"Rendy menggarukkan kepalanya yang tidak gatal.
"Tera, itu bukan mimpi, ini nyata. Kau tadi pingsan bersama dia setelah melihat wujud asli Lava,"jelas Varel.
"L-o nggak bohong'kan, Rel?"Tera memeluk lengan Varel. Ia menatap Lava dengan takut,"E-lo makhluk apa! Jawab! Hantu apa lo! Kenapa badan lo warna ungu! Hantu duda lo?!"
Rendy juga memeluk lengan Varel yang sebelahnya, ia menatap takut pada Lava.
"Lepas!"Varel merontakan tangannya, jika Tera yang memeluknya maka tidak apa-apa.
"Yaelah bagi dikit napa, gua lagi takut ini!"Rendy tetap memeluk lengan Varel.
"To-long, bisakah kalian memberikan aku Pete? Aku benar-benar butuh energi saat ini,"
"Pete? Untuk apa njir?!"
"Ra, ambil aja di warung Emak lu! Kesian dia jatuh gitu!"Walaupun takut, Rendy tak tega melihat Lava yang telah terbaring di lantai.
"Tapi, Oren ..."
"Cepet, Ra! Nanti kita tanya lagi, gua nggak mau dia mati!"
"Oke, tunggu bentar!" Tera berlari secepat kilat meninggalkan mereka.
"Lava, tahan bentar. Tera pasti bakalan datang. Elo nggak perlu khawatir." Dengan takut-takut, Rendy membantu Lava untuk kembali berbaring di atas kasur.
"Terima kasih,"
Rendy mengangguk saja, ia kembali memeluk lengan Varel.
"Gua dateng! Nah ini Pete nya! Cepet makan! Elo bilang mah makan ini kan?"Tera kembali dengan nafas yang tercekat, ia berlari dengan begitu cepatnya saat ini.
"Terima kasih ..." Lava menyantap Pete yang sudah di masak dengan sambel teri itu begitu lahapnya.
Mereka hanya bisa meringis, Lava makan Pete itu seperti memakan nasi, apakah dia tidak merasa ada yang aneh saat memakan terlalu banyak Pete itu.
"Elo mau nasi nggak, Lava?" tanya Tera untuk memastikan.
"Tidak perlu, aku butuh ini saja." Lava sedikit merasa rileks tubuhnya kembali terisi energi seperti ini.
Lava menyelesaikan makannya, setelah itu ia menatap ketiga orang yang berbaris rapi di sana, "Jadi, apa kalian mau membantuku?"
Baik, Tera, Rendy dan Varel saling memandang satu sama lain. Apa mereka harus membantu Lava. Tapi mereka tidak tahu pasti apakah Lava ini benar-benar baik atau tidak.
Jika Lava orang jahat mereka pasti akan mati akhirnya.
"Tolong, hanya kakaknya yang bisa membantuku,"Lava memelas, tidak ada manusia yang ia kenal selain mereka, dan yang paling terpenting adalah mereka adalah orang yang baik.
Tidak seperti orang-orang jahat yang membawa Piyo pergi dan mengambil kendaraannya.
"Gua akan bantu, tapi elo bisa pastiin kan kalo elo itu nggak jahat? Elo itu bener-bener baik'kan? Elo nggak akan bunuh kita kan?"Tera memastikan.
"Iya, aku tidak akan melakukan itu!"
Vote →Comment →Follow

KAMU SEDANG MEMBACA
ALIEN (BL)
HumorTera Parama. -Siswa SMK yang lagi magang. -Suka Drakor. -Anak kesayangan Emak. -Nggak suka Lava. Phi Lava -Alien nyasar ke Bumi. -Melindungi harta berharga. -Tidak terlalu mengerti dunia manusia. -Suka Tera. Semesta itu rahasia, kehidupan didalamny...