Empat pemuda yang tengah kebingungan itu tengah duduk di sofa sekarang, memikirkan bagaimana cara untuk mengetahui dimana tempat orang-orang yang menangkap Piyo itu.
"Pusing, njir. Elo nggak ada petunjuk kah? Nggak ada kekuatan lain? Maksud gua buat nemuin si Piyo Piyo yang elo omongin itu!" Tera menatap Lava dengan sungguh-sungguh.
"Tidak, Tera. Jika itu Piyo. Mungkin dia bisa, karena dia bisa mencari informasi. Tapi yang pasti mereka menggunakan jaring-jaring listrik dan banyak senjata di tangan mereka.
"Gua jadi takut, njir. Kalo gitu ini bukan masalah sepele, bisa di bilang mereka kelompok bahaya banget. Pake senjata. Kalo kita nggak waspada bisa-bisa kita yang mati, elo tahu kan, Lava? Kita nggak punya kekuatan kayak elo, kalo kena tembak langsung bisa end!" Rendy bergidik ngeri membayangkan hal itu terjadi padanya.
"Ta-pi aku akan menyembuhkan kalian ..."
"Ya kalo kita bisa sama-sama terus, kalo dia udah tahu kalo elo itu alien, bisa-bisa kita di pisahin, apalagi temen elo di jaring pake listrik gitu."
"Udahlah, kita kan udah janji bantuin Lava, sekarang kita harus nyiapin diri! Yang pertama kita harus bawa senjata buat jaga-jaga,"ucapan Tera itu membuat Rendy mengernyit.
"Bawa senjata? Elo pikir kita di novel-novel bisa bawa senjata gitu aja? Nggak bisa Tera, harus ada ijin dulu kalo bawa senjata gitu, belinya harus pake surat-surat dan di tanya untuk apa, nggak sembarangan bisa beli. Gua bisa saja belinya tapi kita nggak bisa asal-asalan, elo juga tahu'kan kalo kita nggak bisa nembak? Nanti bukannya nembak mereka malah nembak kita sendiri, dan yang paling penting! Kita nggak bisa bunuh orang!"sela Rendy.
Tera mengusap wajahnya, "Bener juga, kalo kek gitu gimana dong? Nggak mungkin kita nggak bawa apa-apa! Golok kek, apaandah yang bisa jadi tameng, biar kita bisa ngelawan mereka nanti!"
"Gaya lu selangit, Ra! Ngelawan mereka, baru ngeliat mereka aja pasti elu udah kabur duluan!"Decih Rendy.
Tera hanya cengengesan saja,"Namanya orang ngasih ide, gua kan mau serius kek Drakor gitu!"
"Aku bisa menembak dan aku punya senjata."
Mereka semua menoleh ke arah Varel.
"E-lo bisa nembak? Gimana bisa elo bisa nembak?"tanya Rendy dengan penasarannya.
"Iya, njir! Punya senjata juga!"kaget Tera.
"Aku sudah mempunyai izinnya, itu ... aku memang diajarkan sedari kecil untuk bisa semua,"jawabnya.
Begitulah jika menjadi konglomerat, sedari kecil mereka dididik untuk bisa melakukan apapun. Jika anak berusia lima tahun masih bisa bermain maka Varel tidak, ia diajarkan seluruh mata pelajaran, etika, tentang perusahaan, semua olahraga bahkan bela diri, apapun itu harus diwariskan Varel karena dia adalah pewaris utama.
"Hedeh, hidup orang kaya emang ada-ada aja ya, bisa gitu juga!" Tera tidak menyangka Varel bisa mengalami itu semua, "Untung kita nggak kaya dari lahir!"
"Ya nggak gitu juga konsepnya, Ra! Si Varel ngelakuin itu kan karena dia pewaris! Jadi dia harus bisa semuanya, kan orang kaya itu nggak selamanya bisa aman, pasti ada musuhnya, makanya mereka di ajarin gitu, supaya Varel kagak mudah di apa-apain sama orang! Malahan gua bingung kenapa Varel malah mau gabung sama kita, secara dia kan seharusnya sekarang bergaul sesama konglomerat lainnya." Ucap Rendy.
"Iya juga, kenapa elo mau bergaul sama gua! Terus elo juga sekolah di sekolah negeri, kan bisa sekolah di internasional school!"Tera menatap Varel dengan penuh selidik.
Varel diam, tapi ia menatap Tera dengan senyum tipis"Karena aku menyukaimu, Tera."Kapan dia akan bisa mengatakan itu pada Tera, apakah Tera juga sama seperti dirinya yang belok ini."Itu karena aku bosan menjadi orang kaya."
"Enak bener hidup lu, jadi orang kaya pun bosen!" Tera tercengang mendengar itu, sungguh sangat iri pada Varel.
Rendy menghentikan pembicaraan itu,"Udah udah! Sekarang kita ke topik utama, kita udah punya Varel untuk jaga-jaga, nanti kita ke tempat terakhir Lava kepisah sama Piyo, tapi ada satu lagi yang kurang!"
"Apa, Oren?"Tera bertanya.
"Gimana cara kita buat nemuin Piyo itu, kita juga nggak pernah lihat bentuknya apa, kita juga nggak bisa lacak si Piyo! Kita kan ke sana cuma mau ngambil Piyo. Kalo udah bisa ngambil Piyo, kita langsung pergi, kita nggak boleh terlibat lagi atau dikenalin sama mereka, bisa-bisa kita nggak liat matahari besok."
Mereka semua berpikir sebentar.
"Jonson, makhluk berbulu itu pernah mengejar Piyo, pasti jika kita bawa dia, dia akan tahu dimana Piyo!"ucap Lava yang membuat mereka menatap datar,"Kenapa?"
"Si Jonson kucing ya! Bukan anjing, nggak mungkin dia bisa cium bau Piyo dari jauh!"ujar Tera.
"Coba ajalah, Ra. Mana tahu bisa, Jonson kan kucing beda dari pada yang lain, dia aja bisa ngejar Piyo, berarti dia bisa nemuin Piyo juga!"Tebak Rendy.
"Boleh juga, tapi siapa yang bakal minjem Jonson sama, Emak? Kalian tahu kan kalo Emak sayang banget sama tu kucing!" Tera memandang mereka tapi tatapannya kembali datar saat melihat semua telunjuk mereka menunjuk ke arahnya."Kok gua njir! Kalo gua kena geplak sama Emak gimana!"
Vote →Comment→ Follow

KAMU SEDANG MEMBACA
ALIEN (BL)
HumorTera Parama. -Siswa SMK yang lagi magang. -Suka Drakor. -Anak kesayangan Emak. -Nggak suka Lava. Phi Lava -Alien nyasar ke Bumi. -Melindungi harta berharga. -Tidak terlalu mengerti dunia manusia. -Suka Tera. Semesta itu rahasia, kehidupan didalamny...