Varel berhenti berlari saat dirinya di kepung oleh bawahan Victor sekarang. Ia waspada dan melihat sekeliling agar tidak lengah.
"Tuan muda, lebih baik menyerah saja, tuan besar hanya meminta Anda kembali kekediaman utama, kami tak ingin menyakiti Anda."
Decihan tercetus dari bibir Varel, ia tahu betul bagaimana Victor. Tak mungkin Victor hanya memintanya kembali saja, pasti dirinya akan di kurung dan diberikan hukuman, siapa yang mau menyerahkan diri dengan hal seperti itu.
"Jika aku tidak mau?"
"Jika Anda tidak mau menggunakan cara baik-baik maka kami terpaksa menggunakan cara kasar! Kalian cepat tangkap tuan muda!"
Varel segera menendang para bawahan Victor itu dengan cepat, ia menyerang titik vital mereka agar mereka jatuh, bukan apa-apa. Jika hanya melawan satu atau lima orang mungkin Varel bisa membuat mereka terkapar di aspal. Tapi jika sudah puluhan orang seperti ini ia juga tidak akan bertahan lama.
Varel mengeluarkan senjatanya, tapi jika senjatanya ini di gunakan maka pasti Tera akan berada dalam bahaya, secara bunyi dari senjata ini sangat keras. Mungkin para bawahan Victor akan mengetahui Tera jika berada di dalam sana.
Lama termenung Varel tak siap saat punggungnya di tendang oleh salah satu bodyguard Victor itu, ia terhuyung ke depan tapi seketika menendang orang yang menendangnya itu.
"Aku harus pergi dari sini!" Ia tidak bisa terus saja berada di sini, jika itu terjadi bukan hanya dirinya yang tertangkap, bahkan Tera juga akan terseret jadinya.
Varel kembali berlari ke arah lain semampu yang dia bisa, ia segera berbelok agar menipu para bawahan Victor itu.
Baru saja ingin kembali berlari Varel dikejutkan dengan tangannya yang tiba-tiba saja di tarik ke semak-semak hingga ia terjatuh.
"Cepat cari tuan muda!"
"Jangan sampai dia bisa bebas lagi!"
Para bawahan Victor itu segera berlari lurus dan ada juga yang berpencar.
"Kau!"
"Sssstt!"Rendy membekap mulut Varel dengan tangannya,"Diem! Mereka masih ada di sana, jangan keras-keras ngomongnya, elo mau kita ketangkep!"
Tentu saja tidak mau, tapi posisi Rendy ini membuat dirinya murka, kenapa Rendy berada di atas tubuhnya sekarang.
"Menjauhlah dariku! Kau tidak ..." Mata Varel membulat saat bibirnya di cium oleh Rendy, ia ingin meronta tapi tangannya di tahan di atas kepalanya.
"Aku mendengar suara tuan muda!"
"Aku juga, kalian mendengarnya juga bukan?"
"Iya apa dia berada di sini?"
Salah satu bodyguard Victor ingin melihat semak-semak yang bergerak itu, ia mendekat dan ingin menyibak semak-semak itu.
"Di sana! Sepertinya tuan muda berlari di ke sana!"
Mereka yang mendengar itu seketika bergegas menuju arah tujuan tempat di mana para bawahan lainnya melihat Varel.
Rendy menghela nafas lega, ia sungguh takut sekali jika sampai ketahuan."Aduh!" Ia melepaskan ciuman dari Varel saat Varel mengigit bibirnya."Kenapa elu gigit bibir seksi gua sih!"
Varel mendorong Rendy, ia menampar pipi Rendy dengan geramnya. Berani sekali Rendy malah menciumnya seperti ini, bibir ini memang Varel jaga agar bisa mencium Tera, tapi kenapa malah Rendy yang malah mengambil ciuman pertamanya.
"Elo gila ya, Rel?! Kenapa elu nampar gua!" Rendy mengusap pipinya, sungguh sangat sakit sekali tamparan yang diberikan oleh Varel ini.
"Kenapa kau mengambil ciuman pertamaku!"Varel menarik kerah pakaian Rendy.
"Hah?! Gua ..."Rendy terdiam sebentar, ciuman pertama. Astaga! Dia tadi panik saat mereka datang, apalagi saat Varel malah bersuara, jadi ia seketika langsung menutup mulut Varel dengan mulutnya.
"Rel gua nggak sengaja, lagian kenapa elo ribut sih? Kalo kita ketahuan gimana?! Tapi ngomong-ngomong itu tadi ciuman pertama elo?"
"Kau!"
"Eh eh eh ... enggak maaf! Maafin gua!"Rendy panik saat Varel menodongnya dengan senjata api, jika Varel menarik pelatuknya sudah pasti ia akan segera tiada di tempat."Maaf ya, Rel. Gua bener-bener enggak sengaja, jangan gitu dong ... please ... nanti Tera kagak ada lagi Oren yang paling ganteng ini, jangan marah ya, gua minta maaf, suer dah gua bener-bener reflek, janji nggak akan gua ulangin lagi!"
Varel menyimpan senjatanya lagi, dia meludah beberapa kali. Sungguh sangat geram dengan orang yang bernama Rendy ini, jika dia bukan keluarga dari Tera sudah dipastikan ia akan menghabisi Rendy.
Berani sekali mengambil ciuman pertamanya, jelas-jelas dia sangat sengaja.
Rendy mendengus, "Apa sejijik itu kah bibir gua sampe lu ngeludahin gitu? Gua kan nggak sengaja, Rel." Tapi jika dipikir-pikir."Bibir Varel empuk juga ya, manis lagi, ada rasa mint'nya gitu ..."Rendy menggelengkan kepalanya."Mikir apasih lu Rendy! Jadi mesum gini, kagak boleh! Ingat si Varel cowok dan elo juga cowok, kagak mungkin mesum sama cowok!"
Mungkin ia tidak waras, secara memikirkan hal yang tidak-tidak pada Varel.
Varel tak mau lagi melihat wajah Rendy, sekarang yang ia inginkan adalah Tera agar ia bisa menenangkan diri.
"Rel! Mau kemana?! Jangan tinggalin gua!" Rendy mengikuti Varel yang juga ingin pergi, Varel bisa melakukan bela diri dan menembak, tak mungkin ia ditinggal dalam tak membawa perlindungan apapun."Bisa bisa gua jadi ayam geprek kalo ketemu sama mereka! Padahal gua udah minta maaf tapi kenapa Varel malah marah?"
Vote →Comment →Follow
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIEN (BL)
HumorTera Parama. -Siswa SMK yang lagi magang. -Suka Drakor. -Anak kesayangan Emak. -Nggak suka Lava. Phi Lava -Alien nyasar ke Bumi. -Melindungi harta berharga. -Tidak terlalu mengerti dunia manusia. -Suka Tera. Semesta itu rahasia, kehidupan didalamny...