Wajah Varel masih berada di depan Tera, malahan sangat dekat dan itu membuat Tera risih, ia mendorong wajah Varel dari hadapannya.
"Apa-apaan sih lo, jangan deket-deket nanti kecium bau jigong lo."
Varel hanya berdehem saja, ia sedikit menjauh dari Tera."Jasi siapa yang kau sebutkan tadi? Siapa dia, apa itu saudaramu?"
"Ya kagak lah! Nggak mau gua saudaraan sama tu Lava! Dia itu aneh banget anjir, udah lah pertama kali masuk kos'an gua dia malingin Pete, sekarang malah tinggal sama gua gara-gara Emak yang nyuruh! Gedeg banget gua, udah tahu gua mau tinggal sendiri tapi malah si suruh tinggal berdua sama gua, udah itu yang paling buat gua males, Emak malah lebih sayang ke dia dari pada gua, kek anak tiri yang ditirikan tahu nggak, elo tahu kan kalo gua udah jadi anak karena ada Jonson! Ini malah nambah lagi!"
Varel terdiam sesaat, apa yang dimaksud Tera ini maling yang dia bicarakan waktu itu,"Maksudmu itu maling bugil itu?"
"Nah tu lo tahu! Dia yang waktu itu maling bugil yang gua ceritain, gua rasa dia agak gila, ngomongnya juga aneh njir! Gua Udha nyuruh Emak buat anter dia ke rumah sakit jiwa tapi Emak kagak mau, gitu-gitu dia udah buat warteg Emak gua laris manis."
Tera membuka pintu mobil,"Kalo gitu gua balik dulu. Makasih traktirannya ya, jangan bosen-bosen ya, Rel."
Tera menutup pintu mobil tapi tak di sangka jika Varel juga keluar dari mobil.
"Tunggu, aku ingin melihat dia, orang yang kau sebutkan tadi. Jika perlu kita bicarakan saja dengan Emak supaya kau tidak tinggal bersamanya."Varel tak suka mendengar itu, kenapa Lava harus tinggal bersama Tera, kos'an ini banyak bukan? Jika perlu dia akan membayarnya agar Lava tak tinggal satu atap dengan Tera.
"Ngomong aja sendiri, gua udah bujuk Emak tapi tetep aja kagak bisa, Emak bilang Lava harus tinggal sama gua karena dia nggak bisa tinggal sama Mak gua, elo tahu kan kalo Emak gua cewek, janda hot lagi! Bisa-bisa nanti warga pada datengin rumah Mak gua karena tahu nyimpen brondong."Tera masuk ke kos'an diikuti oleh Varel dibelakangnya.
"Tapi, kos'an ini banyak, tidak hanya satu, kenapa harus di sini? Kenapa tidak di tempat lain saja?"
"Ya mana gua tahu! Lo tanya Emak sana! Lagian kenapa elo ikut masuk sih! Gua mau mandi ini, udah sore juga, balik sono."Tera mengibaskan tangannya pada Varel.
"Tidak, aku akan tinggal di sini. Panggil om mu, aku akan membayar tempat tinggal dia."
Tera hanya memutar matanya malas, kenapa Varel ini dari tadi saja kekeh ingin Lava tidak tinggal bersamanya, tapi jika dipikir-pikir ide Varel bagus juga, itu berarti jika menyewa kos'an yang lain maka Lava tidak akan tinggal bersamanya.
"Ngapain elu nyari gua? Kangen ya?"
Tera dan Varel menoleh saat mendengar suara, ternyata itu Rendy dan Lava.
"Loh, Oren sama Lava kenapa bisa bareng? Bukannya Lava tadi sama Emak?"Tanya Tera sambil merapikan barang belanjaannya.
"Tahu nih! Lava kek anak hilang, planga-plongo kagak jelas, gua nemu dia di jalan. Nggak tahu dia nyari apaan. Jauh bener dari rumah Emak lu."Rendy duduk di sofa sambil membuka toples dan memakan makanan di dalam toples itu.
"Oren! Jangan makan ciki gua! Itu untuk nanti gua maraton!"Tera mengambil lagi toples yang di pegang Rendy dan menutupnya.
"Pelit banget, nanti gua nggak kasih duit jajan lagi baru tahu rasa!"Sinis Rendy yang membuat Tera langsung mengembalikan toples itu ke pada sang empu.
"Ambil aja,"Tera hanya cengengesan, jangan sampai Rendy melakukan itu secara Rendy adalah salah satu donaturnya.
"Nah gitu dong, ini si Varel kenapa nyariin gua? Ada perlu kah?"Rendy kembali memakan ciki itu.
"Ada, aku akan menyewa kos'an mu dan biarkan dia tinggal di sana."Varel menunjuk Lava, dia semakin tidak suka melihat Lava yang dia akui sedikit tampan itu, tapi lebih tampan dirinya. Itu sudah jelas.
Lava menatap Varel dengan kebingungan, kenapa harus seperti itu, secara Emak Epa sudah mengatakan jika dia akan tinggal bersama Tera.
"Kenapa gitu? Dia emang di suruh tinggal sini sama kakak gua supaya Tera asa temennya, jadi kagak usah nyewa atau tinggal di tempat lain, di sini aja."Jawab Rendy.
"Tapi Tera ingin tinggal sendiri, kita juga tidak tahu apakah dia jahat atau tidak, bagaimana jika dia malah ..."
"Malah apa? Aneh ya lu Varel, apa salahnya coba kalo Lava tinggal di sini. Emang masalah buat elo?"Tanya Rendy sambil menaikkan alisnya.
Varel hanya bisa terdiam dan menatap Rendy dengan lekatnya, tak mungkin dia berikan alasan yang tidak masuk akal.
"Udahlah, gua puyeng ini. Mendingan jalan pulang, gua mau mandi dulu."Tera membawa barang-barangnya ke kamar.
"Tidak, aku tidak akan membiarkan mu tinggal bersama dia, dia terlihat tidak baik."Sela Varel melihat Lava dari atas hingga ke bawah, Lava ini sebenarnya datang dari mana."Aku akan menginap di sini juga kalau begitu."
"Ha?! Gila ya lo! Udah tahu ini kos'an sempit! Dua orang aja udah sesek banget, nggak ada pulang sono!"Tera mendorong Varel keluar tapi Varel masih saja tidak mau berpindah dari tempat berdirinya.
"Tidak, aku akan di sini saja sampai aku tahu jika dia benar-benar bukan orang jahat."Tolak Varel.
"Kalo gitu gua nginep juga, Udha lama kagak tidur sama ponakan gua."Ucap Rendy tiba-tiba yang membuat Tera bertambah pusing.
"Kenapa malah mau nginep di sini semua!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIEN (BL)
HumorTera Parama. -Siswa SMK yang lagi magang. -Suka Drakor. -Anak kesayangan Emak. -Nggak suka Lava. Phi Lava -Alien nyasar ke Bumi. -Melindungi harta berharga. -Tidak terlalu mengerti dunia manusia. -Suka Tera. Semesta itu rahasia, kehidupan didalamny...