Tera mengendap-endap masuk ke tanah perusahaan milik Varel itu, karena Varel sudah membuat perhatian mereka teralihkan jadi penjaga di sini tak sebanyak yang berada di depan tadi. Meskipun ada penjaganya tapi ia bisa melewati mereka dengan mudah.
Di belakangnya ada Lava yang memegang Jonson. Ia mengikuti kemanapun Tera pergi.
"Nah, sekarang dimana tempatnya?"ucap Tera dengan berbisik pelan pada Lava.
"Di sana, lihat di sana tempatnya juga di jaga." Tunjuk Lava kedepan.
Tera mengangguk, memang di sana ada yang berjaga juga, ia ingat sekarang tempat itu, pantas saja saat itu dia menemukan jejak kaki aneh, ia pikir itu adalah jejak kaki orang yang tidak normal, tapi sekarang ia tahu jejak kaki siapa itu.
Pasti jejak kaki yang ia temukan adalah milik Lava.
"Jonson, gua nggak tahu elo ngerti gua apa kagak apa yang gua omongin, tapi gua minta tolong elo cium bau Piyo, elo pernah ngejar dia kan? Pasti elo tahu baunya kayak apa, jadi tolong cari tahu dimana Piyo."
Aneh sekali rasanya harus menyuruh kucing untuk mencium bau seperti itu, jika Jonson adalah seekor anjing pasti dia bisa melakukannya.
"Miau ..."
Anehnya Jonson seakan mengerti apa yang Tera katakan, ia segera berjalan ke arah lain.
"Waduh! Gua kira Jonson kagak bisa! Tahunya dia bisa njir! Hebat juga, pantesan Emak sayang banget sama dia! Ternyata ada kelebihan'nya." Tera terkejut melihat itu,"Yok Lava, kita ikutin Jonson."Tera memegang tangan Lava dan menyeretnya untuk mengikutinya.
Mereka mengikuti kemana arah Jonson pergi. Hingga lama berjalan Jonson masuk ke sebuah tempat seperti rumah atau mungkin lebih mirip seperti sebuah gedung, tapi Tera tidak tahu tempat apa itu, pasalnya tempat itu seperti sebuah gedung yang memang khusus di buat.
"Gua kagak ngeliat ada gedung ini waktu ke sini sama Varel waktu itu, apa gua yang nggak ngeh ya?"
Mungkin seperti itu, tapi sudahlah tidak perlu dipikirkan. Kali ini ia harus sangat hati-hati masuk ke dalam sana agar tak diketahui oleh penjaga.
"Sembunyi!" Tera menarik Lava bersembunyi di sekitar kotak kayu di sana, bisa ia lihat jika para penjaga itu ingin keluar dari sini.
Tera tak percaya apa yang ia lihat,"Gila! Ini tempat apa? Kenapa banyak tulang di tarok di kaca?"
Tera bergidik ngeri melihat pajangan-pajangan yang mengerikan ini.
"Tera, lihat itu adalah Piyo!"tunjuk Lava pada Piyo yang diikat dengan rantai listrik, tampak jelas jika rantai itu masih mengeluarkan cahaya listrik di sekitarnya.
"Itu Piyo? Gurita ungu?" Bibir Tera berkedut melihat pemandangan itu, ia kira Piyo itu sejenis seperti Lava, tapi ternyata Piyo tampak lebih imut."Ternyata alien juga bentuknya kayak hewan di bumi!"
Tera melihat ada dua orang pria yang masih berada di sekitar Piyo. Ia mencoba mendekat dan mendengar apa yang di katakan oleh orang-orang itu.
Terdengar suara tawa yang menakutkan di telinga mereka.
Pria itu menatap puas pada alien yang tak berdaya yang terikat di rantai itu.
"Aku tak menyangka jika alien benar-benar nyata, jika seperti ini maka aku bisa melakukan eksperimen." Victor tersenyum lebar, ia pasti akan bisa membuat makhluknya sendiri dan mengembang biakkan alien ini, dengan begitu ia pasti akan menjadi profesor yang bisa menguasai dunia ini.
Piyo menatap Victor sayu, ia tidak bicara dan hanya menjerit saja jika terkena sengatan listrik, jika dia bersuara maka bisa dipastikan jika manusia yang tidak tahu diri ini akan kembali melakukan hal yang tidak-tidak padanya."Pitu ... manusia ini sungguh jahat sekali ... mereka menginginkan Piyo sebagai hewan yang bisa mereka jadikan alat eksperimen."
Berbeda dengan Tera, manusia yang satu ini seperti iblis jahat. Ingin memanfaatkan keadaannya. Bahkan ingin mempunyai kekuatan.
Piyo kembali berteriak saat sengatan listrik itu di nyalakan oleh Victor.
"Dia tidak menunjukkan kekuatan lain selain berteriak, hey kau! Dimana alien satunya lagi? Kau pasti tahu keberadaannya bukan?"
Victor tak bodoh, jejak kaki dan kendaraan itu seperti muat untuk dua makhluk alien ini, pasti yang satunya lebih menarik lagi karena tampak lebih besar dari pada alien berbentuk gurita ini.Tera meneguk ludahnya dengan kasar, rasanya nyalinya menjadi ciut melihat wajah pria itu."Gawat, Lava. Elo juga jadi incaran mereka, kita harus cepet bebasin Piyo, setelah itu elo harus pergi dari bumi supaya elo kagak di apa-apain sama mereka,"
Lava tahu itu, tapi bagaimana caranya. Kendaraannya juga masih di tahan oleh mereka.
Tera kembali melihat kedepan, ia harus memikirkan cara supaya bisa membebaskan Piyo."Di tangan dia ada sesuatu, keknya itu deh yang ngontrolin rantai listrik itu. Kalo gua bisa ambil berarti gua bisa bebasin Piyo. Ini juga si Oren sama si Varel kok nggak muncul-muncul, kan kalo gua ngelakuin sendiri bisa aja gagal, nanti malah gua juga yang ketangkep!"
"Prof, saya mendapatkan kabar jika tuan muda berada didepan dan para bawahan yang lain sedang mengejarnya."
Victor menaikkan alisnya,"Anak itu, kenapa dia bisa berada di sini? Apa dia ingin mengacaukan rencanaku! Sialan! Cari dia! Anak tidak berguna, bisa-bisanya kabur dan membawa seluruh asetku!" Marahnya.
Tera melebarkan matanya saat mendengar hal itu,"Mak-sudnya anak? Apa dia bokapnya Varel? Dia bilang tuan muda di kejar, cuma Varel yang tadi di kejar sama orang-orang itu!"
Tera terkejut hingga ia tak sengaja menyenggol salah satu pajangan tulang belulang di sana.
"Siapa itu!"
"Mampus! Bodoh lu Tera! Sekarang gimana?!"
Vote→ Comment→ Follow
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIEN (BL)
HumorTera Parama. -Siswa SMK yang lagi magang. -Suka Drakor. -Anak kesayangan Emak. -Nggak suka Lava. Phi Lava -Alien nyasar ke Bumi. -Melindungi harta berharga. -Tidak terlalu mengerti dunia manusia. -Suka Tera. Semesta itu rahasia, kehidupan didalamny...