Tera tengah maraton Drakor sekarang, tak ada niatan tidur karena memang dia belum mengantuk, sedari tadi Tera tidak fokus dengan Drakornya itu, pikirannya melayang pada kejadian tadi.
"Kata Emak itu mimpi! Tapi kenapa gua rasa kagak mimpi ya? Bener kok, ada tuyul warna ungu! Aneh banget tu tuyul, wajahnya serem! Baru kali ini gua liat tuyul!"
"Piring yang pada pecah itu kenapa bisa balik lagi ya? Utuh gitu, kek nggak pernah ada yang mecahin, aduh! Bingung gua .."
"Ci, elo percaya sama gua kan? Nggak mungkin mata gua salah!"Tera menatap Moci kesal.
"Udahlah duit gua di tilep sama Emak!"
Sungguh dirinya kesal, hari ini sepertinya hari yang sial, ia bahkan belum membeli apa yang ia inginkan.
Srek ... Srek ...
Tera diam, kali ini bisa dia dengar ada bunyi aneh dari luar.
"Ci, elo denger juga kan? Apa tu Ci? Apa jangan-jangan hantu! Tapi nggak mungkin ... mana ada hantu subuh-subuh!"
"Oke Tera, liat aja! Kalo itu bukan hantu berarti maling! Enak aja mau malingin kos'annya Oren! Bisa-bisa gua yang kena omel sama Emak!"
Tera beranjak dari tempat tidurnya, ia mengambil sapu di dekat pintu, pasti Epa lupa meletakkan sapu itu ke luar.
"Awas aja lu maling! Nggak akan gua kasih ampun!"Tera dengan pelan membuka pintu, ia melihat sekeliling, tidak ada orang disekitar sana.
Sepertinya suara itu berasal dari dapur. "Maling makanan ini berarti! Dia pasti mau nyuri telor balado gua! Nggak bisa dibiarin!"
Tera menyingsingkan lengan kaosnya, ia mengendap-endap pergi ke arah dapur, ia mengintip sedikit.
Mata Tera membulat melihat seseorang yang membelakanginya, tapi satu hal yang membuatnya terkejut.
"Aaaa! Ngapain lo bugil gitu!"
"Mak maling Mak! Malingnya bugil Mak!"
"Mata gua ternodai!"
Tera bisa melihat tubuh seorang laki-laki tidak memakai apapun.
"Cabul ya lo! Mak! Tolongin Tera! Ada maling cabul!"Tera berbalik ingin berlari tapi ia tidak sengaja menginjak sapu hingga sapu itu malah memukul kepalanya sendiri.
"Adoh! Siapa yang narok sini sih! Aaaa! Emak ada maling cabul!" Tera keluar dari sana dan berlari secepat kilat.
Laki-laki yang tidak memakai apapun itu tengah di landa kebingungan.
"Pitu, dia adalah jenis manusia yang aneh, menurut data, dia tidak seperti manusia pada umumnya yang bertingkah normal." Sebuah mahkluk yang mirip seperti gurita, berukuran setelapak tangan, hanya mempunyai empat tentakel saja, gurita itu berwarna ungu.
"Piyo, apa itu cabul?"
Piyo berkedip, dia melompat dan berpindah dari bahu kiri ke kanan.
"Pitu, sepertinya itu kata khusus yang digunakan makhluk bumi ini untuk menggambarkan jika Pitu berperilaku buruk."
"Aku tidak berperilaku buruk, apa aku terlihat bukan seperti manusia?"
Piyo melompat menuju meja. "Menurut analisis dan perubahan Pitu, Pitu terlihat seperti manusia, Piyo sudah mencari ciri-ciri tubuh manusia yang tampan. Pitu memiliki wajah dan tubuh yang bagus seperti manusia sekarang, jadi Pitu bisa menyamar layaknya manusia!"
Lava terlihat tidak mengerti, tapi sekarang dia butuh sesuatu yang mengembalikan energinya. "Apa ini tidak bisa?" Lava melihat piring yang berada di atas meja, ada benda bulat dan berwarna merah.
"Jangan Pitu! Itu makanan manusia! Manusia jahat sekali! Benda bulat itu adalah benda yang berasal dari hewan! Itu adalah salah satu makhluk yang hidup di bumi ini! Tapi dengan teganya makhluk bumi memakan benda itu!"
Lava tidak jadi menyentuhnya, "Bagaimana? Aku sangat lemas."
"Pitu bisa bertahan, Piyo akan mencari benda untuk mengembalikan energi Pitu!"
"Lebih baik sekarang Pitu bersembunyi! Sepertinya manusia aneh tadi akan datang kembali!"
Lava berjalan ke arah kamar Tera, dia bersembunyi di bawah kasur, tempat dirinya bersembunyi tadi.
Disisi Tera, dia tengah menggedor-gedor pintu rumah emaknya, dari tadi belum juga terbuka.
"Emak! Tolong Mak! Ada maling di kost'an!"
Pintu yang tadinya tertutup kini terbuka, Epa dengan panci di tangannya langsung memukul kepala Tera.
"Aduh!"
"Tera!! Elu ya! Jam berapa ini! Enggak liat masih subuh! Elu ngangu orang lain tahu nggak! Kalo di gebukin tetangga gimana! Mau lu bonyok! Ganggu tidur orang aja!"
Heran sekali dengan anaknya ini, matahari saja belum muncul, anaknya ini malah membuat keributan dan berteriak tidak jelas.
"Aduh!"Tera mengusap kepalanya yang berkunang, tega sekali emaknya ini.
"Ini lebih penting Mak ..."
"Penting apa! Enggak liat! Buta lu! Gua colok juga tu mata! Ini masih subuh Tera!"
"Tapi ini penting Mak! Ada maling di kost'an nya Oren! Malingnya cabul nggak pake baju! Mak kalo dia ngambil tabungan Tera gimana!"
"Apa! Yang bener lu!"
"Bener lah Mak! Kalo enggak bener nggak mungkin Tera dateng subuh-subuh gini!"
"Terus kenapa kagak elu lawan Tera! Keburu abis tu barang-barang di bawa kabur sama dia! Ni anak bodohnya kebangetan!" Epa memelintir telinga anaknya itu, gemas sekali dengan anaknya yang terlalu parah ini.
"Aduh duh ... sakit Mak ... gimana mau di hadepin kalo malingnya bugil gitu! Takut Mak, dia nggak pake apa-apa! Lepas ah Mak! Sakit ..."
"Ape lu kata! Bugil! Wah wah ni maling bukan mau maling! Tapi mau merkosa elu!"
"Emak! Sembarangan kalo ngomong! Cepetan Mak! Nanti barang-barang Tera pada di bawa!"
"Eh elu kagak tahu aja sekarang banyak yang begituan! Suka sama anak kecil! Enak aja mau lecehin anak gua!"Epa mengikat dasternya yang panjang ke pinggang, "Kudu di beri pelajaran ini!" Dengan membawa panci, Epa berlari ke kos'annya Tera.
Vote →Comment →Follow
Typo? Tandai!
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIEN (BL)
HumorTera Parama. -Siswa SMK yang lagi magang. -Suka Drakor. -Anak kesayangan Emak. -Nggak suka Lava. Phi Lava -Alien nyasar ke Bumi. -Melindungi harta berharga. -Tidak terlalu mengerti dunia manusia. -Suka Tera. Semesta itu rahasia, kehidupan didalamny...