"Balik sono!"
Tera memandang datar ke arah Varel yang dari tadi tidak mau pulang.
"Aku ingin menginap di sini, jika kau kenapa-napa bagaimana?"tolak Varel, ia takut jika maling itu akan datang kembali.
"Balik atau gua usir lo pake ini?"Tera mengangkat sapunya ke Varel."kagak kenapa-napa gua, nanti kalo malingnya dateng gua sikat! Aman itu, sono pulang, gua mau tidur!"
"Tapi ..."
"Sekali lagi gua liat lu lagi sapu di tangan gua ini melayang ke kepala lo ya!"Tera memelototi Varel,"Heran anak orang bandel amat!"
"Jika terjadi apa-apa ..."
"Ngomong lagi gua lempar ni sapu ya! Gua mau sendiri, ngantuk gua Varel ... ganteng, baek hati dan sombongnya dikit!"
Varel mengangguk, ia pergi sesekali menoleh ke belakang, setelah itu baru ia masuk ke mobil dan pergi dari sana.
"Heran bener anak orang! Betah banget di sini!"
Tera berpikir sebentar, "Tu maling keknya emang doyan sama Pete! Oke maling! Gua akan nangkep elu! Dan buktiin ke Emak kalo emang ku maling yang waktu itu! Awas aja!"Tera menutup pintu, ia akan pergi ke warteg emaknya.
"Pas ini! Pas lagi rame-rame'nya, Emak pasti nggak bakalan tahu kalo gua ngambil Pete."
Tera berjalan pelan, ia bisa melihat jika Epa tengah memberikan beberapa pelanggan kopi, ia masuk dan mengambil sepiring Pete yang akan di jual itu.
Setelahnya ia berlari dari sana, sebelum ketahuan.
"Mak ... pinjem Pete'nya, ya? Iya Tera! Nggak apa-apa, ambil aja, buat elu semuanya!"
Tera bertanya sendiri dan menjawab sendiri pertanyaan'nya.
"Kalo gini kan bisa buat umpan! Ok Tera! Elu harus buat rencana supaya tu maling ke tangkep! Gedek banget gua ama tu maling! Udah lah kena geplak sama Emak gara-gara dia! Ini malah Pete gua yang di ambil!" Tera tertawa jahat, ia yakin dengan rencana yang telah ia atur ini.
"Oke, tinggal nunggu ntar malem!"
* * *
Malam ini Tera akan pura-pura tidur, sebenarnya memang ingin berpura-pura tapi entah kenapa ia malah benar-benar tidur saat ini, dengan mulut yang ternganga dan kepala yang menjuntai ke bawah kasur.
"Pitu! Ayo, sepertinya dia sudah pulas, kita ambil makanan itu lagi!"Piyo berjalan keluar, ia bisa melihat Tera yang tidak bergerak sama sekali."Manusia ini memang aneh, kenapa kepalanya ada di bawah sedangkan kakinya ada di atas!"
Lava keluar dari bawah tempat tidur, ia sebenarnya merasakan tidak nyaman pada tubuhnya saat ini, ia merasa kedinginan karena tidak memakai apapun.
Mengikuti Piyo keluar, Lava sesekali menoleh ke belakang, ia melihat Tera lama setelah itu baru mereka menuju ke dapur.
"Woah! Lihat Pitu! Bahkan ini lebih banyak dari pada tadi!"Piyo melompat kesenangan, mereka bisa mengisi tenaga lebih banyak lagi.
"Piyo, apa ini tidak apa-apa, bagaimanapun ini makanan manusia, Piyo bisa melihat jika manusia tadi sangat marah karena melihat makanan'nya habis."Lava merasa gusar, ini sebenarnya bukan hak mereka.
Piyo menggerakkan tentakelnya ke kanan dan ke kiri, "Tidak Pitu! Manusia itu bisa mengambilnya lagi! Lihat mereka punya banyak! Makanan ini sudah habis tadinya tapi manusia itu dengan cepat mendapatkannya kembali, sedangkan kita tidak tahu bagaimana bisa mendapatkannya, kita membutuhkan energi yang banyak Pitu! Kita harus kembali ke planet kita dan melawan dia! Pitu juga harus memulihkan energi Pitu! Tidak apa-apa jika mereka marah, lagi pula manusia itu tidak akan tahu jika kita yang mengambil makanan mereka!"
Ada benarnya, jika seperti itu Lava tidak akan mempermasalahkannya, hanya saja ia akan memakan sedikit saja, agar manusia yang tertidur tadi tidak marah.
Tera yang berada di kamarnya mengerutkan kening kala mendengar suara berisik di pendengarnya.
"Astaga!" ia langsung terduduk, "Gua ketiduran! Pasti ni maling udah dateng! Gua kudu ambil tali nih!"Tera berjalan pelan, ia takut jika maling itu mendengar langkah kakinya, dengan pelan ia membuka lemari dan mengambil tali yang sudah ia beli tadi.
"Kalo ini, tu maling kagak akan lolos! Bisa masuk tipi nih nanti gua! Nangkep maling dengan tangan kosong! Eh kagak deh! Dengan tali juga!"
Tera berjalan keluar, ia mendekati dapur dan mengintip sedikit, matanya melotot melihat punggung bugil seperti maling waktu itu.
"Emang bener! Ni rasain ikatan tali Tera!"
"Kena lu kan! Mau kemana lu! Kagak bisa lari!"
Piyo yang melihat itu langsung kabur ke bawah meja dan bersembunyi.
Lava juga tidak bisa bergerak karena Tera mengikatnya.
"Pitu! Bagaimana ini! Bagaimana ini! Pitu tertangkap oleh manusia aneh!"Piyo memegang kepalanya pusing, ia tidak tahu harus berbuat apa.
"Sini lu ikut gua!"Tera membawa orang bugil itu dan mengikatnya ke kursi.
Sambil memejamkan matanya sedikit, Tera mengikat maling bugil itu dengan cepatnya.
"Kenapa lu selalu kagak pake baju sih! Gua kagak mau liat gajah elu ya!"
Setelah mengikat maling itu, Tera berlari ke kamar dan mengambil selimutnya, ia menutup tubuh Lava.
"Nah kan! Kena! Elu kagak bisa kemana-mana lagi sekarang!"
Lava tidak tahu harus melakukan apa, ia memandang Tera dengan mata yang memelas.
"Elu ganteng, kek bule bule gitu! Kenapa kagak jadi model aja sih? Ni jadi maling! Maling bugil lagi! Udah itu maling Pete gua lagi! Sebenernya lu itu siapa sih?"
Tera memang mengakui jika laki-laki didepannya ini memang tampan, tapi sayang, "Buat apa ganteng kalo maling sama mesum!"
Lava mencoba menoleh ke belakang, ia berharap agar Piyo bisa menolongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIEN (BL)
ComédieTera Parama. -Siswa SMK yang lagi magang. -Suka Drakor. -Anak kesayangan Emak. -Nggak suka Lava. Phi Lava -Alien nyasar ke Bumi. -Melindungi harta berharga. -Tidak terlalu mengerti dunia manusia. -Suka Tera. Semesta itu rahasia, kehidupan didalamny...