"Maafin gua ya, Rel. Gua emang bener-bener nggak sengaja. Ini semua gara-gara tu orang!" Tera menatap tajam ke arah Lava yang hanya menatap mereka bingung.
Varel hanya berdehem, ia tidak mempersalahkan itu karena sekarang Tera mengobati keningnya yang benjol memakai es. Ia senang karena bisa sedekat ini dengan Tera.
Tapi kenapa juga Tera bisa kejar-kejaran seperti itu dengan Lava. Varel melirik Lava dengan tidak suka. Apa yang Lava lakukan hingga membuat Tera semarah ini dan melemparkannya dengan kursi.
"Jangan nuntut gua ya, elo kan tahu kalo gua miskin."
Varel hanya tersenyum mendengar itu, Tera terlalu banyak berpikir.
"Tidak apa-apa, tapi ... kenapa kau bisa kejar-kejaran seperti itu?"Tera mendengus,"Nggak mungkin gua kasih tahu ke Varel kalo si bajingan Lava nyium gua dua kali! Anjing bener! Apa kata dunia kalo tahu gua di cium sama cowok? Apalagi kalo Emak sampe tahu! Bisa bisa gua dikeluarin dari KK! Sialan bener tu Lava!"
Ada apa dengan Tera dan Lava? Kenapa mereka berdua menatap satu sama lain, Varel tidak menyukai itu.
Saat ia akan berbicara, Varel mendapati ponselnya berbunyi. Ia mengambil ponselnya itu, ia berdecak saat melihat pesan itu dari ayahnya, Victor. Victor menyuruhnya untuk pulang.
"Tera, aku pamit dulu. Kau tidak perlu magang hari ini."
Tera berbinar mendengar itu, dia semakin merasa bersalah saat ini."Oke makasih, tapi kalo ada apa-apa telpon gua ya? Nanti gua bisa tolongin elo."
"Baiklah, aku pergi dulu." Rasanya tidak ingin meninggalkan kos'an Tera ini. Tapi mau bagaimana lagi, orang tua itu sudah mengamuk, sudah terbaca di pesan yang di kirimkan olehnya.
"Minta maaf lu! Diem aja dari tadi, cepet!" Tera menyenggol lengan Lava yang tidak berkutik sedari tadi."
Lava mengangguk,"Maaf, aku tidak sengaja,"sesalnya.
Varel tak menjawab, dia memutuskan untuk pergi saja dari sana.
"Nah kan! Ngambek tu pasti si Varel! Gara-gara elu sih! Kenapa elo nyium gua hah?! Elo nggak waras ya!"Tera mencekik leher Lava dengan lengannya.
"Maaf Tera, aku hanya tidak mau kau marah lagi ..."
"Nggak ada! Pokoknya elu harus terima siksaan dari gua! Rasain nih!"
Lava kembali melepaskan tangan Tera dari lehernya, ia kembali berlari dan di kejar oleh Tera.
"Jangan kabur lu! Lava anjing ya lo!"
"Tera, aku bukan anjing!"
"Jawab lagi! Emak! Tera bisa gila lama-lama kalo gini!!"
* * *
Varel tiba di kediamannya setelah mengemudi dengan pelan, kepalanya masih sedikit berdenyut, tapi mengigat Tera yang perhatian padanya itu sedikit menyenangkan.
Varel berhenti di depan pintu saat mendengar percakapan ayahnya itu.
"Bagaimana? Kenapa lama sekali kau mendapatkan informasi!"
"Maaf, prof. Maaf memberikannya lama tapi saya mendapatkan informasi penting. Ini tentang meteor itu, ternyata meteor itu di dalamnya adalah sebuah kendaraan."
"Apa?"
Varel mengerutkan keningnya, apa yang dibicarakan oleh ayah dan sekretaris pribadi ayahnya itu. Dia tahu betul jika ini suara Victor dan Eric.
"Varel!"
Varel terkesiap, ia terkejut saat Victor memanggilnya. Ia segera masuk perlahan dan menuju ke arah ayahnya itu.
Plakk!!
Kepala Varel tertoleh dan ia merasakan pedih di pipinya, bahkan tubuhnya langsung oleng karena tamparan Victor begitu kerasnya.
"Kemana kau hingga tak pulang seharian! Kau pikir kau bisa bebas begitu saja! Sudah aku berikan yang kau mau untuk bersekolah di sekolah negeri! Tapi kau malah bersikap semakin menjadi-jadi! Bahkan tidak pulang ke rumah!"
Varel memegang kepalanya, ia berusaha bangkit dan menatap Victor tajam."Terserahku!"
Victor terkekeh pelan, "Jadi kau mulai melawanku?" Ia mencekik leher Varel dengan geramnya."Jangan kira aku masih bisa berbaik hati, Varel. Apa ini yang kau dapatkan atau ini ada hubungannya dengan orang yang kau sukai itu? Gay itu!"
Varel langsung mendorong Victor, ia mengambil nafas sebanyak-banyaknya."Kau tidak perlu ikut campur urusan ku!"
"Kenapa aku tidak perlu ikut campur! Aku ayahmu! Kau harus mengikuti apa yang aku mau! Tinggalkan dunia pelangi mu itu dan menikah dengan perempuan! Kau ini memang tidak waras! Kurang apa lagi hingga kau menjadi gay seperti ini! Banyak wanita yang rela membuka kakinya untukmu tapi kau malah menjadi gay! Bodoh! Mau di letakkan di mana wajahku jika semua orang tahu!"
Varel menatap Victor dengan mata yang memerah."Kau tidak pernah tahu, dan jangan perdulikan apa yang aku lakukan!" Varel berlari meninggalkan Victor begitu saja.
"Varel! Varel! Kejar dia! Kurung dia di ruang bawah tanah!"
"Baik!"
Victor menendang meja yang berada didepan dengan kesal. Apa bagusnya menjadi gay? Entah gen dari mana yang didapatkan oleh Varel hingga dia bisa menjadi gay seperti itu.
Ini bukan lagi sekedar rumor tapi ini lah kenyataannya. Varel menyukai sesama jenis!
"Menjijikan!"
* * *
Varel kembali ke kamarnya, ia mengambil semua kartu dan dompet miliknya, bisa dia dengar jika pintu kamarnya itu ingin di dobrak.
Varel sudah tidak tahan dengan tingkah Victor.
Ia akan pergi dari kediaman ini, kediaman mewah tapi seperti neraka ini, dia akan tinggal bersama Tera saja.Varel tidak mengambil barang apapun dari Victor. Ini kerja kerasnya sendiri jadi ia tak perlu takut jika harus menanggung hidupnya sendiri. Dia tidak bodoh, selama ini ia terus saja di paksa untuk mengikuti kegilaan Victor jadi ia akan mengambil apa yang ia kerjakan.
Varel membuka jendela dan melompat dari jendela, ia meringis saat mendarat karena kakinya mungkin keseleo. Kamarnya berada di lantai dua, itu cukup tinggi. Varel membawa mobilnya.
Mobil ini miliknya dan dia membelinya sendiri dengan uangnya sendiri. Jadi ia tidak akan meninggalkan mobil kesayangannya ini.
Vote →Comment →Follow

KAMU SEDANG MEMBACA
ALIEN (BL)
HumorTera Parama. -Siswa SMK yang lagi magang. -Suka Drakor. -Anak kesayangan Emak. -Nggak suka Lava. Phi Lava -Alien nyasar ke Bumi. -Melindungi harta berharga. -Tidak terlalu mengerti dunia manusia. -Suka Tera. Semesta itu rahasia, kehidupan didalamny...