Varel menatap tajam ke arah Rendy yang berada didepannya, kenapa dia bisa berada di sini, di kamar ini dan bahkan di peluk oleh orang yang tidak tahu diri ini.
Ingat betul jika semalam dia tidur di luar tapi kenapa dia berada di pelukan Rendy.
"Kau! Jawab kenapa bisa aku berada di sini?"
Rendy hanya mengusap wajahnya dengan kasar, padahal dia masih mengantuk. "Gua pikir apaan, ya mana gua tahu, Rel. Gua kan tidur. Elu kali yang ngigo terus jalan sendiri ke sini." Ia mengedikkan bahunya.
"Tidak mungkin, pasti kau yang ..."
"Apa? Gua yang gendong lu ke sini? Kagak ya! Ngeliat badan lu yang bongsor aja udah tahu seberapa beratnya elu. Udah pagi ni, kagak pergi magang lu ya? Udah lah sono, gua mau lanjut tidur."
Rendy menarik selimut dan menyelimuti seluruh tubuhnya itu.
Varel berdecak, ini tidak mungkin. Dia tidak pernah mengingau atau apapun itu, ini pasti hanya akal-akalan dia saja.
Lebih baik dia pergi saja dari pada berada di sini bersama orang yang kurang waras ini.Mendengar langkah kaki yang sudah keluar, Rendy segera membuka selimutnya. Ia menghela nafas lega,"Untung udah pergi, serem bener tu muka. Lagian bagusan tidur di kasur dadi pada di kursi kayu ntu! Kan lebih nyaman. Aneh-aneh aja di Varel! Untung kagak ngamuk tu anak, udah tahu bawa badannya berat."
Rendy hanya bisa geleng-geleng kepala, "Lanjut lagi lah, ngantuk gua!"
* * *
Tera yang sudah sampai di kos'an segera meletakkan rantangnya di meja. Dia menggulung lengan bajunya dan menuju kamar."Tu anak emang bagusnya di bogem!"
Di kamar Tera, Piyo yang baru saja sadar mendengar langkah kaki, dia segera beranjak dari tubuh Lava dan bersembunyi di bawah kasur.
"Tera sudah datang tapi Pitu belum bangun. Pasti Tera bawa makanan dari Emak!" Piyo bisa mencium bau Pete, itu membuatnya kelaparan.
Tera berkacak pinggang melihat Lava yang tertidur di sana.
Dia mengambil nafas sedalam-dalamnya lalu berteriak."Lava anak setan! Bangun nggak lo!"
Lava yang mendengar itu terkejut, dia bangkit dengan linglung.
Bukan hanya Lava saja, bahkan Piyo yang berada di kasur langsung terhantuk karena suara keras yang dilayangkan oleh Tera.
"Manusia ini kenapa mempunyai suara yang besar sekali! Pasti dia adalah manusia yang sangat kuat, dengan suaranya saja pasti akan kuat melawan Pitu Pitu yang lain!"
"Bangun juga ya lo! Sini lo gua gibeng!" Tera langsung mencekik leher Lava dengan lengannya dan memukul-mukul kepala laki-laki itu membuat sang empu meringis kesakitan.
"Elo ya! Gua belom bales yang elo lakuin ke gua semalem! Elo berani-beraninya ngambil first kiss punya Lisa Blackpink gua! Gua pites juga ni kepala!"
Piyo yang mendengar ada keributan melotot, dia segera mengintip keluar dan menutup mulut dengan tentakelnya."Kenapa manusia aneh ini malah memukul Pitu! Ini tidak bisa! Piyo harus melakukan sesuatu!"
Tera menarik-narik rambut Lava dan mengigit tangannya.
Lava kewalahan, ia menatap Tera sebentar. Malam tadi dia ingat apa yang harus di lakukan. "Tera sedang marah, aku harus menciumnya agar dia tidak marah lagi,"
Lava sudah melihat gambar yang Piyo berian, "Cium kening, pipi dan bibir."
Segera Lava memegang kepala Tera agar laki-laki itu bisa diam.
"Lo mau apa hah! Mau adu tonjok! Oke gua ladenin!" Tera sudah bersiap-siap ingin memukul pipi Lava tapi yang selanjutnya terjadi malah membuatnya terkejut bukan main.
Lava mencium kening, kedua pipinya dan terakhir pada bibirnya.
Tera tidak bisa bergerak karena syok berat. Setelah baru beberapa saat barulah dia sadar.
"Aaaa! Bajingan lo! Elo malah nyium gua lagi!" Tera mengambil bantal dan memukul-mukul Lava dengan keras.
Lava kebingungan, bukankah dia melakukan hal yang benar, kenapa Tera malah bertambah marah seperti ini, seharusnya Tera tersenyum dan bersikap baik, tapi kenapa dia malah seperti singa yang mengamuk.
"Elo mesum! Orang gila mesum! Bajingan ya lo Lava!" Tera mengambil kursi dan ingin melemparkannya ke arah Lava.
Lava yang melihat itu tentu saja tidak tinggal diam, dia segera berlari.
"Jangan kabur lu! Sini gua timpuk lo pake kursi ya! Kurang ajar lu ya? Nggak cukup sekali malah nambah! Lava!"
"Bagaimana ini! Kenapa dia bertambah marah?" Lava berlari keluar kamar, begitu juga dengan Tera yang kejar-kejaran sambil membawa kursi.
"Brengsek lo! Sini gua timpuk pake kursi!" Tera yang melihat Lava berhenti di pintu langsung melempar kursi itu ke arahnya.
Lava reflek menghindar tapi tiba-tiba saja pintu itu terbuka dan orang yang membuka itu malah terkena lemparan kursi Tera.
"Varel!"
Tera melotot, kenapa yang kena malah Varel bukannya Lava, ia segera ke arah Varel yang terjatuh, bahkan kepalanya tersangkut oleh kursi yang dilemparinya.
"Lava!! Ini semua gara-gara elo ya! Varel maafin gua, gua nggak sengaja."
Tera semakin meringis kala melihat kening Varel sudah benjol.Varel hanya bisa terdiam, dia sedikit pusing. Jadi dia tidak mau bergerak dulu, ini seperti mendapatkan kesialan dua kali, pertama dia tidur dan berada di pelukan Rendy dan sekarang dia malah terkena kursi lemparan Tera. Sungguh hari yang sial.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIEN (BL)
HumorTera Parama. -Siswa SMK yang lagi magang. -Suka Drakor. -Anak kesayangan Emak. -Nggak suka Lava. Phi Lava -Alien nyasar ke Bumi. -Melindungi harta berharga. -Tidak terlalu mengerti dunia manusia. -Suka Tera. Semesta itu rahasia, kehidupan didalamny...