"Tera! Mau di bawa kemana ntu Jonson! Main di ambil aja! Jonson belom Emak kasih makan ya Tera! Tera!"
"Pinjem bentaran doang, Mak! Nanti Tera balikin!"
Tera memeluk Jonson sambil berlari sedangkan Epa mengejar Tera menggunakan sapu yang berada di tangannya.
Epa berhenti sejenak, ia sedikit ngos-ngosan karena berlari,"Awas aja lu ya Tera! Kalo sore belom balikin nanti Emak pisahan kepala elu!"
"Iya iya! Nanti Tera balikin!" Tera masuk ke dalam mobil Varel yang terparkir di jalan raya itu."Yok, Rel! Gas sebelum Emak berubah pikiran!"
Varel tak membuang waktu, ia segera menancapkan pedal gas dan mobil pun melaju.
Tera menghela nafas, ia mengusap keringatnya yang bercucuran,"Nggak lagi lagi gua ngambil si Jonson! Bahaya banget di amuk sama Emak!"
Tera lebih berani untuk pergi bersama Lava membebaskan Piyo dibandingkan untuk mengambil Jonson lagi dari tangan emaknya.
"Nih minum,"Rendy memberikan air mineral pada Tera."Nggak apa-apa, Ra. Yang penting sekarang Jonson udah sama kita."
"Nggak apa-apa nggak apa-apa! Mata lu nggak apa-apa! Kalo sapu tadi kena mata gua gimana? Apa kagak buta ni mata! Apalagi Emak bilang mau nusuk gua pake tu sapu, ngeri banget ege!"
Rendy hanya tertawa, "Elo kan tahan banting, udah biasa di gituin sama Emak lu jadi nggak sesakit itu juga kali,"
"Congornya minta di tabok!"Dengus Tera, ia benar-benar emosi sekarang."Kenapa sih elu di sayang sama Emak, Jonson? Gua liat kagak ada spesial-spesialnya amat!"
"Miau ..." Jonson kembali tidur di pangkuan Tera seolah tidak mau mendengar Tera bicara.
"Oke, nggak usah dipikirin lagi, sekarang kita pergi ke tempat yang Lava maksud, elo masih hapal kan, Lava?"tanya Rendy.
"Hapal, tidak jauh dari sini, belok saja ke kanan nanti." Lava tidak mungkin tidak ingat, jelas betul ia tahu di mana Piyo di tangkap.
Varel mengerutkan keningnya, sepertinya ia tahu arah yang di tunjukkan oleh Lava ini.
"Loh, ini kan emang tanahnya Varel! Yang terakhir kita ngukur tanah itu kan, Rel?"tanya Tera, ia ingat sekali waktu itu saat Varel mengajaknya ke sini."Ini beneran tempatnya, Lava? Elo nggak salah kan?"
"Tidak, ini memang tempatnya." Lava tidak mungkin salah,"Lihat di sana banyak orang!"tunjuknya.
Mereka juga bisa melihat ada para penjaga di sana.
"Kok bisa, kemarin pas kita datengin kagak ada penjaga kayak gini, Rel elo tahu sesuatu?"tanya Tera lagi.
Varel menggeleng, ia tidak tahu apapun lagi setelah ia pergi dari rumah itu. Tapi tampaknya ia mengenal dari pakaian yang mereka pakai. Itu ... seperti bodyguard Victor.
Dia jadi ingat sesuatu saat ia pulang ke rumah hari itu.
"Bagaimana? Kenapa lama sekali kau mendapatkan informasi!"
"Maaf, prof. Maaf memberikannya lama tapi saya mendapatkan informasi penting. Ini tentang meteor itu, ternyata meteor itu di dalamnya adalah sebuah kendaraan."
Apa ini ada hubungannya dengan yang ayahnya bicarakan pada hari itu? Tapi ...
"Woy Varel! Dari tadi gua nanya elo malah bengong! Mikirin apa sih? Hutang nggak ada, apalagi di kejar rentenir! Kenapa muka lu kusut gitu?"
Varel menghela nafas, untung saja yang mengejutkan dirinya adalah Tera, jika itu Rendy, ia sudah akan memukul wajahnya.
"Tidak apa-apa, aku tidak tahu apa yang terjadi, bukankah aku bersama kalian.""Bener juga, gimana kita masuknya kalo ada penjaga gini?"Rendy bisa melihat jika penjaga di sana bukan hanya satu atau dua orang, mungkin jika di hitung bisa puluhan orang banyaknya.
"Rel, gimana kalo elo turun. Kan tanah ini punya elu, mungkin kalo mereka kenal elu, mereka nggak akan ngejar kita,"saran Tera.
Varel mau saja, tapi sudah jelas ia sudah kabur dari Victor dan dia sedang menjadi buronan, jika mereka melihatnya mungkin bukan menuruti perintahnya melainkan mengejarnya.
"Aku akan mengalihkan perhatian mereka, kalian masuklah selagi aku menarik perhatian mereka.""Narik perhatian? Gimana caranya? Eh Rel! Elo mau kemana?"Rendy terkejut saat Varel turun begitu saja dari mobil.
"Udahlah, Oren. Kita ikutin aja cara Varel. Pasti nanti dia bakalan nyusul kita lagi." Tera melambaikan tangannya, sekarang yang lebih penting adalah bagaimana cara masuk ke sana.
Varel berjalan ke arah pada penjaga itu,"Kalian lupa dengan ku?"
Mereka yang mendengar suara seseorang segera menoleh.
"Tuan muda Varel!"
"Itu tuan muda Varel! Kalian cepat tangkap! Tuan besar mengatakan jika harus menangkap tuan muda Varel!"
"Baik!"
Varel tersenyum, sudah dia duga mereka akan mengejarnya, ia segera berlari kearah lain.
"Loh loh loh? Kok mereka ngejar Varel? Varel ngomong apa sampe di kejar kayak gitu?"heran Rendy. Ia jadi khawatir Varel kenapa-napa.
"Udah nanti aja pikirinnya, udah bagus Varel ngalihin mereka, Ayok turun cepet! Nanti mereka dateng lagi! Kan bahaya kalo dateng lagi, kita nggak bisa masuk!" Tera lebih dulu turun diikuti oleh Lava.
Baru setelah itu Rendy turun,"Tera, elu sama Lava masuk aja. Gua takut tu anak kenapa-napa. Nanti kita nyusul elu!"setelah berucap seperti itu, Rendy segera berlari mengejar ke arah Varel berlari tadi.
"Oren Oren, udahlah kalo gitu kita aja yang masuk!" Tera menggeleng pelan, entah kenapa Rendy begitu khawatir pada Varel.
Vote →Comment→ Follow

KAMU SEDANG MEMBACA
ALIEN (BL)
HumorTera Parama. -Siswa SMK yang lagi magang. -Suka Drakor. -Anak kesayangan Emak. -Nggak suka Lava. Phi Lava -Alien nyasar ke Bumi. -Melindungi harta berharga. -Tidak terlalu mengerti dunia manusia. -Suka Tera. Semesta itu rahasia, kehidupan didalamny...