"Belom sadar juga si Lava! Ini udah semalaman tapi dia belom juga sadar, kalo Emak tahu, bisa bisa kita yang kena marah karena buat anak orang jadi pingsan gini!"Tera berkacak pinggang, ia melihat Lava yang terbaring di kasurnya dengan cemas, bukan cemas atau mengkhawatirkan Lava, tapi ia lebih cemas jika Epa melihat Lava yang belum bangun-bangun seperti ini.
Bisa saja Epa akan menjewer telinganya lagi karena tidak bisa menjaga lava dengan baik.
"Lagian kenapa ni anak bisa ada di sana sih, kan di sana jauh banget! Kalo pake motor emang nggak jauh karena nggak jauh dari tanah perusahaan milik Varel. Tapi si Lava jalan kaki!" Rendy juga tak habis pikir,"Apalagi dia di tengah jalan! Kayak kena begal aja,"
"Nggak mungkinlah dia kena begal, orang dia nggak ada luka, keknya si Lava ini tidur tapi dia ngingo, terus dia jalan sendiri sampe ke sana!" Tera mengangguk, sepertinya itu adalah hal yang masuk akal.
"Bego, mana ada ngingo sampe kejalan-jalan!"
"Ya mana tahu! Iya kan, Rel?"
Varel berdehem saja, ia menatap malas ke arah Lava yang terbaring di sana, lihatlah apa yang dia lakukan, dengan Lava tidak sadarkan diri seperti ini, Tera menjadi khawatir dengannya.
"Eh eh, Lava sadar!"
"Ambilin minum dulu, Ra."
"Iya!"Tera berlari kecil dan keluar dari kamar, ia ke dapur untuk mengambil air.
"Lava, elo udah nggak apa-apa? Kalo masih pusing kita ke rumah sakit aja,"Rendy membantu Lava untk duduk.
Lava terdiam sesaat, ia kembali mengingat apa yang terjadi, "Piyo! Piyo dalam bahaya!"
"Hah?! Apaandah? Piyo siapa?" Rendy tidak mengerti apa yang Lava katakan, siapa Piyo itu.
"Kenapa, Oren? Nih minum dulu, biar elo segeran."Tera memberikan gelas yang berisi air itu pada Lava.
"Kagak tahu gua, si Lava nyebut Piyo, siapa dah? Elo kenal sama Piyo?"tanya Rendy dengan bingungnya.
"Piyo?"Tera berpikir sebentar, sepertinya ia pernah mendengar Lava menyebutkan nama itu, tapi dimana,"Oh iya! Waktu pas Jonson hilang si Lava ada nyebut nama Piyo, gua kira dia manggil Jonson! Emang si Piyo itu siapa? Kagak pernah elo kenalin sama kita? Apa dia tikus lagi makanya si Jonson ngajar tu Piyo sampe nggak inget pulang!"
"Elo melihara tikus, Lava?! Jangan di kos'an gua ngapa! Nanti pada habis kos'an gua dibikinin sarang sama dia!"Rendy bergidik ngeri membayangkan hal itu.
"Bukan! Piyo bukan makhluk yang kalian sebutkan, dia adalah temanku. Dia datang bersamaku dari planet Piphi, tolong bantu aku selamatkan Piyo, dia dia tangkap oleh manusia jahat! Tolong Tera, bantu aku!"
"Hah?!"
Rendy dan Tera menatap satu sama lain.
"Kan kambuh lagi gilanya, Oren. Mendingan besok di bawa kerumah sakit jiwa!"
"Bener juga apa yang lu bilang, Tera. Si Lava aneh banget ..." Ternyata apa yang dikatakan oleh Tera adalah kebenaran.
"Aku tidak gila! Aku juga tidak berbohong, tolong aku! Jika Piyo tidak bisa ditemukan maka pasti manusia itu akan menyakitinya, kemarin malam aku dan Piyo pergi ke tanah yang ada baru meteor itu, salah satunya adalah kendaraanku, mereka membawa kendaraanku dan juga Piyo. Tolong aku Tera, kau adalah manusia baik. Aku tidak tahu dimana keberadaan mereka, aku juga tidak tahu kemana mereka membawa Piyo, jika kalian bisa menemukannya maka aku akan memberikan ini," Lava mengeluarkan sesuatu dari dalam pakaiannya.
"What! Berlian!"
"Ini beneran baru berlian! Elo dapet dari mana njir?! Elo buronan ya?!"
Rendy dan Tera terkejut melihat sebongkah batu berlian yang berukuran kepalan tangan, dari mana Lava bisa menyimpan itu, padahal mereka tidak melihat baru berlian itu sebelumnya.
"Berlian? Apa itu? Aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan, tapi ini adalah jantung planet Piphi, jantung ini bisa mengembalikan kehidupan seseorang, dan dia akan mekar secara terus menerus berganti kulit."
Rendy dan Tera tidak tahu apa yang dibicarakan oleh Lava, kegilaan Lava sudah mendarah daging.
"Elo keknya buronan, yok kita lapor polisi. Rel, elo telepon polisi, gua nggak mau ketangkep juga."Tera takut, pasalnya benda yang berada di telapak tangan Lava adalah batu berlian yang sangat cantik.
Varel mengangguk, apa yang dikatakan Tera ada benarnya, jika mereka menyimpan teroris maka mereka juga akan dalam bahaya.
"Tunggu! Percayalah padaku!"Lava bingung sekarang ini, bagaimana agar mereka bisa percaya jika dia bukanlah manusia. Benar juga, ia harus merubah bentuknya.
"Aku akan merubah bentuk ku, kalian pasti akan percaya,"Lava memejamkan matanya.
Saat itu juga tubuhnya bercahaya berwarna ungu, mereka terkejut melihat itu dan beringsut mundur. Apa mata mereka tak salah lihat.
Tapi detik selanjutnya, hal yang lebih mengejutkan terjadi, Lava berubah menjadi bentuk aneh dan seluruh tubuhnya berwarna ungu.
Tera ternganga tak percaya, ia pernah melihat itu, itu adalah setan yang pernah ia lihat sebelumnya.
"Se-se setan!"Tubuh Tera lemas, ia seketika jatuh pingsan.Rendy bahkan lebih dulu pingsan karena melihat itu, hanya tinggal Varel yang masih sadar, tapi kakinya lemas.
Ia terjatuh ke lantai dengan mata melebar, apa yang ia lihat sekarang. Itu wujud apa, apakah ini mimpi.
"Jangan takut, aku Lava!"
Vote→Comment →Follow
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIEN (BL)
HumorTera Parama. -Siswa SMK yang lagi magang. -Suka Drakor. -Anak kesayangan Emak. -Nggak suka Lava. Phi Lava -Alien nyasar ke Bumi. -Melindungi harta berharga. -Tidak terlalu mengerti dunia manusia. -Suka Tera. Semesta itu rahasia, kehidupan didalamny...