BAB 7

8 2 0
                                    

Setelah insiden si kecil Rizka menangis, akhirnya sekarang anak itu tenang dan anteng duduk di kursi yang khusus untuknya. Semua orang sibuk menikmati makanan mereka masing masing, tentu saja tanpa kehadiran Ardiy, karna ardiy sedang berkumpul bersama para sahabatnya.

  Suasana begitu sepi hanya terdengar suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring . Adit yang biasanya heboh kali ini lebih pendiam dari biasanya. Hingga suara motor memecahkan keheningan malam itu.

Brumm....brummm...brummm

Ardiy segera melepas helmnya dan melangkah masuk ke dalam rumah. "Selamat malam". Ardiy menyapa keluarganya yang sedang menikmati makan malam tanpa dirinya. " Malam". Semua orang menjawab sapaan Ardiy,kecuali Rizka yang sibuk dengan makanannya tanpa menghiraukan kedatangan abangnya.

  Ardiy segera mendudukkan dirinya di samping Rizka yang seolah tidak melihat keberadaannya. " Halo sayang, kamu makan apa tuh?". Ardiy mengusap rambut Rizka , namun Rizka memukul tangan ardiy, ingat ya guys dia masih ngambek perkara di tinggal tadi sore.

  Semua orang terkekeh geli melihat tingkah Rizka , bukan hal tabu lagi jika anak itu ngambek tidak mau di sentuh oleh orang yang telah membuatnya marah. " Gak usah sentuh sentuh aku". Rizka mengangkat piringnya dan segera berbalik memunggungi ardiy yang hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkahnya.

  " Hummm sepertinya ada yang lagi marah nih". Rizka sama sekali tidak menggubris ardiy yang masih berusaha membujuknya. Karna tidak di respon, ardiy akhirnya diam karna tidak ingin Rizka lebih marah lagi. " Kamu dari mana aja ar?". Ardiy menatap Reza  yang juga sedang menatapnya dengan penuh tanda tanya. " Ardiy tadi ada janji kumpul sama teman kampus pa". Ardiy menjawab sambil mencomot satu potong nugget. "Oh..". Sedangkan Reza hanya ber oh ria mendengar jawaban ardiy.

  " Huffft". Semua pasang mata memandang Adit yang baru saja menghembuskan napasnya secara kasar, sebenarnya sudah dari tadi Adit melakukan hal itu, seakan ada beban berat dalam hatinya yang membuat napasnya terasa tercekat. Ardiy memandang Andre seakan bertanya ada apa dengan Adit?,namun Andre hanya menggeleng pertanda dia tidak tau apa yang membuat Adit  begitu murung hari ini.

  Reza menepuk bahu Adit  yang terlihat menunduk sambil menyuap sesendok nasi ke dalam mulutnya. Adit mendongak ketika merasakan bahunya di tepuk oleh seseorang yang ada di sampingnya, semua orang terkejut melihat mata Adit yang penuh dengan kaca kaca yang seperti sudah siap menumpahkan air yang begitu deras.

  "Kamu kenapa sayang? Ada yang sakit?" , melihat mata merah Adit, Lita segera berdiri dan pindah duduk ke samping kursi yang di duduki oleh Adit. " Aku gak papa ma". Adit segera mengusap matanya dan mencoba tersenyum untuk menenangkan semua orang yang tampak khawatir karna dirinya. Sejujurnya dia tidak ingin terlihat lemah, namun emang ada masanya hatinya akan tiba tiba terasa sesak karna rindu akan kehadiran kedua orangtuanya.

  "Kalo ada apa apa cerita ke mama ya jangan di pendam sendiri, ada banyak orang yang sayang sama kamu nak". Lita mengusap kepala Adit  dengan sayang, Adit mengangguk sambil mencoba tersenyum di tengah gempuran hatinya yang bergemuruh. "Iya ma hiks ". Runtuh sudah pertahanan yang di buat sejak tadi, pada akhirnya isakan itu akhirnya keluar bersamaan dengan air mata yang ikut terjatuh.

  Lita segera memeluk adit yang terlihat berusaha keras menahan isakannya . " Kamu kenapa humm?". Ardiy dan Andre segera beranjak dari kursi mereka dan berdiri di belakang kursi yang di duduki oleh Adit, sedangkan Rizka hanya bisa menatap penasaran keadaan sekitar. sementara Adit hanya menggeleng saja, mulutnya tidak mampu terbuka karena mau di sampaikan kayak gimanapun hatinya gak akan pernah lega, hati seorang anak yang rindu akan perhatian kedua orangtuanya. Adit hanya remaja yang emosinya masih labil jadi wajar kalo dia menangis.

  Terkadang kita butuh menangis untuk menghilangkan rasa sesak yang menghimpit dada ketika semesta seakan tidak berpihak kepada kita.

  " Kamu merindukan kedua orangtuamu?". Reza mencoba menerka nerka penyebab Adit yang biasanya begitu ceria namun kali ini terlihat begitu rapuh. " Ti-tidak ada gunanya a-aku merindukan mereka, sedangkan mereka saja tidak pernah mengingat keberadaanku pa". Hati Reza dan Lita begitu tercubit mendengar Adit berbicara sambil menahan isakannya.sedamgkan Andre dan Ardiy hanya bisa menunduk tampak ikut menahan tangis mendengar perkataan adik mereka.

  " Sudah ya sayang jangan nangis lagi, ada mama dan papa yang akan selalu ada buat kamu, ada juga dua Abang kamu yang bakal selalu ada setiap kamu butuhkan". Lita mengusap air mata Adit  yang terus menetes keluar  tanpa bisa di hentikan. " Iya ma". Adit menarik napasnya dan menghembuskannya mencoba menenangkan hatinya yang masih terasa sakit.

  Setelah mencoba selama lima menit, senyum Adit akhirnya kembali. " Nah kayak gitu senyum, Lo itu gak pantes nangis ". Ardiy menepuk bahu Adit yang hanya terkekeh kecil menanggapi perkataan Ardiy. " Sudah sekarang ayo lanjut makan". Mereka semua akhirnya kembali melanjutkan makan malam mereka setelah tadi di buat mellow.

   Beberapa saat kemudian, semua orang selesai makan malam, sekarang mereka semua kumpul di ruang keluarga untuk berbincang bincang sambil menikmati dessert yang di buat oleh Lita Lo .

  " Ar, mama mau ngomong sesuatu". Ardiy yang sedang berusaha membujuk Rizka menoleh ketika mendengar Lita memanggil namanya. " Ayo sini Abang pangku". Tanpa menunggu persetujuan Rizka , ardiy mengangkat tubuh kecil itu sehingga membuat Rizka memberontak dalam gendongan Ardiy.

  " Lepass.... Aaaaa... Aku gak mauu...".  Ardiy tidak menggubris pemberontakan adiknya, karna kesel Rizka akhirnya menggit leher ardiy sehingga membuat pemuda itu mengerang kesakitan karna gigi Rizka menancap di lehernya. " Arghhhhh...sssstt". Ardiy segera menurunkan Rizka dari gendongannya dan mengusap lehernya yang terasa perih dan panas secara bersamaan. Reza , Adit , Andre dan Lita melotot melihat bekas gigitan Rizka yang tidak main main di leher ardiy yang sekarang sedang meringis sambil menggosok gosok lehernya.

  " Rizka gak boleh gitu sama Abang, liatkan sekarang Abang kesakitan". Anak kecil itu menunduk ketika Lita  malah mengomelinya. Sementara Lita segera menuju dapur mengambil es batu untuk mengompres leher ardiy . " Sini Ar". Ardiy segera melangkah dan duduk di depan Lita, ardiy merebahkan kepalanya di pangkuan Lita yang memulai mengompres leher ardiy yang kelihatan sedikit terluka bahkan bekas gigi begitu nyata tercetak seperti sebuah tato.

  Perlahan rasa panas itu mulai menghilang , ardiy memejamkan matanya mencoba meredam emosinya yang berhasil tersulut. Namun dia tidak mungkin memarahi adiknya yang masih kecil. Setelah lita selesai mengompres lehernya ardiy mengangkat kepalanya seketika Rizka merasa begitu takut melihat tatapan abangnya yang begitu datar.

  " Rizka... Kamu gak boleh kayak gitu sama Abang ya sayang". Lita mencoba memberikan pengertian kepada anak perempuannya. Sedangkan anak kecil itu hanya mengangguk saja karna takut dengan ardiy yang masih berwajah datar. Ardiy mungkin terkesan humoris dalam keluarganya namun kemarahannya adalah yang paling di hindari.

  " Hufttt mama mau ngomong apa tadi". Ardiy mengingat kalo tadi Lita memanggilnya karna ingin bicara dengannya.

  Lita terlihat berpikir sejenak antara ingin bicara sekarang atau besok. " Besok aja deh mama bicara sekarang kamu istirahat aja dulu". Karna melihat ardiy  yang sepertinya masih emosi, Lita akhirnya memutuskan untuk membicarakan keinginannya besok saja.

  Ardiy mengangguk dan tanpa ba BI Bu pergi meninggalkan ruang keluarga dan naik menuju kamarnya.

  " Serem banget kalo Abang udah ngeluarin ekpeesi itu". Adit mengangguk membenarkan perkataan Andre.

DINIKAHI BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang