BAB 14

2 1 0
                                    

Kring.... Kringg...kringgg

Suara ponsel yang berdering membuat Lita menghentikan aktivitasnya yang sedang memasak untuk sarapan keluarganya. Lita segera mengangkat panggilan ketika melihat nama Dinda tertera di layar ponselnya.

"Halo kak".suara Dinda terdengar dari seberang sana. " Halo din, ada apa kamu nelpon pagi pagi?". Lita duduk di kursi dapur sembari berbincang dengan Dinda. Yah Dinda yang tak lain tak bukan adalah maminya Adit. "Kak hari ini sepertinya kami akan pulang, dan mungkin sudah tidak akan kembali kesini lagi, karna kerjaan Tama udah selesai". Lita tersenyum mendengar kabar dari Dinda, karna Lita berharap setelah ini Adit sudah tidak akan merasakan kesedihan lagi. " Benarkah? , wahh baguslah kalo gitu, karna Disini ada putra kalian yang begitu merindukan kehadiran kalian dalam kehidupannya". Di seberang sana, Dinda menghela napasnya mendengar penuturan Lita.

"Iya kak, aku sadar kami sudah terlalu jauh meninggalkan Adit, tapi aku berharap dia tidak membenci kami nantinya ". Lita terdiam mendengar Dinda yang berbicara dengan suara bergetar, Lita juga tidak tau bagaimana reaksi Adit nanti jika melihat mami dan papinya beserta kakak perempuannya berada di rumah, entah akan senang, sedih atau justru biasa biasa aja.

" Insyaallah dia tidak akan membenci kalian, bagaimanapum kalian adalah orang tuanya, cepatlah kembali, kamu menunggu kalian dan ada kabar baik juga yang menunggu kalian". Lita tersenyum kecil seolah Dinda ada di hadapannya. " Iya kak, ini kami Sudak packing, tinggal berangkat menuju bandara, baiklah kak kami siap menerima kabar baik dari kalian, assalamualaikum ".

"Waalaikum salam ". Panggilan itu akhirnya terputus setelah Dinda mematikannya dari sana. Lita kembali melanjutkan aktivitasnya membuat nasi goreng dan menggoreng telur mata sapi.

Sementara itu, Adit yang mendengar pembicaraan Lita memegang dadanya yang terasa berdenyut di dalam sana. Pengen gak membenci hanya saja luka yang di berikan oleh kedua orang tuanya sudah begitu dalam, bukan kekerasan hanya saja rasa kecewa karna dari dulu tidak pernah di dengarkan. Setiap kali ada pertemuan wali murid pasti hanya dia yang tidak ada walinya, bahkan setiap menerima penghargaanpun dia menerimanya seorang diri, bukan gak pernah ngasih tau hanya saja setiap Adit memberi tahu, pasti tidak akan ada yang punya waktu untuk pulang sekedar menemaninya di hari itu.

Jangan menyalahkan siapapun, karna semua terjadi karna Ego masing masing. Adit hanya remaja yang masih berusia tujuh belas tahun, jadi emosinya masih labil belum setabil.

" Ohh jadi mereka mau pulang?, kirain udah lupa jalan pulang". Adit tersenyum miring sambil mendengus. Bukan gak seneng, hanya saja hatinya benar benar sudah mati rasa akan rasa ingin bertemu dengan mami dan papinya. Andre yang juga berada di sana hanya bisa menepuk pundak Adit sambil tersenyum kecil. Andre tidak tau harus mengatakan apa, karna selain irit bicara , Andre juga tidak tau harus apa karna bagaimanapun Andre tidak merasakan apa yang Adit rasakan.

" Sudah ayo ". Andre menarik tangan Adit menuju meja makan, memang Lita belum selesai masak, tapi Andre sudah terbiasa menunggu Lita selesai masak sambil mereka berbincang hal hal kecil. Hanya sesekali Andre bangun kesiangan, ketika sedang banyak tugas atau sedang membantu Ardiy mengerjakan pekerjaannya.

" Pagi ma". Andre menyapa Lita dan di sambut senyuman manis oleh Lita, Andre mengecup pipi Lita di susul oleh Adit. " Pagi ma, mama mau Adit bantuin?". Adit melepaskan tasnya dan menaruhnya di kursi. " Wahh kebetulan mama belum goreng telur, bagaimana kalo kamu bantuin mama goreng telur , sekalian ajarin Andre ". Adit tertawa kecil sambil melirik andre yang hanya bisa nyengir, karna dirinya benar benar gak bisa mengerjakan urusan dapur, bahkan untuk sekedar menggoreng telur dan memasak mie isntanpun dia tidak terlalu bisa.

" Oke , sini Lo bang". Andre dengan patuh berdiri di belakang Adit yang sedang memanaskan wajan khusus untuk menggoreng telur ceplok. Adit dengan taletan memasukkan satu persatu telur ke dalam wajan ketika minyak sudah panas. Andre memperhatikan dengan seksama, mulai dari cara Adit memecahkan telur sampai besar kecil apa yang di gunakan oleh aditpun di perhatikan.

" Nah kayak gitu cara goreng telur bang, kalo mau telur dadar beda lagi caranya, entar kapan kapan gue ajarin lu memasak". Adit menjelaskan dengan rinci, dan Andre mengangguk tanda mengerti. Setelah telurnya matang, Adit segera mengangkatnya ke dalam piring yang sudah di siapkan oleh Andre.

" Selamat pagiiii". Suara cempreng anak kecil mengalun menyapa indra ketiga orang yang ada di dapur. Rizka tersenyum cerah ketika melihat mama dan dua Abangnya berada di dapur. " Pagi dek". Adit dan Andre membalas sapaan Rizka sedangkan Lita hanya tersenyum ke arah bocah itu, karna dia sedang sibuk menyiapkan nasi goreng ke dalam piring.

Ardiy yang baru turun segera bergabung ketika melihat semua orang sudah duduk di kursi masing masing. Hari ini dia tidak ada kuliah, jadi Ardiy berniat menghabiskan waktunya hanya untuk rebahan di rumah. Semuanya akhirnya mulai sarapan dengan tenang tanpa ada yang berbicara.


Di kita lain, Dinda , Tama dan Elis sudah sampai di Bandara, mereka mendapatkan tiket penerbangan pagi sehingga mereka mungkin bisa sampai di rumah ketika sudah siang menjelang sore nanti. Setelah melalui beberapa tahap pemeriksaan, keluarga itu akhirnya masuk ke dalam pesawat bersiap untuk terbang menuju rumah mereka.


Sementara Ardiy tampak bermalas malasan di atas kasurnya, karna sedari tadi dia tidak tau harus melakukan apa. Ingin keluar, dia tidak ada teman karna para sahabatnya juga hari ini memiliki jadwal masing masing. Ingin kencan , dia sudah tidak punya pacar untuk di ajak kencan, jadilah dia hanya geloran di atas kasurnya.

Tok...tok...tok...

Suara ketukan pintu, membuat Ardiy segera bangun dari kasurnya dan berjalan menuju pintu. Ardiy tersenyum ketika melihat Lita dan Rizka berdiri di depan pintu kamarnya. " Ada apa ma?". Ardiy segera meraih Rizka ke dalam gendongannya, dan mencium anak itu dengan gemas. " Kalo kamu gak ada kerjaan mending kamu bawa adik kamu jalan jalan, sekalian kamu bawa putri gitu, hitung hitung buat pendekatan kalian". Ardiy terlihat berpikir mendengar perintah lita. Kalo harus membawa Rizka gak masalah sih , tapi ini di suruh membawa putri, mau bilang apa dia ketika sampai di rumah itu.

" Kenapa harus sama dia juga?, aku bisa jagain Rizka sendiri ma".Lita memutar bola matanya dengan malas mendengar perkataan Ardiy. " Yakan mama bilang tadi buat pendekatan, udah sana kamu jangan banyak cin Cong, sana siap siap biar Rizka tunggu kamu di bawah".Lita kembali meraih Rizka dari gendongan Ardiy dan membawanya kembali ke bawah.

Ardiy hanya bisa menghembuskan napasnya dengan malas ketika dia tidak mampu membantah perintah lita. Dengan langkah lunglai Ardiy berjalan menuju kamar mandi dan segera bersiap siap.

DINIKAHI BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang