BAB 12

3 1 0
                                    

" ASTAGAAAA WAJAH KALIAN KENAPA.....?".

Ardiy, Andre dan Adit terkejut ketika mereka masuk ke rumah sudah di sambut dengan teriakan Lita yang kebetulan sedang menemani Rizka menonton tv.

Ardiy melipat bibirnya mencoba menahan tawa melihat wajah kaku kedua adiknya. Lita menelisik wajah Andre dan Adit kemudian beralih ke wajah Ardiy yang bersih dari luka.

" Humm ma, ini gak papa hanya luka ringan". Lita bertolak pinggang mendengar perkataan Adit, karna bagi Lita mau luka ringan maupun luka berat sama aja itu luka yang pasti terasa sakit. " Ohh luka ringan ya ". Adit dan Andre mengangguk dengan kaku. " Ya udah sekarang kalian berdua duduk, biar mama obati luka kalian sambil kalian ceritakan apa yang membuat wajah kalian jadi lebam lebam gini, jadi jelek". Adit dan Andre melotot mendengar kalimat terakhir Lita, sedangkan perempuan itu dengan santainya melanggeng masuk ke dalam kamar untuk mengambil kotak obat obatan.

"Pfffff.... Bhahahahahaa jelek". Adit dan Andre melirik sinis Ardiy yang mengejek dan menertawakan mereka. " Lo juga jelek". Adit duduk di atas sofa dengan kasar di ikuti oleh Andre yang lempeng tapi ketara sekali kalo dia sedang kesal.

" Muka Abang kenapa hitam hitam?". Rizka yang baru ngeh dengan keadaan Adit dan Andre bertanya dengan suara cadelnya, jangan lupa kepala yang di miringkan sambil menatap wajah Adit dan Andre. " Gak papa dek, adek lanjut aja nontonnya ya". Andre mengusap rambut Rizka dengan senyum kecil, dan Rizka dengan patuh kembali duduk di tempatnya.

Lita kembali membawa kotak obat dan segera duduk di tengah antara Andre dan Adit. Lita kemudian mengambil kapas dan mencampurnya dengan obat luka, setelah itu Lita kemudian mengobati luka memar yang ada di batang hidung adit. "Shhhh pelan pelan ma". Adit sedikit meringis ketika Lita dengan sengaja menekan lukanya. " Heleh gini doang, tadi aja bilangnya gak papa". Adit hanya bisa cemberut mendengar Lita malah membalikkan kata katanya. Setelah mengobati Adit, gini giliran Andre, luka yang di dapat Andre lebih banyak di bandingkan Adit . Lita juga melakukan hal yang sama kepada Andre hingga remaja itu juga meringis tetapi tidak berani mengeluarkan sepatah katapun untuk menegur Lita.

Setelah selesai mengobati Adit dan Andre, Lita segera mengembalikan kotak obat ke tempat semula dan kembali duduk untuk meminta penjelasan mengenai luka kedua putranya. " Jadi ...kenapa kalian bisa terluka?, abis berantem sama siapa?". Adit, Andre, dan Ardiy saling pandang , bukan tidak ingin jujur hanya saja mereka tidak ingin Lita nanti terlalu khawatir kalo saja tau siapa yang menyerang mereka.

"Hummm bagaimana kalo kita tunggu papa pulang dulu ma, ini kayaknya sebentar lagi papa nyampe rumah biar papa juga nanti tidak bertanya". Ardiy mencoba mengulur waktu, karna kalo ada Reza maka Lita akan bisa lebih tenang . " Ya sudah". Mereka semua akhirnya sepakat menunggu kedatangan Reza, keadaan di ruang tamu itu seketika terasa tegang, hanya ada suara kartun dari tv yang di tonton oleh Rizka, Anak kecil itu bahkan tidak menghiraukan keadaan sekitarnya, dia begitu sibuk menikmati tontonannya di temani dengan toples kue kering kesukaannya.

" Assalamualaikum". Setelah beberapa saat, orang yang di tunggu tunggu akhirnya datang, yahh Reza pulang bekerja sebagaimana biasanya. " Waalaikum salam". Semua yang ada di rumah itu serentak menjawab salam Reza, bahkan Rizka juga ikut menjawab salam Reza dengan suara khasnya. " Papa...". Rizka berlari dari tempat duduknya dan langsung memeluk sang papa. " Anak papa cantik deh". Reza mencium pipi Rizka dengan gemas membuat anak itu tertawa karna kegelian. Sementara Lita segera menghampiri Reza dan mengambil tas kerjanya lalu menaruhnya di kamar.

Reza mengerutkan keningnya ketika menyadari ada yang janggal dengan sikap ketiga putranya yang tiba tiba jadi pendiam, setelah berdiri di hadapan ketiga pemuda itu barulah Reza sadar bahwa dua di antaranya mengalami luka di wajah mereka. " Kalian abis berantem?". Ardiy memutar bola matanya mendengar pertanyaan tidak penting Reza. " Enggak pa habis dugem itu". Reza mendengus mendengar perkataan ardiy. Sementara Adit dan Andre hanya terkekeh kecil sambil menahan perih.

" Jadi kenapa?, sekarang papa kalian udah pulangkan?, jadi ayo ceritakan". Reza yang tidak paham situasi hanya bisa duduk di samping Lita sambil memangku Rizka. " Huftt... Jadi gini".

" Nah begitu ceritanya serukan pa?"". Lita melotot galak ke arah Adit yang sempat sempatnya bercanda. "Hehe..lanjut bang". Adit hanya bisa nyengir kuda melihat tatapan tajam Lita. Sementara Ardiy dan Andre berdehem mencoba menahan tawa mereka melihat wajah bodoh Adit.

"Khemm... Jadi tadi ketika pulang sekolah, kami berdua di ikuti oleh dua mobil yang tidak kami kenal, kami udah berusaha mengelak hanya saja kami kurang cepat hingga mobil kami akhirnya di kepung sama Dua mobil itu dan ternyata mobil mobil itu berisi masing masing lima preman, karna udah kepalang basah kami akhirnya melawan sepuluh pereman itu, oleh karena itulah kami mendapat luka ini". Setelah menjelaskan panjang Andre menarik napasnya dengan panjang seperti habis melakukan aktivitas berat saja.

" Lalu, apa kalian tau siapa yang mengirim para preman itu?". Reza menatap ketiga pemuda yang ada di hadapannya. Dan ketiga laki laki mengangguk dengan kompak. " Om Burhan ". Reza mengepalkan tangannya mendengar jawaban rentak ketiga putranya. Sementara Lita hanya bisa mengelus dada saking syoknya.

" Kurang ajar". Rizka mendongak ketika melihat Reza mengepalkan tangannya, seketika Rizka kembali menunduk melihat wajah sang papa terlihat begitu marah, bukan hanya Rizka yang menunduk tetapi juga Adit,Andre dan Ardiy juga ikut menunduk, karna tentu saja mereka juga takut akan kemarahan Reza.

DINIKAHI BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang