Seminggu sudah berlalu semenjak kejadian waktu itu, kini semua kembali seperti semula. Semua orang kembali melakukan aktifitas mereka masing masing.
Keluarga Reza sibuk menyiapkan acara lamaran sekaligus pertunangan Ardiy dan putri yang akan di gelar seminggu lagi, semua sibuk menyiapkan acara lamaran tersebut, sedangkan para pemuda juga sibuk dengan aktivitas masing masing. Ardiy sibuk dengan kuliah dan juga deadline di hotel dan juga fotoshoot. Andre dan Adit sibuk mempersiapkan ujian mereka yang akan berlangsung sebentar lagi.
Pukul dua belas malam, Adit baru saja pulang ke rumah setelah seharian sibuk mengelola kafe yang sudah dia bangun sejak satu tahun yang lalu. Kafe itu kini sudah berkembang seiring berjalannya waktu.
Wajah yang begitu datar, membuat penghuni rumah sekarang merasa sungkan dengan Adit, karna semenjak kejadian itu, Adit benar benar menghilangkan karakter ceria jika sedang berhadapan dengan keluarganya.
" Dari mana saja kamu?". Adit yang berniat naik ke lantai dua, dimana kamarnya berada menghentikan langkah kakinya mendengar suara khas Tama.
Tanpa membalikkam badan, Adit menjawab pertanyaan Tama dengan nada datar tanpa minat sekalipun. " Itu bukan urusan Anda tuan Tama yang terhormat, saya mau kemana saja itu urusan saya, tidak usah mengatur hidup saya, karna saya sudah terbiasa hidup bebas selama belasan tahun".
Adit kembali melanjutkan langkah menuju kamarnya. Sedangkan Tama menghembuskan napas lelah mendengar perkataan putranya,Tama tidak bisa memarahi ataupun memaksa Adit untuk bersikap lebih baik kepada mereka bertiga, karna bagaimanapun, Tama sadar ini semua salahnya.
" Ya tuhan...inikah balasan darimu untuk hamba". Tama memukul dadanya yang terasa berdenyut melihat sifat Adit yang berubah 180° jika sudah berbicara dengan dirinya, Dinda maupun Elis.
Dengan wajah lelah, Tama berjalan menuju kamarnya dan Dinda yang berada di lantai bawah. Adit yang belum masuk ke kamarnya memperhatikan bagaimana papinya merasa bersalah.
" Heh...bukan ingin jahat, tapi mereka semua memang perlu di hukum". Adit akhirnya masuk ke dalam kamarnya untuk segera mengistirahatkan tubuhnya yang sudah kelelahan karna dari sepulang sekolah membantu karyawan di kafe.
Jangan menghakimi siapapun, karna semua pasti ada sebab dan akibatnya, hukum alam akan terus berjalan sebagaimana mestinya. Adit tidak pernah sekalipun membenci keluarganya, hanya saja sekarang dia masih dalam fase berperang dengan egonya.
Di dalam lubuk hati yang terdalam, Adit ingin sekali bermanja manja kepada Dinda, sebagaimana manjanya seorang anak bungsu kepada keluarga, tapi tentu saja itu tidak mudah, karna selain masih canggung, Adit juga memiliki gengsi setinggi langit.
Jam di dinding menunjukkan pukul tujuh tepat ketika Adit membuka matanya, dia merasakan pegal pegal di seluruh badannya sehingga membuat remaja itu malas beranjak dari kasur. Adit membuka ponsel dan melihat ada beberapa notif yang masuk ke di aplikasi wa.
Ini hari Minggu sehingga adit santai walupun bangun kesiangan, Adit membuka pesan dari kontak yang di beri nama mine yaitu Salma. Di pesan itu tertulis kalo Salma ingin mengajak Adit jalan jalan di mall nanti siang, dan Adit meng iyakan saja, karna jarang jarang mereka bisa menghabiskan waktu berdua karna sibuk dengan tugas dan sibuk mempersiapkan diri menjelang ujian.
Setelah menjawab pesan Salma, Adit akhirnya beranjak dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi untuk cuci muka, karna dia berniat turun membuat sarapan setelah itu baru mandi.
Ketika sampai di ruang makan, Adit melihat semua orang sudah berkumpul di meja makan bersiap untuk sarapan. Dinda yang melihat kedatangan Adit tersenyum mencoba menyapa putranya yang setia berwajah datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DINIKAHI BADBOY
FantasyBagaimana rasanya di jodohkan sama seseorang yang justru paling kita hindari? Apa lagi ketika kita tau sifat laki laki itu yang di kenal sebagai seorang playboy dan badboy. Putri begitu takut ketika tau kedua orang tuanya justru menjodohkannya deng...