BAB 18

5 1 0
                                    

" Bagaimana keadaannya". Dokter yang di telpon tadi selesai memeriksa keadaan Adit. Dokter yang kebetulan sahabat Reza dan Tama yang bernama Joseph itu menghela napasnya mendengar pertanyaan Tama, yang tampak sekali raut wajah khawatir.

" Apa yang perlu kau tanyakan lagi tama? Bukankah hal ini sudah pernah terjadi sebelumnya, kalo dia pingsan berarti napasnya bisa kembali dengan teratur, tapi bukankah ini bukan sesuatu yang baik karna setelah ini pasti dia akan mengalami demam tinggi". Tama tertunduk mendengar perkataan panjang Joseph, iya benar ini bukan pertama kali Adit mengalami gejala seperti ini, hanya saja sepertinya dia lupa karena terlalu lama meninggalkan putranya.

"Bukankah dulu aku pernah bilang, jangan terlalu membuatnya stress, tapi kenapa kau begitu batu Tama, apakah harta lebih penting dari pada mental putramu?, bahkan dia adalah putra satu satunya yang kau punya, bagaimana bisa kau tidur dengan nyenyak selama bertahun tahun tanpa memikirkan bagaimana dengan anakmu Disni".

Tama hanya bisa tertunduk penuh penyesalan mendengar Joseph terus memarahinya, bukan hanya Tama sih tapi ada dua perempuan yang juga merasa bersalah di sana, Dinda dan Elis yahh ibu dan anak itu hanya bisa menitikkan air mata mereka.

Reza dan Lita jangan di tanya, karna mereka juga sering menyuruh Tama dan Dinda untuk meluangkan waktu mereka walupun cuma sekali setahun untuk Adit, hanya saja yahh mereka beralasan selalu sibuk dengan pekerjaan mereka.

Sementara Andre menatap datar paman, bibik dan kakak sepupunya. Ardiy?? Dia juga hanya bisa diam tidak ingin membela siapapun ,walaupun sejujurnya dia juga kesal kepada paman dan bibinya. Putri yang masih di sana ikut diam karna dirinya orang baru di antara keluarga besar itu, so tidak ingin ikut nimbrung.

" Om, kayaknya suhu badan Adit semakin naik deh". Andre yang kebetulan memegang tangan Adit sedikit terkejut, karna merasakan panas di telapak tangannya akibat suhu badan Adit yang memanas.

Dengan cepat, Joseph menyiapkan alat alat untuk pengobatan Adit. Jarum infus akhirnya tertancap di tangan kiri Adit. Joseph tidak lupa menyuntikkan obat penurun panas di cairan infus Adit.

" Semuanya sudah di tangani, aku akan kembali lagi nanti jika tidak ada pasien darurat, tapi kalo emang lagi ada pasien aku akan suruh Joshi yang kesini meriksa perkembangan Adit dan juga untuk mengantarkan obat ".

Yahh Joseph adalah papanya si kembar Jehan dan Joshi. Pria paruh baya itu adalah dokter paling berpengaruh yang ada di kota itu. Jehan putra pertamanya tidak ahli di bidang kedokteran tapi dia ahli di bidang arsitektur. Sedangkan Joshi ahli di bidang kedokteran karna itulah dia yang akan menjadi penerus Joseph kelak.

" Baiklah, terima kasih Jo". Reza dan Tama menjabat tangan Joseph , mereka sudah terlalu lama bersahabat, jadi mereka sudah biasa saling mengkritik satu sama lain.

" Gue anter pulang sekarang, udah mau magrib". Putri yang mendengar perkataan ardiy menoleh dan mengangguk saja, karna pasti Sukman dan Mia sudah menunggu kepulangannya.

" Tante, saya mau pamit pulang". Putri mendekat ke arah Lita, dan Lita tersenyum lembut menyambut tangan putri yang berniat menyalaminya. " Maaf ya sayang, kesan pertama kamu kesini malah menyaksikan hal yang tidak mengenakkan". Lita mengusap kepala putri dengan lembut. " Tidak papa Tante, musibah tidak ada yang tau". Lita tersenyum mendengar jawaban putri yang begitu dewasa.

Setelah berpamitan kepada semua orang, putri dan Ardiy akhirnya meninggalkan rumah besar itu.

Ardiy mengemudikan mobilnya dengan mimik wajah yang begitu serius,tidak ada wajah tengil seperti tadi siang. Putri yang duduk di samping merasakan aura begitu tegang, sehingga jalan menuju rumahnya terasa begitu jauh.

Setelah perjalanan panjang, mobil yang di kemudikan Ardiy berhenti di pekarangan rumah putri. " Masuklah". Putri mengangguk, dengan segera dia membuka pintu mobil dan keluar.

Begitu putri keluar dari mobil, Ardiy segera melajukan mobilnya kembali pulang.

Tapi perjalanan Ardiy tidak semulus itu, karna ketika melewati taman yang tadi, mobilnya di cegat oleh anak geng motor yang memang suka mencari masalah dengannya dan juga para sahabatnya.

Ardiy yang sedang dalam mood buruk, segera keluar dari mobil dan menatap lima laki laki yang saat ini tersenyum miring sambil menatap dirinya.

" Heyy, lihat wajahnya begitu sangat menakutkan, hahahahaha". Semua laki laki itu tertawa mendengar ucapan ketua mereka. Sedang Ardiy hanya menatap datar tanpa minat, sungguh sekarang dia benar benar tidak ingin di ganggu oleh siapapun.

" Maju Lo semua". Bandi, ketua geng motor itu berdecih mendengar suara Ardiy yang begitu dalam.

" Cihh Lo cuma sendiri aja belagu". Ardiy tidak menghiraukan ucapan Bandi, dirinya tidak suka berbasa basi sama hal dengan Andre yang lebih suka to the poin ketika melawan musuh.

" Iya gue sendiri, karna gue bukan pengecut yang bermain keroyokan". Bandi seketika meradang mendengar perkataan Ardiy yang sarat akan ejekan.

" Maju Lo bangsat, serangggg". Seketika mereka semua menjadi pusat perhatian orang orang yang ada di taman. Tidak banyak orang, karna ini sudah mau malam.

Bugh....bughh....bughh

Tiga dari lima anak buah bandi sudah terkapar tidak berdaya. Tersisa satu dan juga dirinya sebagai ketua

Bughh ....

Ardiy tersenyum miring melihat semua anak buah bandi tidak berdaya. Bandi yang melihat semua itu merasa begitu marah dan tidak terima.

" Mati Lo anj".

Ardiy dengan sigap menangkis serangan Bandi, dengan tenang Ardiy mencoba mengimbangi gerakan Bandi yang tidak seberapa, karna gerakan Andre lebih baik.

Bughh....krakk...

"Arghhh....". Erangan kesakitan dari salah satu laki laki itu membuat orang yang menonton pertarungan itu melongo. Apakah itu Ardiy?, tentu saja tidak karna sekarang Ardiy sedang mengusap kedua telapak tangannya setelah berhasil mematahkan tangan kiri Bandi.

" Cihh .... Lemah". Ardiy kembali masuk ke dalam mobil, setelah memberikan kalimat ejekan kepada Bandi yang berusaha menahan rasa sakit di tangannya.

Brummm......

Mobil hitam Ardiy akhirnya kembali melaju meninggalkan para korban tangannya yang sudah terkapar tidak berdaya.

DINIKAHI BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang