Sesuai dengan perintah lita, ardiy akhirnya benar benar datang ke kediaman keluarga putri. Tujuannya tentu saja untuk menjemput putri ikut jalan jalan bersama dia dan Rizka. Bocah itu begitu anteng duduk di samping Ardiy yang sedang sibuk menyetir memasuki halaman rumah putri.
Sukman yang kebetulan berada di luar rumah langsung berdiri ketika melihat sebuah mobil masuk ke halaman rumahnya. Sementara Ardiy menghela napasnya sebelum keluar dari dalam mobil. Bukan takut hanya saja dia kikuk jika harus berhadapan dengan bapak putri, karna bagaimanapun ardiy belum akrab dengan Sukman. " Kamu tunggu sebentar di sini ya dek, Abang keluar dulu sebentar". Rizka yang sedang mengemut permen mendongak ketika Ardiy berbicara dengannya. " Abang mau jemput kakak putli ya?". Rizka bertanya dengan suara cadelnya, jangan lupakan matanya yang bulat dan polos membuat Ardiy begitu gemas dengan adiknya itu. " Iya dek". Ardiy tersenyum ketika melihat Rizka mengangguk, sebelum keluar ardiy menghembuskan napasnya terlebih dahulu.
Sukman yang melihat Ardiy datang segera menyambut calon mantunya itu. " Assalamualaikum pak". Ardiy menjabat tangan Sukman, nakal nakal begitu dia masih tau tata krama kepada yang lebih tua. " Waalaikum salam". Sukman segera menyambut tangan Ardiy dengan ramah. " Ada hal apa yang membawa kamu kesini Ar?". Ardiy tersenyum canggung ke arah Sukman yang menatapnya dengan pandangan bertanya. " Khemmm... Jadi gini pak hummm, saya ingin meminta izin membawa putri jalan bersama saya, humm sekalian kita proses pendekatan pak". Sukman membulatkan bibirnya mendengar alasan Ardiy datang ke rumahnya. " Ya sudah kamu duduk dulu, biar bapak panggilkan putri dulu sebentar". Ardiy mengangguk, sementara Sukman masuk ke dalam rumah untuk memanggil putri. Sebelum duduk di teras yang sudah ada tikar tergelar, Ardiy terlebih dahulu mengambil Rizka, karna takut bocah itu ngambek kalo di tinggal terlalu lama.
"Putri...putt". Putri yang sedang membaca buku segera beranjak dari kasurnya ketika mendengar Sukman memanggil namanya. " Iya pak, ada apa?". Putri mendekat ke arah Sukman yang berdiri di depan pintu kamarnya. " Kamu siap siap ya, ada Ardiy di depan mau jemput kamu, katanya mau ajak jalan". Putri cengo mendengar perkataan bapaknya, bukan apa apa, hanya saja bukankah mereka tidak terlalu dekat, tapi kenapa Ardiy mengajaknya jalan?. " Heh sana jangan membiarkan Orang menunggu terlalu lama". Putri tersadar dari rasa terkejutnya ketika Sukman mendorongnya masuk ke dalam kamar, dan dengan berat hati putri akhirnya menurut saja.
" Kamu jangan makan permen banyak banyak ya dek, gak baik entar gigi kamu sakit loh". Rizka tertawa kecil mendengar abangnya mengomelinya. Bukannya takut Rizka malah sangat suka kalo Ardiy mengomelinya tanpa menggunakan emosi. " Iya Abang , ini pelmen peltama dan telahil deh untuk hali ini". Ardiy terkekeh geli mendengar suara cadel Rizka. " Good ". Ardiy mengusap rambut Rizka dengan sayang, sedangkan bocah itu mengusel ke dada ardiy dengan manjanya.
Putri yang melihat adengan itu tanpa sadar tersenyum melihat kedekatan antara Rizka dan Ardiy. "Sepertinya dia tidak terlalu buruk di kehidupan sehari harinya". Putri yang tersadar dengan omongannya segera menggelengkan kepala. " Apa sih, udah gila nih otak". Setelah menenangkan otak dan pikirannya, putri akhirnya menghampiri Ardiy. " Humm hai". Ardiy mendongakkan kepalanya ketika mendengar suara merdu mengalun di telinganya. Untuk beberapa saat Ardiy terpaku melihat penampilan sederhana putri, make up tipis dan tidak berlebihan membuat jantung Ardiy berdebar kencang. " Kak". Ardiy yang ketahuan memperhatikan putri merasa begitu malu, pemuda itu mengalihkan wajahnya dan berdehem pelan untuk menenangkan detak jantungnya. " Ayo". Ardiy bangkit dari duduknya sambil menggendong Rizka yang tersenyum lebar ke arah putri. " Kami pergi dulu pak". Ardiy tidak lupa berpamitan kepada Sukman sebelum membawa putri pergi bersamanya.
Mereka bertiga Akhirnya masuk ke dalam mobil. Putri tadinya ingin duduk di belakang, tapi ardiy memaksanya untuk duduk di depan bersama Rizka. Mobil Ardiy akhirnya pergi melaju meninggalkan halaman rumah sederhana itu menuju mall terdekat.
Sementara itu di dalam ruangan kelas dua belas SMA, Sedang berlangsung pelajaran kimia, seorang guru perempuan menjelaskan dengan seksama di depan para siswa dan siswi. Tetapi ada salah satu siswa yang tampak melamun tidak memperhatikan depan. "Hufftt...kenapa hati gue tidak senang mendengar kepulangan ortu gue?, justru gue merasa gue sudah muak dengan mereka, gue gak ingin benci, hanya saja semua terasa begitu sakit". Adit sedang berperang dengan otak dan hatinya. Sedari tadi remaja itu tidak fokus melakukan apapun, bahkan tadi hampir saja dia menabrak tembok sekolah jika tidak di tarik oleh Aldi, dalam kelaspun dirinya tidak fokus mendengarkan penjelasan guru.
" Adit...". Semua mata mengarah ke Adit ketika guru itu memanggil nama Adit. Tapi sepertinya Adit begitu larut dalam pikirannya sehingga dia bahkan tidak menengok sedikitpun. Aldi yang duduk di samping Adit menyenggol lengan sahabatnya, hal itu membuat Adit berjengkit kaget. "Apa". Adit menatap Aldi dengan kesal, karna dia berfikir Aldi sengaja melakukan itu untuk membuatnya kaget. " Lu di panggil tuh sama ibuk". Adit segera menghadap depan dan benar saja buk Nita sedang menatapnya dengan tajam. " Kamu dengar apa yang ibu jelaskan dari tadi?". Adit yang sedang malas mengikuti pelajaran memilih menggelengkan kepala, karna dia tau setelah ini dia pasti akan di suruh keluar, dengan begitu dia bisa bolos hari ini. " Keluar kamu". Nahkan benar saja Adit akhirnya bangkit dari kursinya dan keluar dari kelas meninggalkan tanda tanya di kepala Aldi dan Salma, mereka berdua bertanya tanya dalam hati mereka , hal apa yang terjadi hingga Adit tampak begitu murung hari ini.
Awas Adit melirik kiri kanan melihat apakah ada OSIS yang sedang patroli, karna sekarang dia sudah berada di belakang gudang sekolah, bersiap menaiki tembok yang lumayan tinggilah. Ketika merasa situasi sudah aman, Adit dengan lihai menaiki tembok tanpa bantuan apapun.
Patss...
Adit akhirnya berhasil menapak tanah setelah melompat dari tembok belakang sekolah. Dengan tergesa Adit berjalan meninggalkan sekolah menuju jalan depan, dimana banyak angkot berseliweran. Dia benar benar butuh sendiri untuk menenangkan pikiran tanpa gangguan siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
DINIKAHI BADBOY
FantasyBagaimana rasanya di jodohkan sama seseorang yang justru paling kita hindari? Apa lagi ketika kita tau sifat laki laki itu yang di kenal sebagai seorang playboy dan badboy. Putri begitu takut ketika tau kedua orang tuanya justru menjodohkannya deng...