Bab 19 :: Mengundang Banyak Tanya

53 6 0
                                    

Kelakuan Hilmi memang mencurigakan. Beberapa kali ia singgah di rumah teman-temannya demi menghindari selalu pulang ke rumah Joan. Omnya itu memang tidak akan masalah, tapi lama-lama sikapnya pasti mencurigakan juga. Makanya beberapa kali Hilmi singgah di rumah Rizal ataupun Dani. Kadang ketika besoknya libur sekolah, Hilmi menginap di rumah dua teman dekatnya itu. Awalnya baik Rizal maupun Dani tidak masalah. Mereka bahkan menikmati kehadiran Hilmi di sana. Kalau Hilmi menginap di rumah Rizal, Dani pun ikut menginap, begitu juga sebaliknya. Namun ada hal yang sedikit aneh bagi mereka, ketika Dani sempat menyinggung bagaimana jika bergantian menginap di rumah Hilmi, Hilmi menolak ide Dani.

Mereka menganggap kalau Hilmi mungkin tidak enak pada mereka berdua kalau menginap di rumahnya, sementara ada Pak Heru di sana. Mereka pun akan merasa tidak nyaman, karena notabene Pak Heru adalah guru yang cukup ditakuti di sekolah. Takutnya ketika menginap mereka melakukan satu dua hal yang membuat beliau merasa terganggu. Tapi mereka berdua mulai merasa aneh saat Hilmi mengatakan kalau ia langsung pulang ke rumah Omnya. Yang mereka berdua tahu, Hilmi memang dekat dengan omnya tapi hanya beberapa kali saja Hilmi berada di sana, apalagi ketika ibunya pergi dinas keluar.

Hal kedua yang membuat Rizal dan Danu merasa ada yang aneh pada Hilmi, ialah saat Rizal dan Danu beberapa kali melihat Hilmi berada di warkop tidak jauh dari sekolah. Padahal posisinya saat itu sudah malam, harusnya Hilmi berada di rumah tapi cowok itu malah nongkrong di warkop sendirian. Saat Dani coba tanyakan posisi Hilmi, cowok itu berbohong. Padahal jelas sekali Danu melihat Hilmi di sana. Lalu ada lagi hal yang cukup mengganjal. Tahun kemarin Hilmi sangat aktif dalam ekstrakurikuler, apalagi ekstra yang berhubungan dengan olahraga. Namun semenjak ibunya menikah lagi dengan Pak Heru, ekskul apa pun yang berhubungan dengan Pak Heru alias beliau yang menjadi tanggungannya, Hilmi keluar.

Awalnya Rizal yang merasa aneh, bertanya pada Hilmi. Cowok itu hanya beralasan kalau ia tidak enak sebagai anak tiri pak Heru, takut dianggap sebagai orang yang diistimewakan karena telah menjadi bagian dari keluarga Pak Heru. Menurut Rizal alasan itu sebenarnya tidak begitu mencurigakan, tapi agak aneh saja karena Hilmi berani mengorbankan hal-hal yang ia sukai demi suatu yang seharusnya tidak masalah.

Sekarang, Rizal dan Dani berada di lapangan, hanya berdua setelah waktu ekstrakurikuler Volly selesai mereka lakukan. Biasanya mereka bertiga, karena Hilmi sudah tidak lagi menjadi anggota ekstrakurikuler, mereka hanya berdua. Awalnya Dani merasa tidak enak, karena kesannya memang mereka sedang membicarakan Hilmi di belakang cowok itu. Tapi kata Rizal, berbicara di depan Hilmi pun seperti percuma karena ia beberapa kali ketahuan berbohong.

"Hilmi keliatan banget lagi menghindar dari Pak Heru? Apa jangan-jangan bener kalau beliau tuh sukanya main tangan?" Jelas Rizal yang mengawali pembicaraan karena memang agak aneh melihat Hilmi selalu kabur-kaburan saat melihat pak Heru.

"Nggak ngerti sih, tapi kayaknya emang nggak enak aja, Hilmi yang awalnya bukan siapa-siapa tiba-tiba jadi anak Pak Heru. Lo pernah denger nggak, sih, Hilmi jadi bahan pembicaraan beberapa anak-anak, guru-guru juga kadang gosipin Hilmi. Sebenernya kasihan anak itu, tapi ya, gimana. Kita juga nggak bisa cegah mereka buat berhenti bicarain dia." Rizal setuju apa yang dibicarakan oleh Dani.

Pasti sangat tidak enak menjadi Hilmi. Hilmi juga sepertinya mendengar beberapa orang membicarakannya, makanya ia selalu menghindar ketika bertemu Pak Heru. Bahkan Hilmi yang biasanya pulang belakangan, bel pulang berbunyi Hilmi langsung ngacir ke parkiran. Katanya sih, sudah ditunggu omnya, padahal hari itu Rizal melihat Hilmi di warkop. Memang Hilmi menjadi super duper misterius semenjak ibunya nikah lagi. Meskipun Hilmi masih sering bergabung dan bermain bersama mereka berdua, rasanya Hilmi sudah jauh berbeda.

🌌🌌🌌

Jangankan teman-teman Hilmi. Joan pun merasakan hal yang sama. Namun pertanyaan-pertanyaan itu masih belum terjawab dengan pasti. Apalagi sejak Iyan mengatakan ia tidak tahu apa-apa, sepertinya memang ada hal besar yang sedang anak itu sembunyikan namun Joan masih belum bisa menebak apa yang sedang Hilmi coba sembunyikan dari mereka semua.

Maka dari itu, Joan sekarang sedang menunggu Hilmi datang. Berbeda dari biasanya, hari ini Hilmi tidak ada kabar. Bahkan pesan yang Joan kirim beberapa jam yang lalu belum juga anak itu balas. Melihat jam pulang sekolah Hilmi sudah tiba, sepertinya sesaat lagi Hilmi akan datang. Kalau Joan hitung berarti ini sudah Minggu ketiga Hilmi sering pulang ke rumah ini lalu baru kembali ke rumahnya saat ibunya juga datang. Memang tidak setiap hari anak itu ke sini, tapi sikapnya memang sudah mencurigakan dari awal.

Joan tidak bisa menduga hal-hal yang aneh untuk sekarang. Maka dari itu, Joan memutuskan untuk mempercayai Hilmi saja. Tapi memang ada beberapa hal yang perlu ia tanyakan pada Hilmi sekarang.

Satu jam kemudian. Hilmi belum datang. Joan sudah menghubungi Hilmi, bahkan menelpon anak itu beberapa kali, namun tidak juga diangkat. Ini sih sudah bukan Hilmi lagi, tidak biasanya anak itu bersikap seperti ini. Susah dihubungi bukan Hilmi sekali. Karena panik, Joan menghubungi Hana kakaknya.

"Mbak, Hilmi di sana?" Untung saja Hana segera mengangkat teleponnya.

"Iya, Hilmi di rumah, kok. Kenapa Jo?"

"Nggak papa, sih. Kirain anaknya mau ke sini, soalnya ditelfon tadi nggak bisa."

"Oh, Hilmi kayaknya tidur. Tadi kata Mas Heru Hilmi pulang sekolah langsung ke sini, masuk kamar. Kamarnya dikunci, Mbak juga nggak bisa masuk."

Joan mengernyitkan kening, Hilmi tidak biasanya begini, apa anak itu sakit? "Hilmi sakit, Mbak?"

"Kayaknya nggak, kok. Mungkin cuma capek aja, sih. Beberapa hari ini dia katanya banyak tugas. Kemaren pulang malem dia."

Wah, ini sih benar ada yang aneh. Hilmi sudah pulang dari rumahnya sejak jam enam malam kemarin. Entah pergi ke mana anak itu setelahnya, Joan juga tidak paham.

"Oke, Mbak. Ya udah kalau gitu, semoga deh anaknya nggak sakit."

Ini perlu Joan telusuri sih, kenapa Hilmi bersikap seperti ini. Aneh sekali, tiba-tiba berubah begini.

🌌🌌🌌

Hilmi sudah paham kalau sikapnya beberapa hari belakangan mencurigakan bagi banyak pihak. Terutama Joan dan ibunya yang beberapa waktu belakangan banyak bertanya mengenai kenapa Hilmi begini dan begitu. Maka dari itu Hilmi putuskan untuk kembali ke rumah. Persetan dengan apa pun yang akan Pak Heru lakukan padanya, itu bisa ia pikirkan nanti. Selama tiga Minggu berpindah-pindah tempat, Hilmi sudah menyiapkan mental. Mungkin sekarang ia sudah tidak akan takut lagi menghadapi segala macam bentuk emosi pak Heru.

Semoga saja ia betulan kuat menghadapi pak Heru yang seperti itu. Setidaknya untuk saat ini, meredam kecurigaan orang-orang padanya sangat penting. Semoga setelahnya mereka terutama Joan dan sang ibu tidak lagi curiga dengan sikap aneh Hilmi.

 Semoga setelahnya mereka terutama Joan dan sang ibu tidak lagi curiga dengan sikap aneh Hilmi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


05/07/24

Hilmi Untold Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang