Bab 23 :: Emosi Joan

60 8 0
                                    

Hilmi memperlihatkan punggungnya pada Joan. Ada bekas lebam yang masih keunguan dan bekas-bekas luka lainnya. Tidak mungkin Hilmi melakukan itu semua sendiri. Joan begitu terkejut sampai rasanya ia tidak bisa mengatakan apa-apa. Melihat badan Hilmi lebam-lebam seperti itu sudah dipastikan pelakunya adalah Pak Heru. Hilmi tidak mungkin berbohong. Bagaimana bisa kakaknya itu menikahi seorang iblis seperti pak Heru yang dengan tega membuat Hilmi seperti ini? Apa yang selama ini laki-laki itu lakukan di belakang mereka semua? Apa alasannya dan mengapa harus Hilmi yang mengalami ini semua? Berbagai macam pertanyaan ada di kepala Joan. Ia masih tidak mengerti ini semua. Bagaimana bisa?

Dengan pelan Joan memeluk tubuh Hilmi. Setelah rasa terkejut yang cukup besar, laki-laki itu merasakan emosi yang begitu kuat. Rasanya ia ingin menghampiri Pak Heru sekarang juga dan melakukan hal yang sama seperti apa yang laki-laki itu lakukan. Saking emosinya, Hilmi bisa merasakan gejolak emosi marah yang ada pada Joan. Laki-laki di depannya ini hampir tidak pernah marah, Hilmi belum pernah melihat bagaimana bentukan Joan ketika marah dan hari ini terjawab sudah. Mata Joan sedikit memerah, ia tidak mengucapkan apa-apa. Tapi setelah melepas pelukannya dari Hilmi, tangan Joan terkepal keras. Demi apa pun, Joan ingin segera menghajar Pak Heru.

"Maaf, Hilmi nggak bisa bilang dari dulu." Dengan kepala tertunduk, Hilmi mengatakannya.

Laki-laki itu terdiam cukup lama, tidak merespon permintaan maaf Hilmi. Daripada kecewa karena Hilmi tidak terbuka padanya dan menyembuhkan hal sebesar ini, Joan lebih merasa marah. Ia marah, marah yang besar. Hingga rasanya kalau bisa ia akan pergi ke hadapan Pak Heru sekarang juga dan menghabisinya. Tidak peduli apa kata hukum, yang jelas laki-laki iblis itu harus merasakan hal yang setimpal. Joan pastikan laki-laki itu akan mendapatkan satu bogeman tangan yang paling keras dari tangan Joan sendiri. Lihat saja nanti, tapi terlebih dahulu, ia ingin mendengar cerita Hilmi.

"Udah berapa lama?" Nada bicara Joan berubah. Jujur, Hilmi belum pernah mendengar omnya berbicara seperti ini. Laki-laki itu benar-benar marah sekarang.

"Dua Minggu setelah Ibu sama Pak Heru nikah."

Jawaban yang Hilmi berikan membuat Joan seketika berdiri dari duduknya. Sudah selama itu Hilmi mendapatkan kekerasan dari ayah tirinya sendiri dan tidak ada satupun orang yang tahu. Bagaimana Joan bisa diam? Sebagai salah satu orang dewasa yang selalu mengayomi Hilmi, Joan tidak terima keponakannya diperlakukan seperti ini. Tidak bisa, Joan harus pergi ke rumah kakaknya sekarang juga. Tangan Joan sudah gatal sekali ingin menghabisi laki-laki sok suci itu. Cih, beraninya hanya pada anak SMA.

"Om mau ke mana?" Melihat Joan yang berdiri dari tempatnya membuat Hilmi seketika ikut berdiri. Omnya tidak mungkin akan berlaku yang macam-macam bukan?

"Kenapa lagi? Bajingan itu harus menerima balasannya." Joan sudah hendak melangkah ke luar rumah, namun Hilmi menghalanginya dengan mencengkram erat lengan itu.

"Jangan ke sana, Hilmi mohon, Om. Dengan Om datang ke rumah sekarang, bukan berarti Pak Heru bakal jera."

"Terus Om harus apa? Nggak mungkin Om diem aja lihat kamu diginiin sama orang kayak dia! Ibu kamu nggak tahu, kan? Apa perlu Om yang bilang langsung ke Ibu kamu kalau Heru sialan itu malah giniin anaknya sendiri?" Hilmi menggeleng hebat. Jangan sampai Ibunya tahu.

"Om kan udah janji tadi, nggak bakal kasih tahu siapa-siapa. Aku nggak mau ada orang lain tahu tentang hal ini, Om!"

"Terus Om harus gimana?! Kamu maunya Om gimana, hah?" Baru kali ini Hilmi mendengar Joan membentaknya. Omnya itu sudah kepalang emosi melihat Hilmi diperlakukan seperti ini.

"Om duduk dulu, yang tenang dulu. Hilmi bakal cerita, jadi untuk sekarang, Om cukup dengerin cerita Hilmi aja, ya." Akhirnya Joan menurut. Ia menghela napas panjang saat Hilmi mengajaknya untuk duduk kembali. Anak itu bahkan menutup pintu ruang tamunya yang sebelumnya terbuka lebar.

Kemudian Hilmi bercerita. Bagaimana selama ini ia diperlakukan oleh Pak Heru. Dan juga bagaimana Pak Heru selalu mengancam Hilmi akan memperlakukan Ibunya hal yang sama jika Hilmi berbicara pada orang lain mengenai hal itu. Hilmi bilang pada Joan, kalau sekarang bukan hal yang tepat membalas perbuatan Pak Heru. Ibunya sedang tidak ada di sini dan besar kemungkinan wanita itu tidak akan percaya padanya. Untuk sekarang, Hilmi hanya mau berbicara pada Joan. Juga berharap kalau omnya itu mau bekerja sama untuk menutup semua yang telah terjadi dari Iyan dan Ibunya. Meski mereka berdua juga berhak tahu, tapi Hilmi memilih untuk tidak mengatakannya dulu. Butuh waktu yang tepat bagi Hilmi berbicara pada mereka berdua.

Joan mendengar hal itu bukannya semakin tenang, ia malah semakin emosi. Apa yang Hilmi ceritakan, mulai dari awal sampai yang baru saja terjadi membuat Joan sakit hati. Ia sebagai Omnya memperlakukan Hilmi dan Iyan sangat lembut dan hati-hati, seolah buah hatinya sendiri. Tapi orang lain, yang tiba-tiba datang ke hidup mereka malah memperlakukan Hilmi selayaknya barang. Barang yang bisa dijadikan sebagai samsak saat emosi menguasai. Jelas Joan tidak akan terima begitu saja. Haruskah Joan menyakiti Pak Heru lebih dalam dari apa yang Hilmi terima? Jujur sekali, Joan ingin mendatangi laki-laki itu detik ini juga. Lagi-lagi Hilmi melarangnya.

Dengan Joan pergi ke sana bukan berarti masalah terselesaikan begitu saja. Bisa jadi malah semakin parah, Hilmi juga percaya akan ancaman Pak Heru dari waktu ke waktu. Orang itu tidak akan segan melakukan apa yang ingin ia lakukan. Termasuk merealisasikan ancamannya pada Hilmi. Dan hubungannya dengan ibu mungkin akan terancam, belum lagi ibu bisa saja diperlakukan hal yang sama. Untungnya setelah memberikan pengertian pada Joan, omnya itu mau menerima dan meminta Hilmi untuk berterus terang selanjutnya. Joan tidak mau ada sesuatu yang Hilmi sembunyikan lagi darinya. Sebagai bentuk syarat dari permintaan Hilmi tadi.

Hilmi pun tidak mau kalah. Ia meminta Joan untuk merahasiakan ini dari semua orang termasuk Ibu, Iyan dan juga teman-teman dekatnya. Hilmi tidak mau memperkeruh suasana untuk sekarang. Dan mau tidak mau, Joan menyanggupinya. Untuk sekarang, Joan ingin melindungi Hilmi dan mempercayai keponakannya itu sekaligus. Apa yang jadi permintaan Hilmi saat ini, akan berusaha ia patuhi meskipun harus menahan amarah pada Pak Heru. Dalam hati, Joan tetap berjanji, suatu hari nanti ia akan membalas semua perbuatan Pak Heru pada Hilmi. Suatu hari nanti, hari itu pasti akan datang dan Joan siap menyerang pak Heru sepenuh hati.

🌌🌌🌌

Selama sepuluh hari berada di rumah Joan, ternyata laki-laki itu memang menepati janjinya. Sampai saat ini, baik Iyan ataupun Ibu tidak ada yang menghubungi terkait permasalahan yang akhirnya bocor pada Joan. Kalau begitu memang benar, Omnya itu menepati janji. Syukurlah kalau begitu, Hilmi jadi tidak cemas kalau Joan tiba-tiba membocorkan hal ini pada abangnya dan sang ibu.

Dan tepat di hari kesepuluh, sebelum ibunya datang, Hilmi berinisiatif untuk datang terlebih dahulu ke rumah. Kali ini Joan betulan ingin ikut. Ia juga sudah berjanji tidak akan membocorkan apa pun, ia juga takut apa yang Hilmi takutkan benar adanya. Daripada membuat semuanya runyam, ia memilih untuk mengikuti skenario Hilmi.

Awalnya Hilmi pikir, Joan hanya akan mengantarnya. Tapi ternyata omnya itu malah ikut masuk ke dalam rumah. Sudah terlambat membuat Joan mengingat perjanjian mereka, Pak Heru sudah menunggu kedatangan Hilmi di teras rumah. Meskipun sepertinya apa yang akan ia lakukan pada Hilmi tidak terjadi karena Joan tiba-tiba mengikuti Hilmi dari belakang.

"Lama nggak ketemu, Mas." Joan menjabat tangan Pak Heru terlebih dahulu.

"Oh, iya ya. Sudah lama nggak ketemu. Kamu sehat? Maaf ya, Hilmi mungkin merepotkan kamu selama sepuluh hari ini. Mungkin karena Hilmi masih canggung dengan saya makanya lebih milih pulang dan menginap di rumah kamu sampai Ibunya pulang."

Cih. Muka-muka sok baik. Kalau tidak ingat dengan janjinya pada Hilmi, Joan sudah akan meludahi laki-laki di depannya ini.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


11/07/24

Hilmi Untold Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang