Bab 18 :: Mencurigakan

55 6 0
                                    

Pertanyaan-pertanyaan serta keganjilan yang Joan rasakan tidak terjawab. Saat ini ia masih mempercayai Hilmi dan menunggunya berbicara lebih dulu. Namun ternyata semakin dibiarkan, Hilmi semakin bersikap aneh. Sejak waktu itu, Hilmi jadi lebih sering berada di rumahnya. Setelah pulang sekolah, Hilmi akan langsung ke sini dan baru pulang ketika Ibunya mengabari kalau ia sudah pulang. Awalnya Joan berpikir kalau Hilmi tidak nyaman berada di rumahnya hanya berdua dengan Pak Heru. Kemungkinan besar adalah rasa canggung.

Sayangnya Joan juga tidak berani untuk mengatakan hal ini pada sang kakak. Ia takut pertanyaannya malah menimbulkan pertengkaran kecil bagi rumah tangga baru sang kakak. Maka dari itu Joan hanya menunggu Hilmi bercerita. Iyan juga agak susah dihubungi, jadi Joan akan menanyakan tentang Hilmi kepada Iyan saat cowok itu sudah mulai senggang.

Joan pikir Hilmi juga pintar, ia sudah mulai bisa menebak kapan Joan merasa heran dengan bertanya hal-hal kecil. Lalu besoknya anak itu tidak akan ke sini, baru dua hari atau tiga hari kemudian Hilmi datang lagi ke rumahnya. Hilmi terlihat banyak sekali menghindari orang-orang dan itu sudah terjadi kurang lebih hampir tiga Minggu lamanya. Sepertinya Joan sudah tidak bisa menunggu lama. Ada banyak sekali hal yang mengganjal baginya mengenai Hilmi. Yang sangat Joan takutkan adalah kalau keponakannya ternyata menjadi korban bully atau paling parah ia dipaksa masuk ke geng-geng anak SMA. Wah, kalau itu sih tidak bisa Joan biarkan.

Langkah pertama yang Joan lakukan adalah menanyakan kabar Hilmi pada Iyan. Siapa tahu Hilmi tertutup padanya dan cerita tentang ini dan itu pada Iyan. Mengingat keduanya sangat dekat, pasti Iyan tahu sesuatu. Kemarin-kemarin mungkin Iyan tidak tahu, tapi saat ini sudah dua Minggu berlalu. Iyan pasti tahu sesuatu.

"Ya, Om?" Iyan akhirnya mengangkat telepon setelah beberapa kali panggilan Joan tidak diangkat.

"Kamu sibuk nggak? Kalau sibuk Om telepon lagi nanti aja waktu kamu nggak sibuk."

Di seberang sana Iyan menjawab, "Nggak sibuk, sih, sekarang, Om. Iyan baru sampe kosan, sekarang lagi rebahan aja, sih. Kenapa Om?"

Joan berubah menjadi lebih serius. Kalau Hilmi tidak pulang terlambat, ia pasti akan pulang satu jam kemudian. Jadi ini adalah saat yang tepat baginya menceritakan dan menanyakan mengenai Hilmi pada kakaknya sendiri. Ia yakin Iyan pasti tahu sesuatu.

"Ini tentang Hilmi, sih."

"Hilmi? Kenapa, Om? Anak itu berulah lagi?" Joan mengernyitkan dahi begitu mendengar jawaban Iyan. Hilmi? Berulah lagi? Pasti ada yang tidak beres.

"Nggak. Om agak heran aja sih, ini sudah mau tiga Minggu Hilmi pulang sekolah langsung ke rumah Om, pulang ke rumah kalian nunggu Ibu sudah ada di rumah. Hilmi pernah cerita sesuatu sama kamu nggak? Om yakin ada yang lagi Hilmi sembunyikan tapi nggak bisa nanya dia. Pernah Om nyinggung dikit, besoknya dia udah nggak dateng ke sini tiga hari, nggak tau di mana soalnya kata Ibu kamu Hilmi baru dateng ke rumah pas Ibu kamu pulang. Om agak heran, bingung juga, sih."

Lama. Joan tidak mendapat jawaban dari Iyan selama hampir satu menit. Joan juga bisa mendengar helaan napas dari Iyan. Dilihat dari gelagatnya sih, Iyan pasti tahu sesuatu. Semoga saja ada titik terang. Ia sungguh tidak ingin Hilmi salah langkah dalam hidupnya. Apalagi sekarang, masa-masa puber adalah masa anak remaja sering berulah dan bertindak nakal.

"Iyan nggak tahu, Om. Jujur, selama beberapa Minggu belakangan Iyan sibuk, jadi kadang nggak sempet ngabarin Hilmi. Iyan belum bicara banyak sama Hilmi. Keknya terakhir kali kita telponan seminggu setelah Iyan pulang terakhir kali. Setelahnya, Iyan cuma nanya kabar biasa lewat WA. Tapi Hilmi emang agak aneh sih, Om. Jawabannya sekarang nggak pernah panjang, pasti singkat-singkat. Iyan nggak tahu kenapa, pokoknya setelah dia kabur ke rumah Om waktu Ibu ngasih tau mau nikah lagi, Hilmi jadi agak berubah."

Joan paham sekarang, berarti Hilmi memang menyembunyikan hal itu dari mereka semua. Iyan yang dulu sangat dekat dengan Hilmi saja tidak tahu apa-apa dan malah mengatakan kalau Hilmi sedikit berubah semenjak Ibunya memberitahu mereka kalau ia akan nikah lagi. Apa ini semua berhubungan dengan ayah tirinya? Tapi Joan tidak bisa menyimpulkan apa-apa, apalagi menuduh Pak Heru yang nggak-nggak. Ia butuh bukti kuat untuk mengatakan hal itu.

"Oh, ya sudah. Nanti kalau ada apa-apa lagi, Om hubungi kamu. Semangat kuliahnya, jangan lupa kabarin adikmu. Kayaknya sejak kamu kuliah dia kesepian di rumah. Bisa jadi juga masih canggung sama Pak Heru jadi suasana rumah nggak lagi nyaman buat dia. Om tutup teleponnya, ya."

"Iya, Om. Iyan titip Hilmi, ya. Setelah ini Iyan bakal sering-sering nanyain kabarnya. Kasihan juga kalau dia masih canggung sama Pak Heru padahal Pak Heru orangnya asik. Sayang aja Iyan jarang ada di rumah."

Telepon berakhir dimatikan oleh Joan.

Satu pertanyaan besar bagi Joan belum terjawab. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan sekarang adalah menanyakan Hilmi. Kalau Hilmi tidak mau menjawab, Joan akan memutar otak bagaimana cara membuat Hilmi jujur padanya. Kelakuan Hilmi akhir-akhir ini sangat tidak wajar dan bukan Hilmi sekali bagi Joan.

🌌🌌🌌

Sudah hampir tiga minggu Hilmi menghindari rumah dan Pak Heru. Sejauh ini tidak ada masalah apa-apa. Paling cuma gertakan pak Heru saat ibu tidak satu ruangan dengan mereka. Hilmi pun saat itu tidak takut jika ada ibu. Pokoknya harus ada ibu baru Hilmi berani berada di rumah. Pernah suatu hari Hilmi kecolongan pulang lebih dulu dan ternyata belum ada Ibu di rumah. Hilmi kembali mendapatkan sabetan ikat pinggang di punggungnya, karena bagi Pak Heru kelakuan Hilmi yang menghindarinya adalah perbuatan yang tidak sopan dan membuat Pak Heru tersinggung.

Hilmi juga sudah mulai mengerti kalau Joan curiga ada yang Hilmi sembunyikan akhir-akhir ini. Makanya Hilmi siasati dengan pergi selang-seling ke rumah Rizal. Besoknya ia menunggu ibu di kafe tidak jauh dari rumah Joan, lalu besoknya lagi menunggu di rumah Dani dengan dalih ingin bermain dan sudah lama ia tidak main bersama. Lalu kembali ke rumah Joan. Ketika Joan mulai bertanya-tanya dan Hilmi terlihat mencurigakan, Hilmi akali dengan ia pergi ke warkop terdekat yang tidak seorang pun dari orang yang mengenalnya tahu letak warkop itu.

Hilmi juga sudah menyiasati dengan membawa baju ganti. Jadi tidak akan terlihat kalau Hilmi tidak pulang sekolah. Ibunya juga kadang bertanya kenapa Hilmi selalu menunggu sang ibu berada di rumah baru pulang, Hilmi tidak sepenuhnya berbohong kalau ia masih merasa canggung dengan Pak Heru dan butuh waktu beradaptasi dengan keberadaan pak Heru. Hilmi tidak berbohong meski sebenarnya ia merasa takut terkena pukulan atau sabetan ikat pinggang Pak Heru.

Hilmi tidak tahu kalau kelakuannya seperti itu juga tidak sempurna, suatu hari ia pasti akan ketahuan juga.

Hilmi tidak tahu kalau kelakuannya seperti itu juga tidak sempurna, suatu hari ia pasti akan ketahuan juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


04/07/24

Hilmi Untold Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang