Bab 26 :: Samsak Kemarahan

70 7 0
                                    

"Mas tahu nggak, apa Hilmi di sekolah lagi ada masalah?"

Pak Heru sangat terkejut mendengar pertanyaan dari istrinya. Pertanyaannya memang tidak benar, namun sepertinya Hana menyadari ada sesuatu yang aneh dari Hilmi. Anak itu pasti melakukan sesuatu di balik semuanya makanya Hana sampai bisa berspekulasi seperti ini. Lihat saja besok atau nanti ia akan memberikan pelajaran pada Hilmi. Pasti anak itu sudah membeberkan semua yang ia lakukan pada Joan atau pada saudaranya. Ternyata Hilmi suka main di belakangnya. Pak Heru jelas tidak terima, semua yang ada di rumah ini sekarang adalah kendalinya. Apa yang ia lakukan pada Hilmi juga karena anak itu selalu bersikap tidak sopan dan tidak pernah menghargainya sebagai orang tua. Jadi, Pak Heru merasa berhak melakukan apa pun padanya.

Melihat sang suami diam saja, Hana jelas merasa semakin heran. Ada apa ini? Kenapa semua orang jadi mencurigakan bagi Hana. Apa yang mereka sembunyikan di belakangnya? Tidak bisa begini, Hana harus mencaritahu sesuatu. Apa lebih baik kalau Hana mencari tahu semuanya pada Joan? Kalau begini caranya, Hana menyesal sudah bertanya pada suaminya. Harusnya Hana lebih dulu bertanya pada Joan. Tidak peduli akan reaksi suaminya nanti, yang jelas ia harus mengetahui apa yang tengah semua orang sembunyikan darinya.

"Nggak ada apa-apa, kok. Hilmi di sekolah baik-baik saja. Nggak ada masalah. Dia anak yang rajin, nggak mungkin bermasalah di sekolah." Pak Heru menjawab pertanyaan Hana setelah beberapa saat terdiam. Di mata Hana suaminya seolah sedang mencari alasan.

Jelas jawaban itu terlambat. Hana sudah terlanjur berpikiran yang tidak-tidak. Beberapa waktu yang lalu Hana memang sudah menyadari ada yang aneh dari Hilmi, tapi tidak berani mengungkapkannya. Pikirnya saat itu, ini semua hanya anggapannya saja. Tapi entah kenapa semakin lama sikap Hilmi semakin aneh. Apalagi saat ia tidak ada di rumah, Hana tidak tahu apa yang terjadi di rumah selama ia bekerja atau sedang dinas di luar kota. Tidak mungkin semua orang mencoba membohonginya termasuk Iyan, bukan?

"Oh, ya udah, deh. Kayaknya emang Hilmi lagi aneh aja." Akhirnya, hanya jawaban itu yang bisa Hana lontarkan.

"Emang Hilmi aneh kenapa, yang?" Pak Heru mencoba memancing Hana, ia ingin tahu sejauh mana Hana mencurigakan Hilmi.

"Ya, nggak yang aneh-aneh banget sih, Mas. Hilmi kerasanya jadi lebih sering ada di luar rumah aja, padahal biasanya dia sering di rumah. Sekarang jadi lebih sering ke rumah Joan." Hana Memberikan alasan yang paling masuk di akal. Karena memang salah satu hal yang membuatnya sadar kalau Hilmi sedikit berbeda adalah saat anak itu jadi lebih sering berada di rumah Joan, di luar saat ia sedang dinas ke luar kota ataupun ke luar pulau.

"Paling karena ada aku di sini, yang. Dia jadi nggak enak ada di rumah lama-lama. Sama Joan kan emang lebih deket dianya. Mungkin sering main bareng juga. Nggak usah dipikirinlah, mungkin anaknya lagi bosen di rumah." Hana mengangguk. Memang ada benarnya alasan yang suaminya berikan, tapi sebagai Ibu Hana tetap merasa ada yang tidak beres dari anak-anaknya dan ia masih mencoba ingin tahu lebih lanjut yang sebenarnya.

Sedangkan di sisi pak Heru, lama-lama laki-laki itu merasa emosional. Setelah memberikan alasan seperti itu pada Hana bukan berarti pak Heru bisa bersikap santai begitu saja. Jangan-jangan setelah ini Hilmi akan membocorkan semuanya pada Hana, alamat keberadaan pak Heru di sini akan terancam. Sepertinya memang betul, ia perlu mendisiplinkan Hilmi lebih keras lagi. Anak laki-laki mana yang bersikap lembek seperti Hilmi. Mungkin akan ia tambahi bumbu-bumbu ancaman, supaya anak itu tidak berani macam-macam. Enak saja mengancamnya dengan cara seperti ini, dikira Pak Heru takut dengan apa yang Hilmi lakukan sekarang?

Cih. Anak bawang bisa apa sekarang. Paling Hilmi hanya bisa diam saat mendapati hukuman pendisiplinan darinya nanti. Lihat saja.

🌌🌌🌌

Hilmi Untold Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang